Kristen Palsu

Kotbah Super Sunday “ Kristen Palsu “ Ps.Yosia Yusuf

 

Pembacaan : Matius 7:13-27

 

Matius 7:13-14 

“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."

Ada dua hal yang sangat menghancurkan hati kita yaitu, pertama adalah orang yang meninggalkan iman mereka terhadap Kristus. Ini adalah orang-orang yang dulunya terlihat seperti orang Kristen yang baik. Tetapi ketika masa-masa sulit datang, ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginan mereka, mereka mempertanyakan Tuhan. Mereka meragukan keberadaan Tuhan. Dan cepat atau lambat, mereka mulai menjauh dari Tuhan. Dan yang kedua  adalah mereka yang tertanam di dalam gereja. Mereka melihat diri mereka sebagai orang Kristen yang baik yaitu mereka yang aktif melayani di gereja. Mereka yang secara konsisten terlibat dalam pekerjaan Tuhan. Ini adalah seperti kita dimana semua orang melihat kita sebagai orang yang baik. Jadi, kita berpakaian yang baik setiap hari Minggu dan memakai wajah gereja yang penuh senyum dan bertemu banyak orang gereja dan berbicara tentang betapa baiknya Tuhan dalam kehidupan kita. Kemudian kita datang dan bernyanyi tentang bagaimana Tuhan mencintai kita dan kita mencintai Tuhan dan kita bahkan mungkin meneteskan sedikit air mata. Kita tahu semua ritme gereja. Kita tahu kapan harus mengangkat tangan dan kapan harus memukul dada. Kemudian kita mendengarkan kotbah tentang betapa berdosanya kita dan kabar baik Injil yang memanggil kita untuk bertobat. Jadi, kita merasa bersalah, minta maaf kepada Tuhan dan kemudian kita pulang dan menjalani hidup seperti sebelumnya. Dari luar, kita terlihat seperti orang Kristen yang baik. Tetapi di dalam, kita kosong. Di luar, kita sudah ditemukan. Kita ada di dalam gereja. Tetapi di dalam, kita terhilang. Kita tidak mengenal Tuhan. Dan inilah kekhawatiran terbesar kita yaitu Kita bahkan tidak menyadari bahwa kita terhilang. Karena kita telah menipu diri kita sendiri dengan berpikir bahwa karena kita melakukan hal-hal tertentu untuk Tuhan, kita adalah orang Kristen yang baik. Melalui bacaan kita hari ini adalah sebuah peringatan yang keras dari Yesus. Yesus mengatakan kepada kita bahwa ada banyak orang Kristen yang terlihat baik di luar namun kosong di dalam.

 

Secara garis besar maka ayat-ayat ini adalah kesimpulan khotbah Yesus di bukit. Dan sepanjang khotbah di bukit, Yesus dengan keras mengejar hati orang orang yang mendengarkan Dia. Karena ada banyak orang yang menganggap dirinya baik di hadapan Tuhan, tetapi sebenarnya tidak. Apa yang Yesus lakukan adalah ia mengajar kita untuk memiliki discernment. Yesus bertanya apakah kita yakin kita adalah seorang Kristen? Karena Yesus memberi tahu kita bahwa ada banyak orang di gereja yang menyebut diri mereka Kristen, tetapi ternyata bukan. Ada banyak orang yang memakai seragam Kristen, tetapi tidak memiliki keserupaan dengan Kristus. Mereka adalah orang Kristen palsu. Penutup dari khotbah di bukit ini adalah peringatan tentang Kekristenan yang palsu. Dan Yesus memberikan peringatan melalui serangkaian kontras yang berpasangan. Ada dua jalan, mudah dan sukar. Ada dua pohon, baik dan buruk. Ada dua pernyataan, benar dan salah. Ada dua pembangun, bijak dan bodoh.

