Seni Meminta Dalam Berdoa

Seni Meminta Dalam Berdoa - PS. YOSIA

 

Pembacaan : Lukas 11:5-13

Mengapa sangat sulit bagi kita untuk berdoa? D.A. Carson pernah berkata bahwa jika anda benar-benar ingin mempermalukan orang Kristen pada umumnya, mintalah mereka untuk menceritakan kepada anda bagaimana kehidupan doa pribadi mereka. Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa kita perlu berdoa. Tetapi mari kita jujur. Berapa banyak dari kita yang sering mengalami kesulitan dalam kehidupan doa kita?. Dalam hal berdoa, kebanyakan dari kita memiliki nilai C-. Mayoritas orang Kristen saat ini sangat lemah dalam hal doa. Dapat dikatakan bahwa kita hidup dalam dunia yang tidak berdoa dan gereja yang tidak berdoa. Dan inilah mengapa kesulitan dalam berdoa harus menjadi perhatian kita. John Wesley berkata, “Saya yakin Tuhan tidak melakukan apa pun di dunia ini kecuali sebagai jawaban atas doa.” Jika dia benar, dan saya yakin dia benar, maka mungkin alasan Tuhan tidak melakukan apa pun dalam hidup kita adalah karena kita tidak berdoa.

Tetapi mengapa sangat sulit bagi kita untuk berdoa? Kita dapat memikirkan banyak alasan. Tetapi jika kita bisa jujur, alasan mengapa sebagian besar dari kita kesulitan untuk berdoa adalah karena kita tidak berpikir bahwa doa bekerja. Prosesnya biasanya berjalan seperti ini. Ada kalanya kita berdoa, dan Tuhan menjawab doa kita. Kita berdoa untuk kesembuhan tante Mary, dan dia sembuh dari kanker. Kita berdoa untuk keselamatan Bob dan beberapa bulan kemudian Bob mengenal Tuhan. Dan kita berkata, “Wow, indah sekali. Tuhan menjawab doa kita. Dia mendengarkan kita. Tuhan kita luar biasa!” Dan ada kalanya kita lupa berdoa dan hal-hal yang kita lupa doakan tetap terjadi. Kita berjanji kepada Susi bahwa kita akan berdoa agar Tuhan melembutkan hati suaminya kepada Tuhan. Dan beberapa minggu kemudian Susi datang ke gereja bersama suaminya, dan dia berterima kasih kepada kita karena telah mendoakan suaminya. Dan kita berkata, “Puji Tuhan. Tuhan menjawab doa kita,” sambil berpikir, “Hahaha... Aku lupa doa buat Susi.” Mari kita jujur. Berapa banyak dari anda yang pernah melakukan hal ini?  Tetapi setidaknya sesuatu masih terjadi. Tetapi ada saat-saat lain ketika kita berdoa dengan tekun, kita sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, kita meminta orang lain untuk berdoa bersama dengan kita, dan tidak ada yang berubah. Kita berdoa tetapi orang tua kita tetap bercerai. Kita berdoa tetapi kita masih belum memiliki anak yang kita doakan. Kita berdoa tetapi orang yang kita kasihi tetap meninggal karena sakit. Kita berdoa dan kita masih jomblo. Karena itu, kita mulai berpikir, “Aku tidak yakin apakah doa benar-benar bekerja. Aku tidak yakin apakah ada hubungan antara doaku dengan apa yang terjadi. Terkadang Tuhan menjawab doa yang tidak aku panjatkan, dan terkadang Tuhan tidak menjawab doa yang aku panjatkan. Doaku tidak mengubah apa pun. Tuhan berdaulat dan Dia melakukan apa pun yang Dia inginkan dengan atau tanpa doaku.” Maka, kita berhenti berdoa. Atau mungkin kita masih berdoa, tetapi doa kita hanya bersifat ritual dan tidak dipenuhi dengan iman. Kita meminta tetapi kita tidak berharap untuk menerima. Inilah yang Yesus bicarakan dalam teks kita.

