Bukti Hari Yang Hidup Dalam Kristus

SPECIAL SUNDAY "BUKTI HATI YANG HIDUP DALAM KRISTUS" 

Ps. Tezar Putra

 


Pembacaan                : Lukas 8:4-15
Pembicara                  : Ps. Tezar Putra (Covenant City Church)

Di pasal ini diperlihatkan bahwa banyak sekali orang yang datang kepada Yesus. Namun, tidak semua dari mereka yang datang dengan hati yang benar. Mereka datang hanya untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri. Perumpamaan tentang benih dan tanah yang Yesus khotbahkan, itu sebenarnya cara Yesus untuk menyaring dan memisahkan siapa yang pada hari itu datang kepada-Nya dan siapa yang pada hari itu datang sebenarnya hanya untuk memenuhi kepentingan diri mereka sendiri. Bagi mereka yang datang untuk Yesus, hati mereka akan dipuaskan. Tetapi bagi mereka yang datang hanya untuk menggunakan Yesus dan untuk kepentingan diri sendiri, hati mereka akan kosong dan hampa.

Tes kualitas hati yang Yesus lakukan melalui perumpamaan ini juga berlaku buat kita hari ini. Cara kita menanggapi perumpamaan ini akan mengungkapkan kualitas hati kita yang sebenarnya. Apakah hati kita gersang atau subur? Apakah kita datang beribadah untuk memuliakan nama Yesus? Atau untuk menggunakan nama Yesus? 

Baca: Lukas 8:4-15

4. Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan
5. “Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis.
6. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air.
7. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati.
8. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”
9. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu.
10. Lalu Ia menjawab: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
11. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah.
12. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.
13. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.
14. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.
15. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”

Ada 3 bagian dari khotbah ini.

          1. Pengujian Kualitas Hati Kita

Pelayanan yang dilakukan Yesus sudah berdampak begitu banyak pada orang. Banyak orang datang kepada Yesus. Di hadapan orang banyak itu Yesus berfirman tentang sebuah perumpamaan. Yesus berkhotbah tentang seorang penabur benih yang benihnya jatuh di pinggir jalan, di tanah yang berbatu, di tengah semak duri, dan di tanah yang baik. Bisa dibayangkan kebingungan yang terlukis di muka murid-murid saat itu. Mereka pasti bingung kenapa Yesus mengajarkan cara bertani. Kebingungan itu disampaikan murid-murid di ayat ke-9. Murid-murid bingung, apakah Yesus tidak takut para orang banyak ini pulang karena firman yang disampaikan Yesus tidak begitu relevan buat mereka? Lalu Yesus menjelaskan bahwa Dia mengajarkan tentang perumpamaan ini supaya banyak yang pulang.

Yesus sedang menyaring dan ingin melihat isi hati orang yang datang saat itu. Dia berkata di ayat ke-10,

Lukas 8:10

10. Lalu Ia menjawab: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.

Kalimat terakhir itu merupakan kutipan dari Yesaya 6:10, di mana Tuhan di Perjanjian Lama sedang menghakimi umat-Nya yang tidak percaya. Dengan kata lain, Yesus di sini bilang Dia sengaja mau bikin orang bingung. Kenapa? Untuk mengungkapkan apa isi hati mereka yang datang itu. Sebenarnya banyak dari mereka yang belum percaya, di sinilah Yesus ingin menguji. Lalu, kalau mereka tidak percaya untuk apa mereka mendatangi Yesus? Yaitu untuk memenuhi keinginan mereka sendiri. Banyak dari mereka yang datang bukan untuk mencari Yesus, tetapi untuk memenuhi agenda mereka sendiri.

Apakah salah jika kita datang kepada Allah atas dasar keperluan pribadi? Enggak juga, malah bagus, kalau kepentingan pribadi kita itu mendorong kita untuk ke gereja daripada ke tempat yang lain. Tuhan cukup baik, sabar, dan berdaulat untuk menggunakan kepentingan egois kita sekalipun untuk memulai proses kita kembali kepada-Nya. Bila hati kita subur dan hati kita benar, Tuhan itu tidak akan selama-lamanya hanya menjadi batu pijakan buat kita. Pada suatu saat Tuhan akan menjadi tujuan akhir kita. Tuhan tidak akan terus kita gunakan hanya untuk mencari harta yang kita rindukan, tetapi Dia akan menjadi harta dan kerinduan hati kita.