 

Kita tidak akan membahas setiap kontras dengan dalam. Tetapi kita membahas gambaran besar tentang kontras apa yang Yesus ciptakan melalui perikop ini. Yesus meminta kita untuk bijak berpikir yaitu apakah kita seorang Kristen Injil? Atau apakah kita seorang Kristen palsu yang dirangkum dalam tiga kontras. Mudah atau sukar; Karunia atau buah; Penampilan atau fondasi.

 

              1. MUDAH ATAU SUKAR

 

Matius 7:13-14 

Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."

Ada dua pintu yang berbeda dengan dua jalan yang berbeda. Kita punya dua pilihan. Pintu yang pertama adalah lebar dan memiliki jalan yang luas. Dengan kata lain, pilihan ini sangat mengundang dan menarik bagi banyak orang. Pilihan ini menyenangkan. Ini adalah pilihan yang mudah. Dan ada banyak orang yang memasuki pintu ini. Namun, jalan tersebut menuju kepada kebinasaan. Jadi, awalnya terlihat sangat mengundang, tapi jalan itu penuh dengan lubang dan berakhir dengan kebinasaan. Lalu ada pilihan lain. Pintu yang kedua adalah sesak dan memiliki jalan yang sempit. Pilihan ini kelihatan sangat terbatas pada awalnya. Ini tidak tampak menarik. Tidak ada kerumunan orang di jalan ini. Hanya ada sedikit orang. Ini adalah pilihan yang sukar. Tapi jalan ini menuju kepada kehidupan. Jadi, tampaknya jalan ini akan menyiksa kita pada awalnya, tetapi jalan ini penuh dengan sukacita dan berakhir dengan kelimpahan. Jalan mana yang akan kita pilih? Berapa banyak yang memilih jalan yang mudah? Berapa banyak jalan yang sukar? Ini adalah pilihan yang mudah.

 

Seringkali ketika kita melihat perikop ini, maka pikiran kita secara alami berpikir bahwa dua jalan yang ditawarkan Yesus adalah untuk membedakan jalan orang yang jahat dan jalan orang yang baik. Jadi yang memilih jalan yang mudah adalah orang yang jahat. Para pelacur, para pembunuh, orang-orang jahat dan orang-orang kafir. Atau orang-orang yang memilih untuk ibadah dirumah. Dan yang memilih jalan yang sukar adalah orang yang baik. Orang Kristen sejati. Tetapi bukan itu yang Yesus katakan. Ini adalah interpretasi yang salah. Sepanjang khotbah di bukit, Yesus tidak mengkontraskan antara orang yang baik dan orang yang jahat. Yesus mengkontraskan antara jalan agama dan jalan Injil.

 

Sebagai salah satu contoh yaitu pengajaran Yesus tentang doa. 

 

Matius 6:5-6 

Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

 

Yang ada disini bukanlah seseorang yang berdoa dan orang lain yang tidak berdoa. Keduanya berdoa. Tetapi mereka berdoa untuk alasan yang berbeda. Yang satu berdoa agar dilihat oleh orang lain, dan yang satu berdoa agar didengar oleh Tuhan. Apakah kita melihatnya? Adalah mudah untuk membedakan antara orang yang berdoa dan datang ke gereja dan orang yang tidak. Tapi bukan itu yang Yesus katakan. Yesus bertanya, “Mengapa kamu berdoa? Mengapa kamu datang ke gereja? Mengapakamu melayani?” Danini pertanyaan yang sangat sulit.Karena dari luar, mereka terlihat sama persis. Mereka berduaberdoa. Mereka berduaada di gereja. Tetapidi dalam, merekasangat berbeda. Mereka mentaati Tuhan karena alasan yang sangat berbeda. Dan  yang sangat mengejutkan adalah Yesus berkata bahwa ada banyak orang di gereja karena alasan yang salah. Ada banyak yang memilih untuk masuk ke jalan lebar dan luas. Ada banyak orang yang mengaku sebagai orang Kristen, yang menjadi orang percaya karena alasan yang salah. Kita mencari sesuatu yang lain selain Tuhan dan Tuhan hanyalah sarana untuk apa yang sebenarnya kita inginkan. Mungkin kita menjadi seorang Kristen karena kita menginginkan ketenaran. Atau mungkin kita menjadi seorang Kristen karena kita ingin menjadi kaya dan sehat. Atau mungkin kita adalah seorang Kristen karena orang tua kita adalah orang Kristen. Datang ke gereja setiap hari Minggu adalah kebiasaan keluarga kita. Atau mungkin kita adalah seorang Kristen karena kita ingin menjadi orang yang baik. Kekristenan hanyalah agama untuk kita terlihat baik. Kita tidak mengatakan semua alasan itu buruk tetapi alasan itu tidak cukup. Jalan yang kita ambil tidak mengarah kepada kehidupan. Jalan ini mengarah kepada kehancuran. Dengan kata lain, Yesus mengatakan bahwa ada banyak orang Kristen yang berada di jalan yang menuju kebinasaan. Ini sangat menakutkan. Ini tidak mencoba untuk menakut-nakuti namun hanya memberi tahu apa yang Yesus katakan yaitu kita bisa menjadi seorang Kristen yang baik dan tetap terhilang pada saat yang bersamaan.