Sebagai konteksnya, perikop ini muncul tepat setelah doa Bapa Kami. Murid-murid Yesus datang kepada Yesus dan berkata, “Tuhan, ajarlah kami berdoa.” Dan Yesus mengajarkan mereka doa Bapa Kami. Melalui doa ini, Yesus mengajarkan para murid cara berdoa yang benar. Perhatikan. Doa yang benar mencari Tuhan, bukan mencari keuntungan dari Tuhan. Kita tidak berdoa karena Tuhan membutuhkan bantuan kita untuk menjalankan dunia. Kita tidak berdoa untuk mengubah pikiran Tuhan. Kita berdoa karena Tuhan telah menetapkan doa sebagai sarana untuk mencapai tujuan-Nya. Doa terutama adalah tentang Tuhan dan kemuliaan nama Tuhan. Dan ini sangat penting untuk kita mengerti. Kalau kita tidak memulai doa kita dengan mengingatkan diri kita sendiri tentang siapa Tuhan, kita tidak akan meminta dengan benar. Permintaan kita akan dipenuhi dengan nama kita, kerajaan kita, dan kehendak kita, dan bukan nama Tuhan, kerajaan Tuhan, dan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya hal pertama yang harus kita lakukan dalam doa sebelum kita meminta adalah berbicara kepada Tuhan tentang Tuhan. 

Setelah mengajarkan doa Bapa Kami, Yesus langsung menjawab pertanyaan apakah doa bekerja atau tidak. Mengapa? Karena Yesus memahami keraguan yang dihadapi murid-murid-Nya dan kita. Selama kita ragu apakah doa mendatangkan hasil, kita tidak akan berdoa. Kita tidak akan meminta. Jadi Yesus memberikan perumpamaan-perumpamaan ini untuk meyakinkan kita bahwa doa mendatangkan hasil. Dan jika saya dapat menyimpulkan khotbah ini dalam dua kalimat, maka itu adalah ini. Tuhan ingin menjawab doa-doa kita lebih dari kita ingin meminta kepada-Nya. Dia lebih ingin memberkati kita daripada kita meminta kepada-Nya. Dan alasan mengapa sulit bagi kita untuk berdoa adalah karena kita lupa bahwa Tuhan bukan hanya Pencipta alam semesta; Dia adalah Bapa kita yang baik. Kita akan belajar seni meminta dalam berdoa. Ada tiga poin : Meminta dengan tidak malu; Meminta dengan tekun; Meminta dengan penuh kepercayaan.

          1. MEMINTA DENGAN TIDAK MALU

Lukas 11:5-7 – Lalu kata-Nya kepada mereka, "Jika seorang di antara kamu mempunyai seorang sahabat dan pada tengah malam pergi kepadanya dan berkata kepadanya: Sahabat, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepadamu.

Pada abad pertama Israel, keramahan atau hospitality sangatlah penting. Ketika ada tamu yang menginap di rumah anda, anda harus memperlakukan orang itu dengan baik. Anda harus menyediakan makanan dan tempat tinggal dengan sukarela. Jika seorang tamu datang dan anda tidak memiliki makanan untuk disajikan, itu sangat memalukan. Jadi ceritanya suatu malam teman Ali datang dari jauh untuk menginap dirumahnya, dan Ali tidak punya makanan untuk dihidangkan. Dan itu sudah tengah malam. Tidak ada MCD 24 jam, Alfa Mart, atau Gojek. Ini adalah masalah besar. Jadi yang Ali lakukan adalah dia pergi ke rumah temannya, Baba. Dan ingat bahwa ini adalah budaya tanpa listrik. Bagi sebagian dari kita, tengah malam adalah satu jam sebelum kita tidur. Bagi mereka, tengah malam adalah saat mereka sudah tidur nyenyak. Mereka biasanya tidur sekitar jam 8 atau 9 malam. Jadi ketika Ali pergi ke rumah Baba, Baba dan keluarganya sudah berada di tengah-tengah siklus tidur mereka. Lalu tiba-tiba Baba mendengar seseorang menggedor-gedor pintu rumahnya. “Bam, bam, bam, Baba… bangun! Temanku menginap dirumahku. Dan aku tidak punya makanan untuknya. Aku butuh tiga roti darimu.” Ini keterlaluan.