Mungkin kita datang ke gereja karena ada masalah dalam hidup kita yang kita mau Tuhan selesaikan. Bila gereja itu setia pada firman, kita pasti akan diingatkan bahwa Tuhan ada bukan untuk memenuhi keinginan kita. Tuhan ada untuk kemuliaan-Nya sendiri. Tuhan ada bukan untuk menjadi asisten kita. Tuhan ada untuk kita sembah. Tuhan ada bukan untuk memenuhi agenda-agenda fana kita, tetapi untuk membangun kerajaan-Nya yang kekal.

“Maka perlu ditanyakan kepada hati kita untuk menguji kualitas hati kita, apakah kita datang beribadah untuk Yesus atau untuk menggunakan Yesus?”

Bila kita datang ke gereja untuk menggunakan Yesus, yang terjadi adalah kita akan mendengar perumpamaan-perumpamaan seperti ini, puisi-puisi yang membingungkan di kitab Mazmur, cerita-cerita yang aneh di Keluaran, pepatah-pepatah asing di kitab Amsal, dan gambaran-gambaran yang cryptic di Wahyu, dan hati kita akan bertanya: “Ini penting gak sih? Apa sih gunanya, apa sih hubungannya sama bisnis saya?” “Bagaimana puisi raja Daud membantu saya dapat jodoh?” “Gimana caranya perumpamaan benih itu membantu saya sembuh dari penyakit?” “Maaf, saya tidak punya waktu Tuhan dengan perumpamaan-perumpamaan yang tidak relevan seperti ini.”

Cara kita menanggapi firman Tuhan yang aneh dan tidak relevan seperti ini akan memperlihatkan kualitas hati ini kita. Apakah kita memiliki hati yang gersang atau hati yang subur.

          2. Tipe-Tipe Hati Yang Gersang & Menolak

Di sini Yesus menjelaskan arti perumpamaan itu kepada murid-murid-Nya di ayat 11-15. Yesus memberikan 3 alasan mengapa mereka pergi menolak perumpamaan ini. Pertama, di ayat-12, saat benih firman itu jatuh di pinggir jalan dan bukan tanah yang subur. Ini bukan jalan trotoar di kota-kota modern sekarang. Jalan ini adalah sebuah jalur tanah yang permukaannya itu mengeras karena sering diinjak dan dipakai jalan oleh orang. Jadi tanahnya lebih keras. Benih yang jatuh di jalan ini, langsung dimakan oleh burung-burung, yang melambangkan Iblis.

Kita tidak bisa menyalahkan langsung si Iblis, walaupun dia terlibat, tapi bukan dia yang menjadi fokus utama cerita ini. Apa fokus masalah ini? Yaitu tanah yang keras. Jadi hati yang pertama ini adalah hati yang keras. Benih itu jatuh di tanah langsung di makan oleh burung-burung, betapa cepatnya firman itu hilang. Artinya ada penolakan yang cepat, jelas, dan eksplisit. Setiap kali firman Tuhan dikhotbahkan, orang ini sama sekali tidak tertarik. Dan dalam jangka waktu beberapa detik saja, dia merasa bosan dan jenuh. Bila setiap kali kita mendengar firman Tuhan, setiap kali kita mengikuti care group, setiap kali dengar renungan di gereja, dan setiap kali kita bosan dan jenuh, dan kalau ini yang kita alami, di situlah letak masalahnya. Mungkin saja itu tanda bahwa hati kita masih keras. Karena tanggapan kita terhadap benih firman Tuhan ini, seharusnya tidak terlalu bergantung pada cara sang petani menabur benihnya.