 

            2. KARUNIA ATAU BUAH 

 

Matius 7:15-23 

Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

 

Dalam ayat ini kalau kita mendeskripsikan mengenai para nabi palsu maka dari luar, nabi palsu terlihat seperti domba. Namun sebenarnya adalah serigala yang buas di dalam. Dan kemudian Yesus menerapkan hal ini tidak hanya untuk para nabi palsu tetapi juga untuk orang Kristen. Ada banyak orang Kristen palsu. Tapi bagaimana kita membedakannya? Ini sangat sulit. Coba kita lihat deskripsi Kristen palsu. Pertama, mereka memanggil Yesus, “Tuhan.” Kata Yunani yang digunakan di sini adalah “kyrios” yang merupakan kata yang digunakan untuk Tuhan di perjanjian lama. Orang-orang ini mengenal Yesus sebagai Tuhan. Mereka bukan orang beragama sembarangan. Mereka memiliki doktrin yang baik.  Kedua, mereka berkata, “Tuhan, Tuhan.” Ini adalah cara orang Yahudi mengungkapkan perasaan. Jika kita mengulangi nama yang sama dua kali, itu berarti kita terlibat secara emosional dengan orang itu.

 

Jadi orang-orang ini tidak hanya mengenal Yesus sebagai Tuhan, tetapi mereka juga menunjukan perasaan kepada Yesus. Ketiga, mereka memiliki karunia karismatik. Mereka bernubuat demi nama Yesus, mengusir setan dan melakukan banyak mujizat. Mereka secara aktif melayani Yesus dan pelayanan mereka berhasil. Jadi, ketika mereka dikurung di sebuah ruangan dengan orang yang kerasukan setan, bukan mereka yang keluar ruangan tetapi setan yang keluar. Mereka memiliki resume yang mengesankan. Jadi, mari kita gabungkan karakteristik ini. Mereka memiliki doktrin yang baik, mereka menunjukan perasaan kepada Kristus, dan mereka secara aktif melayani Kristus. Apakah kita tahu ini kedengaran seperti siapa? Ini adalah kedengaran seperti banyak dari kita juga. Dan tahukah apa yang Yesus katakan kepada mereka? “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan.” 