Dan yang lebih parah lagi, Baba tidur di ranjang yang sama dengan anggota keluarganya yang lain. Pada masa itu, kebanyakan orang tinggal di sebuah rumah yang memiliki satu kamar dengan satu tempat tidur besar untuk seluruh keluarga. Jadi, ketika Ali mengetuk pintu, bukan hanya Baba yang mendengarnya, tetapi juga seluruh anggota keluarga. Dan jika anda adalah orang tua, anda pasti mengerti betapa memfrustrasikannya hal tersebut. Adalah satu hal untuk membangunkan anda di tengah malam, adalah hal lain untuk membangunkan semua anak anda di tengah malam. Karena anda akan membutuhkan waktu beberapa jam untuk membuat anak-anak anda kembali tidur. Ali dan Baba mungkin berteman baik sebelum malam itu, tetapi berapa banyak dari anda yang tahu bahwa persahabatan mereka akan diuji setelah malam itu? Terutama karena apa yang Ali minta bukanlah hal yang darurat. Dia tidak mengatakan, “Baba, tolong bantu aku. Istriku mengalami kecelakaan dan dia terluka.” Ini sama sekali bukan masalah hidup dan mati. Yang dibutuhkan Ali hanyalah tiga roti. Ini hanyalah sebuah permintaan yang sederhana. Kemudian Baba berkata kepada Ali, “Pergi. Ini sudah sangat malam. Semua orang sudah tidur. Aku tidak dapat bangun dan memberikan kamu apa-apa.” Perhatikan, Baba bukan tidak bisa, tetapi Baba tidak mau. Tetapi lihat apa yang dikatakan oleh Yesus selanjutnya.

Lukas 11:8 – Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. 

Baba akhirnya memberikan apa yang diminta Ali. Tetapi dia tidak memberikan apa yang Ali minta karena Ali adalah temannya. Baba tidak bangun karena persahabatan. Tetapi Baba bangun. Tahukah anda mengapa? Yesus berkata bahwa Baba bangun dan memberikan apa yang Ali minta karena sikap Ali yang tidak malu. Kata tidak malu berasal dari bahasa Yunani ‘anaideia’, yang berarti meminta dengan tidak sopan, bahkan bertindak tidak sopan, untuk mendapatkan hasil dengan cara apapun tanpa malu. Ali tidak malu. Dia melakukan apa yang dia butuhkan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa mempedulikan orang lain. Dia tidak tahu garis sosial mana yang boleh dilewati dan mana yang tidak. Jadi, alasan Baba memberikan Ali apa yang Ali minta bukan karena keinginan untuk membantu Ali tetapi lebih supaya Ali berhenti menggangu dia. Ini bukan karena kasih atau persahabatan, tetapi karena ingin Ali cepat pergi.

Inti dari cerita ini bukanlah bahwa kita harus meminta sesuatu kepada teman kita dengan tidak malu. Jika kita melakukan apa yang Ali lakukan kepada teman-teman kita, saya jamin cepat atau lambat kita tidak akan punya teman. Tetapi Yesus berkata, “Cara Ali meminta kepada Baba dengan tidak malu adalah cara yang seharusnya kamu lakukan sewaktu kamu berdoa kepada Tuhan.”  Tetapi Yesus tidak mengatakan bahwa Tuhan itu seperti Baba. Tuhan bukanlah seorang teman yang tidak mau diganggu oleh permintaan temannya di tengah malam. Yang Yesus lakukan adalah membuat sebuah kontras. Yesus berkata, “Aku ingin kamu datang kepada Tuhan seperti Ali datang kepada Baba. Aku ingin kamu membawa permintaanmu kepada Tuhan dengan tidak malu.” Intinya adalah ini. Jika seorang teman yang tidak mau memberikan permintaan temannya bisa memberikan karena temannya meminta dengan tidak malu, betapa lebih Tuhan akan menanggapi permintaan kita. Dengan kata lain, Tuhan ingin agar kita mengganggu-Nya dengan tidak malu. Berbeda dengan Baba, Tuhan senang untuk diganggu. Tuhan tidak tersinggung oleh permintaan dan sikap kita yang tidak malu. Karena Tuhan adalah Bapa kita dan kita adalah anak-anakNya.

