Comforting Purposes in Our Painful Afflictions

Special Sunday Service “ Comforting Purposes in Our Painful Afllictions”                           

Ps. Yakub Tri Handoko, Th. M.

 

Pembacaan : 2 Korintus 1: 3 - 11

Kita perlu mengerti apa tujuan dari penderitaan karena tujuan memberikan kekuatan dan pengharapan. Tidak ada usaha yang terbuang dan semakin dekat dengan akhir perjalanan. Ketika kita tahu bahwa penderitaan kita itu memiliki tujuan yang baik maka di tengah situasi yang buruk maka apapun yang kita hadapi saat ini adalah bukan sesuatu yang tidak ada artinya namun memiliki arti untuk kita. Tidak ada usaha, air mata atau penderitaan kita yang terbuang sia-sia sebab kita tahu itu ada tujuannya. Ini berbeda ketika tidak memahami apa tujuan dibalik penderitaan kita maka situasi yang buruk akan tetap berhenti menjadi situasi yang buruk.  Namun kalau kita mengerti bahwa ada maksud Tuhan dibalik penderitaan maka itu akan membuat kita memiliki pengharapan sebab setiap kali kita menjalaninya maka berarti kita semakin dekat dengan tujuan itu. Dan pada akhirnya kita akan berhenti di akhir perjalanan serta melihat ke belakang dan bersukacita serta tidak ada satupun yang kita tangisi lagi. 

Tetapi banyak orang yang tidak memahami bagaimana cara menghadapi penderitaan. Ketika ada pertanyaaan yaitu  ditengah penderitaan apakah yang paling kita harapkan? Biasanya jawabannya adalah kalau orang sakit maka yang diharapkan adalah kesembuhan, kalau miskin maka yang diharapkan adalah kaya, dan sebagainya. Atau dengan kata lain kalau ada masalah maka yang kita inginkan adalah masalah itu diambil dan selesai. Seringkali kita menjadi orang Kristen yang tidak paham dengan apa yang kita butuhkan bahkan melihat yang baik ditengah situasi yang buruk kita tidak bisa. Jadi yang kita butuhkan kita dalam menghadapi masalah bukanlah kelepasan dari masalah namun yang kita butuhkan adalah penghiburan, bukan perubahan keadaan tetapi kekuatan didalam penderitaan itu. Sehingga disituasi yang buruk maka kita bisa keluar menjadi pribadi yang lebih baik. 

Dalam 2 Korintus 1: 3 – 11 maka kita temukan bahwa Rasul Paulus banyak berbicara tentang penderitaan dan penghiburan dari Allah. Pada Jemaat Korintus terjadi banyak masalah dan salah satunya adalah rasul-rasul palsu yang mencoba mengambil keuntungan dari pelayanan Paulus. Memang Paulus adalah rasul yang merintis jemaat Korintus namun hubungan Paulus dengan beberapa jemaat tidak pernah baik. Ada jemaat Korintus yang meragukan kerasulan Paulus dan juga didorong oleh para rasul palsu yang mempertanyakan kalau Paulus itu adalah Rasul maka mengapa pelayanannya banyak sekali mengalami hambatan dan mengalami penderitaan dalam hidupnya. Pertanyaan yang sama juga sering ditanyakan oleh orang Kristen jaman ini yaitu mengapa orang yang benar dan sungguh-sungguh dalam Tuhan  masih mengalami penderitaan. Demikian juga Paulus dituduh sebagai Rasul yang tidak benar sebab menurut mereka Rasul yang benar seharusnya hidupnya lancar-lancar saja, pelayanannya semakin berkembang dan hidupnya tidak bermasalah. Sebab itu Paulus ingin menjelaskan bahwa orang itu dikenan Allah atau tidak bukan dari jumlah penderitaannya namun dari jumlah penghiburan yang diterima dari Tuhan. 

APAKAH TUJUAN ILAHI DI BALIK KESENGSARAAN?