Jadi disini terlihat dengan jelas bahwa sangatlah mungkin untuk melakukan pekerjaan Tuhan dan tidak kehendak Tuhan. Sangatlah mungkin untuk melakukan banyak mujizat di dalam nama Yesus dan tidak pernah mengenal Yesus. Hanya karena seseorang memiliki banyak karunia bukan berarti orang tersebut adalah seorang Kristen yang benar. Alkitab memiliki banyak contoh tentang mereka yang digunakan oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaan Tuhan dan tidak diselamatkan. Contoh, keledai Bileam. Tuhan memakai keledai Bileam namun keledai itu tidak selamat. Dengan kata lain, Yesus sedang berbicara kepada orang Kristen yang aktif dalam pelayanan. Kita percaya Injil di otak kita. Kita telah dibaptis. Kita mengangkat tangan kita saat beribadah. Bukan satu tangan, tapi keduanya. Kita meneteskan air mata saat kita mendengarkan khotbah. Kita melayani di gereja. Kita mungkin sudah lulus kelas “Anda pasti selamat” dan “ Anda pasti berubah.” Kita rajin memberitakan injil. Dan pernyataan Yesus tentang kita adalah, “Aku tidak pernah mengenalmu.” Kita mengenal nama Yesus, tetapi Yesus tidak mengenal nama kita. Namun yang penting bukanlah apakah kita mengenal nama Yesus tetapi apakah Yesus mengenal nama kita.

 

Tahukah kita apa permasalahnya dengan orang-orang ini? Yesus memanggil mereka, “kamu sekalian pembuat kejahatan.” Apa maksudnya? Ini tidak  berarti bahwa mereka tidak mentaati hukum Tuhan. Mereka sibuk melayani Yesus dan melakukan hal yang baik. Tetapi mereka melakukan hal yang baik dengan alasan yang salah. Mereka melayani Yesus bukan untuk Yesus tetapi untuk apa yang Yesus dapat berikan kepada mereka. Kita tidak bisa melihatnya dalam bahasa Indonesia tetapi dalam bahasa Yunani, ini sangat jelas. Orang-orang ini mengulangi pertanyaan, “Bukankah kami…” tiga kali. “Tuhan, bukankah kami melakukan ini untukmu? Bukankah kami melakukan itu untukmu? Kami berhak untuk menerima pemberiaanmu. Beri kami apa yang pantas kami terima.” Inilah sebabnya mengapa mereka adalah pembuatkejahatan. Kekristenan mereka bukanlah tentangTuhan. Kekristenan mereka adalah tentang mereka dan kemuliaan pribadi mereka. “Aku akan menjadi seorang Kristen yang baik sehingga Tuhan akan memberikan apa yang aku inginkan.” Kita melakukan apa yang kita lakukan sehingga Tuhan berhutang kepada kita dan memberkatikita. Jauh di dalam lubuk hati, kita tidak pernah mengenal Yesus. Kita tidak memiliki hubungan pribadi dengannya.

 

Jadi, bagaimana kita membedakan antara Kristen Injil dan Kristen palsu? Yesus berkata kepada kita untuk melihat buahnya. Jangan melihat karunia tapi lihat buahnya. Kita harus mengerti ini. Karunia adalah apa yang kita lakukan, tetapi buah adalah siapa kita. Yesus berkata bahwa kita akan tahu apakah pohon itu sehat atau tidak dari buahnya. Jika pohon itu menghasilkan buah yang baik, maka itu adalah pohon yang sehat. Jika pohon itu menghasilkan buah yang tidak baik, maka itu adalah pohon yang sakit. Pohon yang sakit mungkin bersikeras bahwa pohon itu sehat. Tetapi jika buahnya buruk, maka pohon itu tidak sehat. Buah kitalah yang menentukan apakah kita sehat atau tidak. Apa itu buah? Galatia 5:22-23 – Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. 

 

Jadi kita bisa memalsukan karunia tetapi kita tidak bisa memalsukan buah. Buah berasal dari dalam keluar. Kita tidak dapat menghasilkan buah yang baik jika kita kosong di dalam. Buah yang baik adalah hasil dari kepenuhan di dalam. Kita menghasilkan buah yang baik karena kita sehat di dalam. Inilah perbedaan antara Kristen palsu dan Kristen injil. Kekristenan palsu adalah dari luar ke dalam dan Kekristenan Injil adalah dari dalam ke luar. Kekristenan palsu mengatakan, “Aku telah melakukan banyak hal untuk Yesus. Tentunya dia akan memberikan apa yang aku inginkan.” Kekristenan Injil berkata, “Yesus telah melakukan segalanya untukku. Dan sekarang aku memberikan hidupku untuk melayaninya.” Terlihat sama di luar tapi sangat berbeda di dalam. Yang satu berasal dari kekosongan di dalam dan yang satunya keluar dari kepenuhan di dalam. Yang satu mengetahui banyak tentang Kristus dan yang satunya dikenal oleh Kristus. Ujian utama dari Kekristenan bukanlah seberapa berkarunianya kita tetapi seberapa berbuahnya kita.

