Sekutu Atau Seteru Salib Kristus

Special Sunday Sekutu Atau Seteru Salib Kristus 

Pdt. Wahyu Pramudya

 

Filipi 3 : 17 - 20

Setelah kita diselamatkan maka kita hidup dalam perjalanan di dunia ini yang penuh dengan berbagai tantangan sehingga kita perlu mempersiapkan diri dengan berbekal Kitab Suci dan apa yang ditemukan orang dalam perjalanan sejarah sebagai orang Kristen. Sehingga kita memiliki bekal yang cukup dalam perjalanan rohani kita. Satu peringatan diberikan oleh salah satu Bapa Gereja yang bernama Tertulian saat mengamati perjalanan gereja. Dia mengatakan “ Darah para martir adalah benih bagi gereja “  Disini dia menegaskan bahwa dalam perjalanan kerohanian maka akan ada tantangan yang ada dari luar bahkan bisa berakhir dengan kematian, tetapi darah para martir adalah benih dari gereja. 

Perjalanan murid Kristus tidak terlepas dari tantangan fisik, tetapi juga tantangan yang berupa paham pemikiran dari dunia ini yang bisa merasuk dalam orang-orang yang mengaku dirinya adalah murid Kristus. Peringatan inilah yang diberikan Paulus dalam Filipi 3:18

Fililpi 3:18 – 19

 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatan kepadamu, dan yang sekarang kunyatakan pula sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.

Kalau Paulus harus mengingatkan jemaatnya maka kita tahu bahwa potensi seteru salib itu juga bisa memasuki hidup anak-anak Tuhan. Dan lawan kita bukanlah secara fisik tetapi cara hidup tertentu yang berasal dari dunia ini yang mempengaruhi cara berpikir anak-anak Tuhan. Dalam bagian lain Paulus juga pernah mengatakan supaya kita tidak serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan pikiranmu. 

TANTANGAN SETERU SALIB KRISTUS (Ayat 19)

  • Hedonisme     

Tuhan mereka ialah perut mereka (ay. 19).

Perut adalah gambaran dari kenikmatan dunia yang berbicara bukan hanya makanan tetapi juga seks dan kenikmatan hidup yang lain yang menguasai hidup mereka.  Prinsipnya adalah kenikmatan yang utama sehingga apa saja bisa dilakukan. Hedonisme pada tingkat buruk, fokusnya untuk diri sendiri, walaupun menyakiti orang lain. Kalau Kristus dan salibNya tidak ada di hati maka kita bisa tertawan dengan hedonism ini. Hedonisme bukan hanya problem jaman dulu, tetapi jaman sekarang juga.

  • Antinomianisme 

Kemuliaan mereka ialah aib mereka (ay. 19)

Antinomian dari kata “Anti” artinya melawan dan “Nomos” artinya hukum. Kalau ada orang yang tidak kenal aturan itu sebenarnya bukan tidak kenal aturan tetapi aturannya adalah diri mereka sendiri. Dan yang menjadi ukuran benar dan salah adalah diri mereka sendiri. Kita berada dalam budaya yang berubah yaitu kalau dulu orang melakukan dosa maka akan bersembunyi. Tetapi  sekarang orang tidak sembunyi justru ada yang sengaja diviralkan di media sosial dan bahkan menjadi kebanggaan mereka.  Ketika orang tidak lagi sembunyi dengan dosanya maka itu adalah sebuah spirit untuk melawan aturan. 

  • Sekularisme 

Pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi (ay.19)

Mereka yang ada dalam paham ini akan berpikir bahwa yang konkrit dan nampak di depan mata adalah sekarang dan di sini. Mereka yang dikuasai faham ini akan mengatakan bahwa “ aku tidak percaya pada apa yang tidak kelihatan, yang adikodrati atau nanti, yang penting adalah sekarang dan di sini.” Perjalanan hidup orang Kristen bukan seperti sebuah perjalanan tamasya tetapi adalah sebuah peperangan rohani untuk melawan paham dan keyakinan yang berasal dari seteru salib yang memberi tantangan dalam hidup kita dimana ujungnya adalah kebinasaan.

BAGAIMANA KITA BISA HIDUP SEBAGAI ORANG YANG PERCAYA PADA INJIL DAN ANUGRAH ?  

        1. Terus Mengingat Identitas Diri Diri Yang Dibangun Berdasarkan Salib Kristus 

Filipi 3:20

Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia …

Kita adalah warga kerajaan sorga, yang hidup di dunia dan berjalan menantikan kehadiran Kristus kembali dan menantikan Kristus mengubahkan hidup kita. Dan kita harus hidup sesuai identitas yang terbukti baik dalam perkataan maupun perbuatan. Namun Alkitab menyatakan bahwa masalah kita yang sebenarnya adalah setiap orang membangun identitasnya berdasarkan sesuatu yang lain, dan bukan Yesus. Saat Tuhan Yesus dicobai oleh iblis maka Dia tidak mau melayani tantangan iblis untuk membangun jati diri berdasarkan performa, apa yang dikatakan orang tentang diriNya dan berdasarkan apa yang Dia miliki. Namun Yesus membangun jati diriNya berdasarkan apa yang dikatakan Bapa. Demikian juga kita, biarlah kita membangun jati diri kita hanya berdasarkan Injil dan anugerah Allah yang menyelamatkan itu serta menghidupi identitas itu setiap hari, sehingga dunia bisa melihat kita sebagai murid-murid Kristus dengan nilai yang berbeda. Murid-murid Kristus bukan warga dunia yang sedang dalam perjalanan ke surga, namun adalah warga kerajaan surga yang untuk sejenak menjalani perjalanan di dunia. 

         2. Terus Menjalani Hidup Sehari-Hari Bersama Komunitas Sekutu Salib Kristus.

Filipi 3: 17

Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.

Agar kita kuat dalam perjalanan hidup bersama orang-orang percaya menghadapi tantangan dunia ini maka kita perlu berjalan bersama dalam satu komunitas, bukan dengan dunia ini tetapi besama Allah yang kehadiranNya nyata melalui komunitas kita. DL Moody berkata “ Jika saya berjalan bersama dunia, saya tidak dapat berjalan dengan Allah.” Belajar dari teladan hidup murid Kristus yang lain akan membuat langkah kita mantap karena kita mendapatkan contoh bagaimana menghadapi pelbagai tantangan berbekal anugerah Tuhan. Kita tidak didesain untuk menjalani perjalanan rohani ini seorang diri namun didesain untuk hidup dalam komunitas. Sebab itu Yesus berkata “ di atas batu karang ini yaitu di atas pengakuan Petrus akan siapa Kristus, Aku akan mendirikan jemaatKu, dan alam maut tidak menguasainya.” 

IMPLIKASI INJIL. Karena Injil ..

 

  • Kita membangun dan terus mengingat identitas diri, bukan berdasarkan pencapaian insani, namun atas dasar anugerah illahi.
  • Kita menjalani kehidupan sehari-hari, bukan dengan egoism atau nilai-nilai dunia ini, namun bersama-sama dengan komunitas sekutu salib Kristus.