Coba perhatikan berapa kali penabur benih itu dibahas dalam perumpamaan ini? Hanya satu kali yaitu di ayat ke-5. Kenapa penabur benih tidak dibahas lagi? Karena sang penabur firman hanyalah bagian kecil dari proses pertumbuhan ini. Peran sang penabur, peran sang pengkhotbah di mimbar dalam cerita keselamatan Allah insignifikan. Dan cara dia menabur benihnya, teknik dia menabur benihnya, di dalam skala besar cerita Allah sebenarnya penting gak penting. Yang paling penting adalah benihnya yaitu Firman Tuhan itu sendiri. Dan kualitas hati kita, tidak akan terlihat dari reaksi kita terhadap sang penabur menabur. Kualitas hati kita akan terlihat dari reaksi kita terhadap benih itu sendiri. Hati yang benar-benar subur pasti akan merespons, hati yang keras akan menolak.

Kedua, orang ini pada awalnya menerima firman Tuhan (ay. 13), tapi hati mereka berbatu. Batu di sini adalah sebuah lapisan batu kapur tebal yang tersembunyi di bawah lapisan tanah, yang dipermukaan tanah terlihat subur. Jadi benih itu masuk ke dalam tanah, tapi pertumbuhan akarnya terhenti dan tidak berkembang. Pertumbuhan yang awalnya terlihat pesat, sebenarnya tidak otentik. Dan saat matahari menikam, atau dengan kata lain, saat kehidupan kekristenan mereka menutut pengorbanan, mereka langsung kering dan mati. Hati yang kedua ini adalah hati yang sentimental.

Sentimental adalah tabiat perasaan yang cepat datang cepat hilang. Perasaan sentimental itu didasari oleh konsep bukan realitas. Banyak sebenarnya orang yang tidak cinta dengan Tuhan, mereka hanya cinta tentang konsep Tuhan. Mereka hanya cinta dengan konsep berhubungan dengan Sang Ilahi. Bila kita hanya cinta dengan konsep berhubungan dengan Tuhan dan bukan Tuhan itu sendiri, kita pelan-pelan akan merasa sering marah dan jengkel pada Tuhan. Kenapa? Karena rasanya Dia jarang memenuhi tugas-tugas yang menurut kita seharusnya Tuhan lakukan. Kita akan pelan-pelan merasa kecewa terhadap Tuhan karena Dia tidak menunaikan tanggung jawab karangan imajinasi kita yang kita bayangkan harusnya Tuhan selesaikan. Kita akan berpikir, “Mengapa hidup ini susah, mana sih Tuhan, mana terobosan-Nya, mana solusi-Nya, padahal aku sudah menerima firman-Mu dengan gembira Tuhan, tapi kok panas terik dalam hidupku gak padam?” Lama-kelamaan terik kekecewaan yang konstan ini akan mengeringkan iman kita dan kita akan meninggalkan Dia. Atau mungkin kita masih melaksanakan irama tugas kekristenan kita, tapi dengan hati dan iman yang saudara tahu sudah lama mati.

Ketiga, hati yang cemas. Hati yang terhimpit dengan semak berduri kekuatiran (ay. 14). Kecemasan ini dibagi 3 macam. Kategori pertama adalah kekuatiran, kedua kekayaan, dan ketiga kenikmatan hidup. Kategori pertama yaitu kekuatiran dalam bahasa Yunani merimna. Kecemasan ini dialami oleh orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka seperti makan, biaya tempat tinggal, dll. Kategori kedua yaitu kekayaan (Yun: ploutos) adalah kecemasan terhadap orang yang punya uang tetapi merasa miskin. Kategori ketiga yaitu kenikmatan hidup (Yun: hedone) adalah kecemasan yang dialami oleh mereka yang uangnya sudah berlimpah. Mereka cemas kalau kekayaan ini akan hilang. Dan standar hidupnya, cukupnya itu sudah tidak lagi dipandu oleh realitas apalagi Alkitab. Gaya hidup yang dipandu oleh spirit yang tidak karuan.

Tuhan Yesus ingin menjelaskan bahwa kecemasan hidup itu tidak pandang pamrih. Kecemasan hidup bisa mencekik iman yang miskin dan yang kaya sekaligus. Kalau kita perhatikan seberapa pelan proses matinya bibit di tanah yang penuh semak berduri. Kematian hati yang cemas ini tampaknya memakan waktu yang lama.