 

           3. PENAMPILAN ATAU FONDASI

 

Matius 7:24-27 

 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melkita rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melkita rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

 

Dalam perumpamaan terakhir ini, Yesus membuat poin yang sama. Ada dua orang pembangun yang membangun rumah yang identik. Dari luar terlihat sama. Seorang pengamat biasa tidak akan bisa melihat perbedaan apapun. Mungkin kedua rumah ini memiliki tata letak, ruangan, dan bahan yang sama. Keduanya terlihat aman dalam cuaca yang baik. Perbedaannya bukan pada penampilan tetapi pada fondasi. Satu dibangun di atas pasir dan yang satunya dibangun di atas batu. Ini adalah gambaran Kristen palsu dan Injil. Penampilannya terlihat sama, tetapi fondasinya sangat berbeda. Inilah masalahnya. Tidak ada orang yang membangun rumah dengan kesadaran bahwa rumah itu akan hancur. Orang yang membangun rumahnya di atas pasir tidak menyadari betapa rapuhnya rumah tersebut. Mereka menikmati rumah mereka di tepi pantai. Sampai kemudian badai datang. Badai menyingkapkan kualitas pekerjaan kedua pembangun itu. Rumah yang dibangun di atas pasir rubuh, sedangkan rumah yang dibangun di atas batu tetap kokoh.

 

Jadi bukan saat yang baik yang membuktikan apakah kita adalah seorang Kristen sesungguhnya atau bukan. Bukan musim di mana segala sesuatu berjalan sesuai harapan kita yang menunjukkan apakah kita tulus atau tidak. Adalah ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan harapan kita yang membuktikan apakah kita adalah seorang Kristen palsu atau seorang Kristen Injil. Adalah ketika kehidupan menampar wajah kita secara tidak adil yang membuktikan apakah kita kosong atau penuh di dalam. Badai itulah yang mengungkapkan fondasi kita. Jadi, jika kehidupan tidak berjalan sesuai keinginan dan kita marah kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa Engkau membiarkan ini terjadi padaku? Aku tidak pantas mendapatkannya.” dan kita menjauh dari Tuhan, itu menunjukkan bahwa kita tidak pernah mengenal Tuhan sejak awal. Itu artinya kita adalah seorang Kristen palsu. Kita mungkin membantah dan merasa sudah tahu banyak tentang Teologi. Pertanyaannya bukanlah apakah kita tahu, tapi apakah kehidupan kita menunjukkan apa yang kita katakan dan ketahui. Teologi yang baik itu penting tetapi teologi yang baik tidak menyelamatkan kita. Kita mungkin mengetahui Injil dengan sangat baik, tetapi pertanyaannya adalah apakah kita percaya pada kebenaran Injil?

 