          1. Supaya Kita Mengenal Allah Secara Lebih Personal.

3 Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, 4 yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.

Rasul Paulus memulai suratnya dengan ucapan syukur dimana itu adalah hal yang biasa dalam surat-surat jaman itu. Namun yang berbeda disini adalah cara mengucap syukurnya. Apa yang kita temukan dalam bagian ini memberitahu kita tentang apa yang akan dibahas dalam seluruh suratnya. Dan yang menarik adalah Paulus menyebut Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan. 

Kata “belas kasihan” di ayat ini berasal dari kata oiktirmos  dimana kata ini sebenarnya jarang muncul di Perjanjian Baru. Dan kalau kata ini muncul maka ini berkaitan dengan orang yang sedang memberikan kebaikannya kepada pihak lain yang sebenarnya berdosa atau bersalah ((Rm. 12:1; Ibr. 10:28) Jadi Allah yang kita sembah adalah Allah yang penuh belas kasihan. Dia melihat dosa kita, kelemahan kita namun itu tidak membatalkan relasi kita dengan Dia bahwa Dia adalah Bapa dan kita adalah anak-anakNya. Tidak ada satupun yang kita lakukan yang membatalkan apa yang Allah telah lakukan bagi kita. Kalau dahulu kita adalah musuhnya maka Dia mengejar kita begitu rupa untuk mendapatkan kita, sehingga kalau dari musuh sekarang kita menjadi anak-anakNya maka kita tidak menjadi musuhNya lagi. 

Dan Dia bukan hanya Allah yang penuh belas kasih namun juga Allah sumber penghiburan. Dan kata penghiburan (paraklēsis) disini adalah kata yang muncul berkali -kali dalam Alkitab yang memiliki arti nasihat, dorongan, pembelaan, penghiburan . Namun kalau ditinjau dari asal katanya(etimologi)  maka sebenarnya memiliki arti penyertaan. Jadi Allah menyertai kita dimanapun berada bisa dalam bentuk teguran, nasihat, dorongan, pembelaan. Namun dalam konteks ayat diatas maka bentuk penyertaan Tuhan dalam bentuk penghiburan. Namun penghiburan dari Allah itu bentuknya tidak selalu seperti yang kita mau. 

Dalam penderitaannya maka Paulus mendapatkan penghiburan yaitu dapat berjumpa dengan Bapa yang penuh belas kasihan dan sumber dari segala penghiburan dengan tujuan supaya dia dapat menghibur orang lain dengan penghiburan yang dia terima sendiri dari Allah. Jadi Paulus menghibur orang lain bukan hanya dengan konsep theologis tetapi melalui pengalamannya bersama Tuhan. Itu bukan berarti theology itu tidak penting karena kita tidak mungkin  memiliki kerohanian yang sehat tanpa theology yang tepat dan kuat. Namun untuk menghibur orang maka theology saja tidak cukup tetapi perlu theology yang dialami dan dihidupi.  Seperti Paulus yang semakin mengenal Allah melalui penderitaannya demikian juga biarlah melalui penderitaan akan membuka mata kita melihat Allah yang sesungguhnya, bukan sebuah konsep yang abstrak dan kering tetapi sebagai pribadi yang relational dengan kita. 

Seorang tokoh penentang Nazi yang bernama Dietrich Bonhoeffer, menuliskan surat untuk tunangannya berkata demikian “ seandainya harus menjadi bagian kami untuk menguras cawan kesedihan sampai pada ampas kesakitan, pada perintahMu kami tidak akan bimbang. Dengan ucapan syukur menerima segala sesuatu yang diberikan oleh tanganMu yang mengasihi kami.”  Surat ini ditulis waktu berada di penjara dimana dia tidak tahu apakah masih punya waktu untuk berjumpa dengan tunangannya. Namun akhirnya tunangannya meninggal dunia karena kanker dan yang memberi penghiburan adalah surat yang diberikan oleh Dietrich Bonhoeffer itu. 

