Dari Sebab Kepada Akibat

SEBAB KEPADA AKIBAT -  Pdt. Hengky Setiawan

 

Pembacaan : Filipi 3: 7-14

Banyak orang berpikir bahwa hanya tindakan kejahatan saja yang dapat dianggap sebagai sampah dan dapat membahayakan keselamatan dirinya dan orang lain. Namun menurut Alkitab maka segala kebaikan dalam agama apapun itu juga bisa menjadi sampah serta membahayakan kehidupan keselamatan rohani seseorang dan juga orang lain. Yang menjadi pertanyaan adalah apalah Tuhan itu anti dengan kebaikan? Tentunya tidak sama sekali. Sebab kebaikan yang dimaksud manusia berbeda dengan kebaikan yang dimaksud Allah. Melalui kehidupan Paulus maka kita akan belajar bahwa hanya jika Kristus yang menjadi penyebab dalam segala kebaikan  dan bukan hukum Taurat maka kita akan tahu perbedaannya secara tajam. Itulah yang membuat Paulus akhirnya berani meninggalkan apa yang menurutnya baik pada masa lalunya dan dia melihat ke depan sebagai sesuatu yang menguntungkan ketika dia mengejar hadiah panggilan surgawi.

         A.  AKIBAT KE BELAKANG

Karena Yesus maka kita akan belajar tentang bagaimana Paulus mengartikan kebaikan pada masalalunya sebagai sampah dan sangat merugikan.

Kisah 3:7 

Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.

 

Jadi segala sesuatu yang dilakukan oleh Paulus dalam tradisi orang Farisi atau aturan-aturan yang begitu banyak maka itu dianggap rugi oleh Paulus setelah dia ada dalam Yesus.  Kata “ rugi “ dalam Bahasa Ibrani memakai kata "ζημίαν" dari kata "ζημία": dimana dipakai empat kali yaitu dalam Kisah 27:10, 21; Fil 3:7,8 yang artinya rugi atau kerusakan. Dan dalam Kisah 27: 10 terjemahan KJV memakai kata “ damage “ yang artinya bukan sekedar kerugian yang biasa namun suatu kerugian yang dapat merusak sesuatu yaitu yang sangat membahayakan keselamatan orang lain. Dan kata “ damage” ini berada dalam konteks dimana Paulus sedang dalam perjalanan sebagai tawanan bersama perwira Itali menuju ke Roma. Ketika berada dalam kapal itu maka Paulus berkata kepada perwira itu bahwa perjalanan akan berjalan sangat lambat dan merugikan karena aka nada banyak bahaya. Tetapi perwira itu lebih percaya pada nahkoda kapal daripada kepada Paulus. Selanjutnya terjadilah badai besar dan menimpa kapal itu sampai akhirnya badai itu tenang dan perwira itu sadar bahwa barang -barang yang dikapal itu harus dibuang sebab kalau tidak akan membahayakan dan merugikan keselamatan orang-orang yang ada dalam kapal tersebut. Dalam arti seperti inilah maka Paulus mendefinisikan kata “ rugi “ yaitu sangat membahayakan baik bagi dirinya dan orang lain. Jadi segala perbuatan baik yang dia lakukan dalam keagamaan itu dianggap sangat membahayakan.

3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,

Karena Yesus maka Paulus melihat segala kebaikannya, kesalehannya dan ketaatannya dalam melakukan Hukum Taurat dianggap sebagai sampah. Kata "sampah" dalam Bahasa Yunani  memakai kata : "σκύβαλα" darikata "σκύβαλον" dan dalam kamus Strong memiliki arti : sampah, ampas, kotoran hewan. Thayer menyebut sebagai hal yang menjijikan dan memuakan. Sebagai contoh kalau kita memecah sembilan telur yang baik namun kalau kita campur dengan telur busuk satu saja maka itu akan merusak semua telur yang baik. Demikian juga karena manusia itu sudah jatuh dalam dosa dan hidupnya tercemar dosa maka segala kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan menjadi sesuatu yang memuakkan dan menjijikkan.

APA SAJA YANG PAULUS ANGGAP ITU MERUSAK DAN MEMUAKAN?