Penjelasan yang paling sederhana adalah tentang kursi. Kita mengerti bahwa ada perbedaan besar antara saudara percaya bahwa kursi ini sanggup menopang saudara dan saudara duduk di kursi ini. Saudara boleh percaya bahwa kursi ini cukup kuat untung menopang saudara tetapi apa yang kita ketahui adalah sia-sia jika itu tidak membuat saudara duduk di atas kursi. Kita lihat apa yang terjadi? Yesus berkata bahwa kalau kita tidak duduk di atas kebenaran Injil, apa yang kita ketahui tentang Injil tidak ada artinya. Kita membangun hidup kita di atas pasir dan itu tidak akan bertahan lama. Badai akan datang dan menghancurkannya. Apakah pasir itu? Pasir adalah fondasi apa pun dimana kita membangun hidup kita selain Kristus. Seperti contoh saya, saya bisa membangun hidup saya dengan menjadi seorang pendeta yang baik. Identitas saya berakar dalam saya sebagai seorang pendeta. Tetapi apa yang terjadi ketika badai datang, dan saya tidak bisa lagi menjadi pendeta? Hidup saya akan hancur. Saya akan menjauh dari Tuhan karena pahit dan marah. Tetapi itu hanya mengungkapkan bahwa saya tidak pernah membangun hidup saya di atas fondasi yang benar. Saya memiliki penampilan yang baik tetapi tidak memiliki fondasi yang baik. Dan dengarkan saya dengan jelas. Saya mengatakan ini karena saya benar-benar mengasihi kita. Jika kita membangun rumah kita di atas pasir, saya berdoa agar Tuhan segera mengirimkan badai besar ke arah kita dan menghancurkan rumah kita sebelum terlambat. Karena suatu hari akan datang di mana kita semua akan menghadapi badai yang dahsyat. Dan kita akan berdiri di hadapan Yesus sebagai Hakim Tertinggi kita. Dan di saat itu, sudah terlambat untuk memperbaiki fondasi. Pilihannya adalah apakah kita memiliki fondasi yang benar atau kita akan mendengar Yesus berkata kepada kita, “Aku tidak pernah mengenalmu. Enyahlah dari padaku.” Dan vonis ini adalah final dan tidak dapat diubah. Tidak ada yang bisa kita lakukan tentang hal tersebut. Tetapi jika saat ini kita sedang membangun rumah kita di atas pasir dan Tuhan mengirimkan badai ke arah kita dan menghancurkan rumah kita, maka masih ada kesempatan bagi kita untuk membangun kembali rumah kita di atas fondasi yang benar.

Bagaimana cara membangun rumah di atas fondasi yang benar? Ada dua hal. Pertama, bangunlah rumah di atas batu. Apa itu batu? Batu adalah rock yang adalah Yesus. Suatu hari Yesus bertanya kepada murid-muridnya, “Menurut kamu, siapakah aku ini?” Dan dengarkan jawaban Petrus. Matius 16:16-18 – Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat- Ku dan alam maut tidak akan menguasainyaBatu karang adalah pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Namun ini bukanlah pengakuan yang sederhana. Agar kita dapat mengaku bahwa Yesus Kristus adalah batu karang, kita harus terlebih dahulu mengakui bahwa kita bukanlah batu karang. Itulah sebabnya Yesus memulai khotbah di bukit dengan perkataan yang keras. Dia berkata, Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Yesus tidak mengatakan miskin secara materi tetapi miskin di hadapan Allah. Artinya adalah bangkrut secara rohani. Ini adalah untuk mengakui bahwa sama sekali tidak ada hal yang baik dalam diri kita yang dapat menyenangkan Tuhan. Ini tidak hanya sekedar mengakui bahwa kita tidak cukup baik, tetapi kita tidak mampu melakukan sesuatu yang baik. Bahkan hal baik yang kita lakukan memiliki motivasi yang buruk. Kebaikan kita didorong oleh kemuliaan diri sendiri. Kita melakukan hal yang baik dengan alasan yang salah. Kita ingin orang menghormati kita. Kita ingin Tuhan memberkati kita. Dan inilah masalah mereka yang ditolak oleh Yesus. Mereka masih melihat kepada apa yang mereka lakukan untuk Yesus untuk penerimaan mereka. Tapi untuk membangun rumah di atas batu adalah untuk beristirahat di atas pekerjaan Kristus yang sudah selesai. Ini untuk mengatakan bahwa “Kristus adalah identitasku. Aku tidak perlu lagi validasi lainnya karena aku sudah memiliki validasi dari Kristus. Aku tidak perlu lagi perform karena Kristus telah perform untukku. Sama sekali tidak ada hal yang baik dalam diriku, tetapi Kristus telah memberiku kebaikannya yang sempurna. Aku bangkrut secara rohani tetapi karena itu aku menerima kerajaan Allah. Hidupku tidak lagi berakar pada siapa aku tetapi pada siapa Kristus. Hidup Kristus adalah hidupku. Masa lalu Kristus adalah masa laluku. Dan masa depan Kristus adalah masa depanku. Aku miliknya dan hanya itu yang penting. Jadi saat ini, aku dicintai, diterima, dihargai, dan disenangi oleh satu-satunya orang di seluruh alam semesta yang pendapatnya aku perhitungkan dan pendapatnya akan bertahan selamanya. Aku telah menerima keputusan terakhir. Aku dikenal dan dikasihi oleh Kristus.” 

