Kehidupan Kita Dalam Kedaulatan Tuhan

CORAM DEO (Hidup Kita Dalam Kedaulatan Tuhan)- Ps. Erlangga Dharma

 

Pembacaan : Yunus 1: 1-16; 2: 6: 3:5-6

          1. KENDALI ILUSI

Yunus 1

1:3 Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.

Ketika Yunus diperintahkan Tuhan pergi ke Ninewe untuk supaya bangsa itu bertobat namun ternyata Yunus tidak melakukan apa yang diperintahkan Tuhan tetapi justru pergi ke Tarsis menjauh dari hadapan Tuhan. Jadi memang ada niat yang sungguh-sungguh dari nabi Yunus ini untuk menolak perintah Tuhan untuk pergi ke Ninewe dan pergi menjauh dari hadapan Tuhan, bahkan dikatakan dia membayar sendiri biaya perjalanannya. Demikian juga yang dilakukan manusia yaitu ingin memberontak dan jauh dari hadapan Tuhan. Inilah masalah yang dihadapi oleh manusia yaitu seringkali kita memiliki Ilusi bahwa manusia memiliki kendali atas hidupnya. Kita merasa bebas melakukan apa saja yang kita inginkan dan mau lari dari rencana Allah. Kita tahu bahwa rencana Allah itu baik namun karena tidak sesuai dengan rencana atau bayangan kita maka kita menolaknya. Rev. Edmund Chan berkata bahwa kita ditipu seakan-akan kita bisa mengendalikan hidup kita sendiri, punya kuasa dan kendali atas hidup kita sendiri. Di jaman Post Modern ini banyak orang berkata bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita sebab itu kita harus menyelamatkan diri kita sendiri, sehingga mereka melakukannya dengan hikmat, kekuatan dan pengalaman mereka sendiri. Demikianlah manusia terjebak pada ilusi kendali atas hidupnya sendiri karena sesungguhnya hidup kita ada dalam kedaulatan Tuhan.  

Amsal 16: 9 mengatakan “ Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.

Demikian juga Yesus mengalami dimana kehendak manusianya menginginkan untuk tidak mengalami apa yang harus dia alami di atas kayu salib.  Namun Yesus tahu bahwa Bapanya berdaulat dan kehendak Allah harus tergenapi sempurna di atas muka bumi ini. 

Matius 26:39 

Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

          2. TUHAN BISA PAKAI ORANG YANG TIDAK PERCAYA UNTUK MENGINGATKAN GEREJANYA

YUNUS 1: 4 - 7

1:4. Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.
1:5 Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak.
1:6 Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata: "Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa."
1:7 Lalu berkatalah mereka satu sama lain: "Marilah kita buang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini." Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi.

Dalam pelarian Yunus maka Tuhan menurunkan angin ribut sehingga terjadi badai besar. Dan ditengah-tengah musibah itu maka Yunus tidak melakukan apa-apa bahkan tidur dimana oleh banyak penafsir dimungkinkan dia ini sedang mengalami tekanan yang berat. Justru nahkoda kapal yang berinisiatif membangunkan Yunus untuk berseru kepada Allahnya yang mungkin dapat menolong mereka. Demikian juga dalam perjalanan kita menuju pada keserupaan dengan Kristus maka seringkali Tuhan ijinkan hal-hal yang terjadi dalam hidup kita bahkan orang-orang yang tidak percaya Yesus serta  siapa saja untuk mengingatkan gerejaNya agar sadar bahwa Tuhanlah yang berdaulat atas hidup kita serta punya rencana yang indah bagi hidup kita. Dietrich Bonhoeffer berkata “ hidup kita sebagai orang kristen seharusnya membuat orang mempertanyakan ketidakpercayaan mereka akan Allah”. Namun dalam cerita Yunus kita mendapati sebaliknya dimana orang yang tidak percaya justru yang mengingatkan Yunus untuk berseru kepada Allah. Sebab itu kita perlu bersyukur kalau karena kasihNya maka Tuhan mengingatkan kita baik melalui Firman Tuhan atau siapa saja yang dipakai Tuhan untuk menyadarkan kita yang mungkin hidup menjauh dari hadapanNya untuk kembali pada rencanaNya yang luarbiasa. 

          3. RENCANA TUHAN TIDAK PERNAH GAGAL

YUNUS 1: 13 - 16

1:13 Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka.
1:14 Lalu berserulah mereka kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki."
1:15 Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk.
1:16 Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar.