Sebagai contoh . Bayangkan seorang presiden. Apa yang diperlukan untuk bertemu dengan seorang presiden di kantornya? Kita harus menjadi orang penting. Kita harus memiliki prestasi. Kita harus memiliki kekuasaan. Kita harus memiliki koneksi. Atau kita tidak akan pernah bertemu dengan presiden di kantornya. Kita tidak bisa masuk dan keluar dari kantor presiden sesuka hati. Ada janji yang harus kita buat dan aturan yang harus kita ikuti. Kecuali kita adalah anaknya. Anaknya memiliki kebebasan untuk masuk ke kantor presiden dan berlari ke arahnya sambil berkata, “Papa, beri aku permen.” Tetapi jika kita mencoba berlari ke arah presiden dan meminta permen kepadanya, kita mungkin akan bertemu muka dengan muka dengan Yesus. Anak-anak kecil meminta dengan tidak malu.

Jadi, inilah pertanyaan yang perlu kita renungkan. Apakah kita terlalu sopan dalam doa kita? Karena jika kita tidak berhati-hati, terkadang kita dapat menggunakan apa yang kita ketahui tentang Tuhan untuk menghentikan kita melakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan. Kita tahu bahwa Tuhan berdaulat. Kita tahu bahwa Tuhan dapat melakukan apa saja dan tidak ada apapun yang berada di luar kendali-Nya. Setiap hal kecil yang terjadi di pedalaman hutan Himalaya yang tidak diketahui oleh siapa pun, terjadi dalam kedaulatan Tuhan. Tidak ada yang terjadi di luar izin Tuhan. Sebuah kutipan yang menarik dari Ps. Michael. Dia berkata begini. “Sebelum mengubah orang lain dan situasimu, Tuhan lebih ingin mengubah hidupmu terlebih dahulu.” Itu perkataan yang sangat benar dan indah. Tetapi jika kita tidak berhati-hati, kita dapat berfokus hanya pada satu sisi kebenaran ini dan mengubahnya menjadi, “Tuhan hanya ingin mengubah hidupmu dan bukan situasimu.” Anda lihat apa yang terjadi? Siapa yang berkata bahwa Tuhan tidak ingin mengubah situasi kita? Doa bukan hanya mengubah hidup kita tetapi juga mengubah situasi kita. Alasan Baba memberikan apa yang Ali minta adalah karena Ali berani meminta dengan tidak malu. Jadi, perhatikan. Apakah kita berani datang kepada Tuhan dan meminta dengan tidak malu? Atau apakah kita menggunakan kedaulatan Tuhan sebagai alasan bagi kita untuk tidak meminta? Ketika kita menolak untuk meminta kepada Tuhan dengan tidak malu, kita merendahkan kemurahan hati Tuhan kepada kita.

Ada sebuah cerita tentang Alexander the Great yang mengilustrasikan hal ini. Suatu hari, salah satu jenderal Alexander menghampirinya dan berkata, “Aku harus menikahkan anak perempuanku dan aku membutuhkan uang untuk pesta pernikahan. Bisakah kamu membantuku?” Alexander menjawab, “Tentu saja. Kamu adalah salah satu jenderalku dan aku akan dengan senang hati membantumu. Berapa banyak yang kamu butuhkan?” Dan sang jenderal meminta jumlah yang besar. Katakanlah sekitar 10 milliar. Semua orang di ruangan itu terkejut. Hening total. Semua orang menatap Alexander untuk melihat responsnya. Dan yang mengejutkan semua orang, Alexander tertawa. Dia berkata, “Tentu saja. Kamu bisa meminta uangnya kepada bendaharaku. Katakan padanya bahwa kamu sudah mendapat persetujuanku. Aku menantikan untuk bersenang-senang di pesta pernikahan.” Dan sang jenderal berjalan pergi. Begitu dia meninggalkan ruangan, semua penasihat Alexander menghampirinya dan berkata, “Mengapa kamu memberinya jumlah yang begitu besar? Dan mengapa kamu begitu senang dengan hal itu?” Perhatikan jawaban Alexander. Dia berkata, “Dia telah memberikan kehormatan yang besar terhadapku. Dengan meminta jumlah sebesar itu, dia menunjukkan bahwa dia percaya bahwa aku sekaya itu dan semurah hati itu. Dia tahu apa artinya menjadi jenderalku.” Gereja Tuhan, apakah kita tahu apa artinya menjadi anak-anak Allah? Sering kali kegagalan kita untuk meminta dengan tidak malu adalah karena kita lupa siapa Bapa surgawi kita.