          3. Ketabahan Hati Yang Subur & Menerima

Tuhan Yesus mengakhir perumpamaan ini dengan nada positif. Dia mengatakan walaupun banyaknya yang akan menolak firman Tuhan, ada juga mereka yang benar-benar menerimanya. Orang yang hatinya subur, sewaktu benih firman Tuhan itu jatuh di atasnya, benih itu akan bertumbuh dan berbuah. Menjadi anugerah bagi orang lain, bermanfaat untuk kerajaan Tuhan. Tetapi kita jangan salah mengerti, seakan-akan orang yang hatinya subur ini perjalanan imannya itu terkesan gampang atau mudah. Karena gampang sekali buat kita membayangkan bahwa benih yang jatuh ke atas tanah yang subur ini langsung tumbuh dan berbuah. Namun, bukan ini yang Yesus ingin terangkan melalui perumpamaan ini.

Lukas 8:15

15. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”

Hati yang subur akan menghasilkan buah, bukan buah kemudahan, tapi buah dalam ketekunan. Dan ketekunan di sini seharusnya diartikan dengan ketabahan. Jadi, gambaran di sini bukan seseorang yang sedang bertekun belajar di kelas, tetapi gambaran seseorang yang sedang tabah bertahan di tengah kesulitan. Orang ini mendengarkan firman Tuhan dan dia menerimanya dan dia taat pada firman itu, walaupun ketaatannya itu membuat hidupnya sulit. Walaupun ketaatannya menuntut banyak pengorbanan dari dia dan ketidaknyamanan dalam hidupnya, dia tetap tabah dan taat. Kenapa? Karena benih firman yang jatuh ke dalam hatinya, telah menyingkapkan sesuatu dalam hatinya yang tidak terungkap. Ketika dia mendengar firman Tuhan, yang dia lihat bukan keanehan atau tidak relevan, tetapi yang dia lihat adalah cerita dan janji keselamatan Allah buat dia. Dia percaya bahwa dia akan diselamatkan dari belenggu dosa dunia ini. 

Gospel Connection:

Raja yang kita miliki yaitu Yesus adalah Raja yang tabah dan setia pada firman walaupun situasi makin sulit karenanya. Walaupun hidup-Nya banyak penolakan karenanya tapi Dia tetap tabah bahkan sampai mati di atas kayu salib sekalipun. Buat apa? Buat memenuhi janji kasih-Nya yang terbenam di dalam setiap cerita, di dalam setiap puisi, perumpamaan. Janji kasih-Nya yang tersembunyi bagi hatinya yang gersang. Bagi hati kita yang subur, setiap cerita, setiap puisi, setiap perumpamaan dalam firman Tuhan menjadi suatu cuplikan-cuplikan dalam satu cerita besar yang menunjuk pada salib Yesus.

Orang yang hatinya subur akan merasakan firman itu dapat menenangkan kecemasan hatinya, tanpa mengubah situasi hidupnya. Cerita keselamatan ini memberikan syalom kepadanya, tanpa langsung mengatasi masalah-masalahnya. Dan karena itu cerita keselamatan ini memberikan dia sebuah ketabahan dan ketekunan untuk terus taat pada firman Tuhan. Sampai suatu hari nanti, dia akan melihat ke belakang, dia akan mengamati jalan ketabahan yang sudah dia tempuh, dan dia akan terkejut karena dari sebuah hidup yang mungkin bagi dia terasa berat, melelahkan, penuh pengorbanan, Tuhan tanpa dia sadari akan mengeluarkan buah dalam ketabahan tersebut yang berlimpah. Bukan untuk agenda dia sendiri tetapi untuk kemuliaan Tuhan. 

Pertanyaan yang perlu kita tanyakan pada hati kita, apakah hati kita saat ini cuek dan bosan terhadap firman Tuhan? Kecewa sama Tuhan? Sulit fokus karena penuh kecemasan? Atau hati kita saat ini merasa dijamah oleh Tuhan, merasa diteguhkan oleh Tuhan untuk kembali kepada keseharian kita dengan sebuah ketabahan yang baru, setia, dan berkarya untuk kemuliaan-Nya?