Disini kita melihat ternyata keengganan Yunus tidak menghalangi orang diluar Yahudi untuk bertobat dan percaya kepada Allah. Ini juga dapat terjadi dalam hidup kita dimana kalau Tuhan sudah punya rencana atas hidup kita maka rencanaNya itu tidak akan pernah gagal. Seperti Yesus yang sudah mati di kayu salib dan sudah menebus semua dosa kita maka sepasti itu juga rencana Tuhan berjalan dalam hidup kita. Kita memiliki sauh yang kuat dan dasar yang teguh yang menjadi pengharapan kita yaitu Allah yang menyertai kita dan dapat dapat kita percayai serta rencanaNya tidak pernah gagal dalam hidup kita. Dan apa yang menjadi rencanaNya itu selalu untuk kebaikan kita sekalipun itu berupa penderitaan yang diijinkan Tuhan terjadi dalam hidup kita sebab kita tahu bahwa itu adalah proses perjalanan yang membawa kita pada keserupaan dengan Kristus. 

Yesaya 49:6 

"Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi."

Hati Tuhan itu adalah selalu untuk misi yaitu jiwa-jiwa, dan melalui hidup kita maka Tuhan mau rencanaNya ini digenapi, Injil diberitakan sampai ke ujung bumi dan nama Tuhan dipermuliakan. Sebab itu biarlah kita tidak hanya memikirkan diri kita sendiri atau mempunyai rencana sendiri atas hidup kita tetapi ada rencana Tuhan yang ingin digenapi dalam hidup kita. Allah berdaulat atas hidup kita, Kristus ada dalam kita dan kita ada dalam Kristus bekerja untuk sebuah pekerjaan baik. 

           4. DITITIK TERENDAH KITA MENYADARI ANUGERAH TUHAN NYATA

Yunus 2:6 

di dasar gunung-gunung. Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya. Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN, Allahku.

Yunus mengalami anugerah Tuhan ketika berada dalam perut ikan. Tim Keller berkata “biasanya tempat untuk belajar tentang rahasia terbesar akan anugerah Tuhan adalah di titik terendah “ Demikian juga ketika kita berada dalam titik terendah dimana kita tidak bisa melihat cahaya maka disitulah anugerah Tuhan dinyatakan secara sempurna.

          5. HIDUP INI BUKAN TENTANG KITA, NAMUN MELALUI HIDUP KITA MAKA KEMULIAAN TUHAN DINYATAKAN

Yunus 3:5 -6

Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.
3:6 Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu.

Setelah Yunus berada di titik terendah dan mengalami anugerah Tuhan dan diberi kesempatan kembali untuk memberitakan pertobatan kepada orang Ninewe untuk menunjukkan bahwa anugerah Tuhan itu juga ditujukan bagi bangsa-bangsa lain. Dan akhirnya orang Ninewe bertobat sehingga hilanglah amarah Tuhan kepada mereka. Demikian juga apa yang menjadi pekerjaan atau profesi kita maka di dalamnya ada rencana Tuhan yang ingin digenapi dalam hidup kita sehingga hidup kita bukan hanya untuk kita tetapi untuk kemuliaan Tuhan. Ketika hidup kita ada dalam kedaulatanNya maka apapun yang terjadi dalam hidup kita maka akan selalu ada perlindungan Tuhan.

Kita seharusnya tidak membedakan waktu kita, memberikan sebagian waktu kita untuk Tuhan, memberikan sebagian untuk bisnis kita atau sekolah kita serta sebagian waktu untuk diri kita sendiri. Seharusnya hidup kita ini di dalam hadirat Tuhan, tinggal dalam kedaulatanNya serta hidup bagi kehormatan dan kemuliaanNya. Itulah kehidupan kekristenan yang sejati. Kita tidak bisa mendikotomikan antara kehidupan gereja dan kehidupan pekerjaan karena semua itu ada dalam hadirat Tuhan. Dan biarlah kekristenan kita ditunjukkan dalam anugerah Tuhan kita dimampukan dimana orang lain dapat melihat bahwa melalui hidup kita maka nama Tuhan akan dipermuliakan.

Belajar dari Rasul Paulus maka dia sadar bahwa dia adalah orang berdosa. Ketika dalam perjalanan menuju Damsyik maka dia berkata “ Siapakah Engkau Tuhan?” karena dia tahu ada satu pribadi yang lebih hebat dari dirinya sehingga membuatnya tidak bisa melihat. Dia sadar bahwa ada Tuhan pencipta langit dan bumi yang sedang berurusan dengan dia. Dan biarlah kesadaran yang sama juga kita miliki.

Filipi 1:20 

Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.

Tidak mudah bagi Paulus untuk bisa berkata seperti itu kalau tidak dimampukan oleh Roh Kudus. Dan biarlah kesadaran yang sama yang seperti itulah yang seharusnya juga kita miliki. Di masa-masa yang sulit hari ini biarlah kita juga tidak terus bertanya mengapa penderitaan itu harus terjadi sebab kita tahu bahwa justru di titik terendah maka anugerah Tuhan itu dinyatakan secara sempurna untuk memampukan kita terus berjalan dalam rencana Tuhan selama kita hidup di dunia ini.