          1. Merasa Diri Benar

Ayat 5

….tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,

 Ayat 9

dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus,

Pada masa lalu maka Paulus pernah hidup dalam kebenarannya sendiri yaitu sebelum dalam Yesus. Dia menganggap semua kebenaran yang dia lakukan adalah sesuatu yang luarbiasa. Teologi orang Farisi saat itu adalah teologi yang lebih dihormati dan dihargai dibandingkan dengan teologi orang Saduki. Dalam Yesus kita benar bukan karena kita melakukan hukum Taurat tetapi karena kebenaran dalam Yesus Kristus. Teologi, kotbah atau pengajaran apapun jika tidak dikaitkan dengan Kristus sebagai pusatnya maka semua itu hanya moralisme belaka dan tidak ada gunanya serta bisa menjebak diri kita untuk merasa benar dan lebih suci daripada orang lain. Charles Spurgeon pernah berkata kalau kita tidak mengkotbahkan Kristus maka lebih baik tidak usah berkotbah. 

          2. Merasa diri berharga

 

Ayat 5

… dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli,…

Ada tiga identitas asli dari Paulus yaitu bangsa Israel, suku benyamin dan orang Ibrani asli yang menunjukkan rasa diri yang berharga dalam kehidupan Paulus. Berbeda dengan orang Samaria yang sudah melakukan kawin campur dan dianggap suku yang paling rendah serta diidentikkan dengan pemungut cukai dan pelacur. Paulus ini orang Ibrani asli yang sangat fasih menulis Bahasa Ibrani dan berbicara dengan Bahasa Ibrani yang halus dibandingkan dengan yang lain. Namun dalam Yesus maka Paulus melihat bahwa keberhargaannya bukan dari kesukuannya tetapi karena dalam Yesus dia menjadi anak-anak Allah.

          3. Merasa diri hebat.

Ayat 6

… tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat …

Dia tidak hanya taat dalam melakukan hukum taurat namun dalam semua aturan secara detail maka Paulus menyatakan bahwa dia tidak bercacat. Disini Paulus merasa diri hebat dimana bisa mempengaruhi perubahan orang lain. Dalam Yesus maka orang lain bisa berubah bukan karena kita telah menuruti semua aturan agama tetapi karena pekerjaan Roh Kudus. 

 

          B. AKIBAT KE DEPAN

Ayat 3:14 

dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

Dalam Yesus maka sekarang Paulus menjadi seseorang yang berlari-lari dengan cepat seperti dia mengejar orang-orang Kristen pada waktu itu, berlari ke Damsyik dengan cepat serta menangkap dengan sungguh-sungguh. Dia tidak melakukan dengan santai namun dengan penuh gairah untuk mencapai tujuan memperoleh hadiah yaitu panggilan sorgawi dari allah dalam Kristus Yesus. Kata “ hadiah “ dalam bahasa aslinya memiliki dua arti yaitu  sebuah penghargaan dari atasan kepada bawahan dengan suatu kenaikan pangkat. Arti kedua dari hadiah yaitu suatu bentuk keberhargaan yang diberikan oleh seorang raja atau pemimpin kepada seseorang yang menang dalam suatu perlombaan dengan menyematkan sebuah mahkota yang terbuat dari daun sebagai lambang mahkota kehormatan bagi seorang yang berhasil. Dan Paulus berlari-lari untuk tujuan ini yaitu ketika dia mengganggap masa lalunya sebagai sesuatu yang memuakkan maka dia tidak mau berdiam diri namun mengejar panggilan sorgawi itu. Ada lima hadiah yaitu panggilan sorgawi yang adalah suatu kehormatan yang dikejar oleh Paulus dan perlu kita kejar juga. Lima hadiah atau panggilan itu adalah :

  • Mahkota Abadi diperoleh dengan menjadi teladan rohani/ saksi Kristus (1 Kor .9: 24-27)
  • Mahkota kemuliaan diperoleh dengan menjadi  gembala (1 Pet 5:2, 4)
  • Mahkota sukacita diperoleh dengan memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus (1 Tes 2: 8-9,12)
  • Mahkota kehidupan diperoleh karena setia kepada Yesus walaupun mengalami penderitaan (Yakobus 1:12)
  • Mahkota kebenaran diperoleh karena merindukan kedatangan Yesus yang kedua kali (2 Tim. 4: 8)