 

Kedua, dengarkan dan lakukan perkataan Kristus. Dengan kata lain, tidak cukup bagi kita untuk menjadi penggemar Kristus. Kita perlu menjadi murid Kristus. Bukan hanya pendengar firman tetapi pelaku firman. Jika kita mengatakan kita percaya kepada Yesus tetapi tidak mentaati firmannya, kita menipu diri kita sendiri. Kita sedang membangun di atas pasir. Saya tidak mengatakan bahwa kita akan diselamatkan oleh ketaatan kita. Tetapi saya mengatakan bahwa ketaatan kita pada firman Kristus adalah bukti bahwa Kristus adalah batu karang kita. Apakah kita mentaati firman Kristus hari ini? Apakah kita mentaati firman Kristus tentang pentingnya ibadah dan hidup berjemaat di dalam gereja atau apakah kita lebih dikuasai oleh ketakutan yang berlebihan maupun kenyamanan ibadah online? Apakah kita membangun hidup kita dengan penampilan yang baik atau fondasi yang baik? Dan membangun di atas fondasi yang baik tidaklah mudah. Ini membutuhkan usaha yang keras. Bicaralah dengan seorang konstruktor dan mereka akan memberi tahu kita bahwa dibutuhkan jauh lebih banyak waktu dan usaha untuk membangun fondasi yang kuat daripada membangun gedung pencakar langit yang terlihat. Pekerjaan membangun fondasi tidak menyenangkan. Sering kali, hal tersebut tidak terlihat. Namun ketaatan atas firman Tuhan yang tidak dilihat oranglah yang memungkinkan kita untuk berdiri kuat saat badai datang. Kekuatan dan stabilitas kita sebagai umat Kristus terletak pada fondasi. Peperangan dan pekerjaan umat Kristus tidak dilakukan di panggung, tetapi di tempat yang tidak terlihat.

 

Sebagai penutup maka inti dari semua perbedaan ini adalah untuk kita membuat pilihan. Yesus memberikan kita dua pilihan yaitu apakah kita seorang Kristen palsu? Atau apakah kita seorang Kristen Injil? Apakah kita masih mengandalkan diri sendiri dan pekerjaan kita? Atau apakah kita mengandalkan Kristus sebagai batu karang kita? Apakah kita seorang penggemar? Atau apakah kita seorang murid? Dan Yesus memberi tahu kita mana pilihan yang benar. Dia berkata, “Masuk ke pintu yang sempit. Karena itulah satu-satunya jalan menuju kehidupan. Tidak ada jalan lain.” Dan kabar baiknya, Yesus telah terlebih dahulu memasuki pintu yang sempit dan sukar dan berjalan di depan kita. Dia meninggalkan kenyamanan surga dan memasuki jalan yang sempit. Tuhan yang tak terbatas mengecilkan diriNya dan menjadi manusia dan memasuki jalan sempit kehidupan dan Dia mati karenanya. Yesus mati di jalan sempit itu sehingga ketika kita memasuki jalan itu maka jalan itu tidak akan membawa kita menuju kematiantetapi kehidupan. Sudahkah kita memasuki jalan itu? Jika belum, hari ini ada undangan dari Yesus untuk memasuki jalan yang sempit dan sukar. Rendahkan diri di hadapannya. Akui kebangkrutan rohani kita. Dan terima kerajaan Allah sebagai anugerah.