          2. SUPAYA KITA MEMILIKI PERSEKUTUAN DENGAN PENDERITAAN KRISTUS

 

5 Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah

Paulus mengatakan bahwa tujuan dibalik semua kesengsaraan adalah supaya dia mendapatkan penghiburan yang berlimpah-limpah. Semakin banyak kesengsaraan yang diterima maka semakin banyak penghiburan yang Tuhan berikan kepada Dia. Jadi ketika  Tuhan memberikan kesengsaraan maka Tuhan memberikannya satu paket dengan penghiburanNya. 

Dalam buku The Problem of Pain karangan C.S.Lewis dikutip perkataan dari George Macdonald yang mengatakan “ Anak Allah menderita sampai mati bukan supaya manusia tidak menderita tetapi supaya penderitaan-penderitaan manusia itu menjadi seperti penderitaan-penderitaannya Dia.”

Inilah penghiburan yang besar bagi kita yaitu ketika kita menderita maka Allah selalu melengkapinya dengan penghiburan-penghiburan. Bagaimana kita dapat mengenal Allah yang menghibur kalau kita tidak mengijinkan Allah untuk memberikan penderitaan. Bagaimana Allah akan memberikan penghiburan yang berlimpah-limpah kalau kita hanya mau menerima penderitaan yang kecil. Jadi Allah akan memberikan penghiburan secara berlimpah saat kita mau menerima penderitaan yang berlimpah adalah hal yang adil. Demikian juga saat kita berdoa minta kesabaran maka kita harus siap kalau Tuhan akan memberikan orang-orang yang menjengkelkan dalam hidup kita supaya kita bisa belajar sabar. Ketika kita merasa sombong dan minta Tuhan menjadikan kita rendah hati maka kita juga harus siap kalau Tuhan membawa kita pada kegagalan demi kegagalan sehinga akhirnya kita bisa berkata bahwa kita tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Tuhan. Namun saat kita berada dalam posisi yang paling bawah maka kita sedang membagi penderitaan bersama dengan Kristus. Dan ketika Kristus menghibur kita maka bukan dengan cara menghapus masalah kita atau mengubah situasi kita. Semakin besar kesengsaaan kita, semakin besar pemahaman kita tentang betapa besarnya harga yang dibayar oleh Kristus untuk mendapatkan kita. 

Seringkali kita membutuhkan banyak penderitaan supaya kita menyadari betapa banyaknya penderitaan Kristus bagi kita. Saat harga diri kita dihempaskan maka kita harus ingat bahwa Kristus juga tidak dihargai. Ketika kita membutuhkan pertolongan namun tidak satu orangpun mau menolong kita bahkan semua meninggalkan kita sendirian maka Kristus juga pernah ditinggal sendirian saat membutuhkan pertolongan. Saat kita merasa dilecehkan banyak orang karena kegagalan kita maka di atas kayu salib Yesus juga pernah dilecehkan dan ditelanjangi di depan banyak orang. Apapun yang kita alami akan membuat kita semakin sadar bahwa sebesar itulah Allah mengasihi kita. Semakin besar penderitaan kita maka kita dibuat Tuhan untuk semakin mengerti betapa besarnya penderitaan yang Dia bayar untuk kita. 

Salib kristus memberikan kebersamaan, kubur yang kosong memberikan pengharapan. Kita tidak sendirian, Kita pasti menang. Ketika kita melihat salib Kristus maka kita tahu bahwa kita tidak sendirian. Ketika kita melihat kubur kosong maka kita tahu bahwa kita pasti menang. Mungkin saat ini kita sedang dalam keadaan yang terpuruk maka pandanglah kayu salib, sebab disana Tuhan menawarkan kebersamaan dan mengatakan bahwa kita tidak sendirian tetapi Tuhan i bersama kita serta berdiri ditempat dimana kita berada. Dan saat kita merasa  tidak mampu lagi dengan penderitaan kita maka lihatlah kubur yang kosong sebab disitu Tuhan memberikan pengharapan dan kemenangan.