Hadiah itulah yang dikejar Paulus. Sekalipun hadia hmahkota itu diberi oleh Kristus maka kelak Paulus dan kita semua dihadapan Kristus, Sang Raja (bd. Why 4:10-11). Semua mahkota itu akan diletakkan di bawah Kristus, untuk memuliakan dan menghormati Dia. Sayangnya banyak orang percaya sudah mulai meredup untuk mengejarnya.

 

          C. SEBAB UTAMA. (Ay. 9b-12). 

 

          1. Karena kepercayaan kepada Kristus

3:9 … melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

Kita sudah belajar tentang anatomi iman yaitu ada tiga; Noticia = saya tahu, Ascensus= saya menyetujui dan Fiducia=saya meyakini sepenuhnya. Sebagai orang Kristen maka iman kita tidak boleh berhenti sampai noticia atau ascencus saja namun harus sampai fiducia yaitu noticia dan ascensus tentang Yesus  itu akan mempengaruhi prilaku kita dan cara kita hidup sehingga akhirnya kita bisa menjadi saksi Kristus yang dapat memuliakan namaNya.

          2. Karena mengenal Kristus.

 

3:10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,

 

Kata “mengenal Dia “ memiliki arti sebuah pengenalan berdasarkan fakta dan kenyataan dan bukan didapat dari ruang kelas tetapi pengalaman yang nyata. Kata “ mengenal “ juga memiliki arti hubungan intim. Ini artinya Paulus melekat dengan kuasa kebangkitan Yesus yang sangat nyata. Sebagai seorang Farisi maka Paulus menekankan teologi tentang kebangkitan orang mati. Namun sayangnya itu hanya sebuah teori yang tidak bisa dialami oleh Paulus. Dan dalam Yesus yang sudah bangkit dari antara orang mati maka itu menjawab semua teologi orang Farisi. Paulus melekat dalam kuasa kebangkitan Yesus sehingga mengubah dia menjadi pribadi yang lebih baik menurut standar Allah dan akhirnya menjadi berkat bagi banyak orang. 

          3. Karena ditangkap Yesus

Ay 12  Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.

Paulus bisa mengenal Yesus bukan karena kebaikannya atau kehebatannya dalam melakukan hukum Taurat tetapi karena ditangkap Yesus. Karena sebelumnya Paulus adalah seorang penganiaya yang berusaha menangkap dan mengadili dan menghukum orang-orang Kristen. Namun dalam perjalanannya ke Damsyik maka dia ditangkap oleh Yesus namun bukan untuk diadili dan dihukum oleh Yesus tetapi justru mengalami kasih karunia dalam Yesus (Yoh. 3:17). Jadi kebaikan yang ada dalam Paulus sekarang bukanlah kebaikan yang berdasarkan aturan-aturan agama, namun sebuah kebaikan yang muncul dari kepercayaanNya kepada Yesus. 

Sebagai pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah apa yang mendasari kita pergi ke gereja, memberikan persembahan dan  melayani. Biarlah kita melakukan semua itu karena kita telah mengalami Yesus, percaya Yesus dan ditangkap Yesus. Pertanyaan yang kedua adalah apakah kita sudah jenuh dan terjebak dengan rutinitas ibadah? Kalu kita mengalami hal itu maka kembalilah kepada kuasa kebangkitan Kristus yang akan membuat kita bergairah untuk melayani Tuhan kembali. 

Satu dari berkat terbesar yang dapat kita persembahkan kepada dunia adalah kuasa dari keluarganyang berpusatkan pada Kristus dimana Inji ldiajarkan, covenant dipegang, dan kasih yang melimpah. (Elder Richard G.Scott)

Orang kristen tidak berpikir bahwa Allah akan mengasihi kita karena kita baik, tetapi Allah akan membuat kita baik karena Dia mengasihi saya. (C.S. Lewis)