          2. MEMINTA DENGAN TEKUN

Lukas 11:9-10 – Karena itu, Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.

Seandainya kita tidak memahami maksud dari perumpamaan ini, Yesus menjelaskannya kepada kita. Karena Tuhan akan bangun dan memberikan kita apa yang kita butuhkan, kita harus membawa permintaan kita kepada-Nya. Yesus berkata, “Aku ingin kamu meminta, aku ingin kamu mencari, dan aku ingin kamu mengetuk. Karena jika kamu meminta, kamu akan menerima. Jika kamu mencari, kamu akan mendapat. Dan jika kamu mengetuk, pintu akan dibukakan.” Dan perhatikan perkembangannya. Dimulai dengan meminta. Ini berarti kita membawa permintaan kita kepada Tuhan dengan tidak malu. Kita tidak perlu berputar-putar dan memberikan kata pengantar selama dua menit menjelaskan mengapa Tuhan harus memberikan kita apa yang kita minta. Kita dapat langsung meminta kepada-Nya. Kemudian, mencari. Mencari adalah sebuah tindakan untuk mengejar apa yang diminta. Ini berarti kita tidak berdiam diri. Kita melakukan sesuatu tentang apa yang kita inginkan. Ini melibatkan usaha. Dan terakhir, mengetuk. Ini berbicara tentang intensitas. Jadi Yesus berkata kita harus meminta, mencari, dan mengetuk. Dan kita tidak dapat melihatnya dalam bahasa Indonesia, tetapi dalam bahasa Yunani, bentuk kata kerja ini adalah dalam bentuk present tense. Yang berarti tindakan yang terus menerus. Jadi, Yesus tidak hanya berkata, “Aku ingin kamu meminta, mencari, dan mengetuk,” tetapi Yesus berkata, “Aku ingin kamu terus meminta, terus mencari, dan terus mengetuk. Aku ingin kamu melakukannya dengan tekun. Karena Tuhan mendengarkanmu dan Dia akan bertindak untukmu.”

Jadi, inilah undangan dari Yesus. Akankah kita terus mengetuk pintu surga sampai Tuhan memberikan kita apa yang kita minta? Akankah kita terus meminta dengan tekun sampai Dia menjawab? Dan kabar baiknya, Tuhan berbeda dengan orang tua pada umumnya. Para orang tua, apa yang anda lakukan ketika anak anda terus meminta hal yang sama kepada anda? Anda akan berkata, “Kalau kamu minta sekali lagi, lihat apa yang akan terjadi.” Tetapi Tuhan berkata, “Mengapa kamu tidak minta sekali lagi dan lihat apa yang akan terjadi.” Kalau Britney Spears berkata, “Hit me baby one more time,” Tuhan berkata, “Ask me baby one more time.” Ini adalah undangan dari Tuhan bagi kita untuk terus menerus mengganggu-Nya. Pertanyaannya adalah, apakah kita berdoa seperti ini? Jika kita jujur, seringkali kita tidak melakukannya. Kita mungkin meminta kepada Tuhan sekali atau dua kali. Tetapi kemudian kita berhenti meminta. Tahukah anda mengapa? Karena kita tidak desperate. Hanya orang yang desperate yang akan terus mengetuk sampai pintu dibukakan. Perhatikan. Jika kita tidak meminta dengan tekun, itu menunjukkan bahwa kita tidak benar-benar membutuhkan pertolongan Tuhan. Kita cukup yakin bahwa kita memiliki apa yang diperlukan untuk melakukan apa yang perlu kita lakukan. Kita memiliki waktu, uang, dan keterampilan. Kita tidak berpikir bahwa kita membutuhkan Tuhan. Kita gagal menyadari betapa kita sangat membutuhkan pertolongan Tuhan. Kita tidak benar-benar percaya sewaktu Yesus berkata, “Sebab di luar aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Itulah sebabnya kita tidak meminta dengan tekun.

Tetapi hal ini menimbulkan pertanyaan. Mengapa Tuhan ingin kita meminta dengan tekun? Mengapa Dia tidak langsung memberikan kita apa yang kita minta saat pertama kali kita memintanya? Bukankah itu jauh lebih mudah? Mengapa kita harus terus menerus kembali kepada-Nya untuk hal yang sama? Saya akan memberikan tiga alasan. Pertama, jika kita tidak tekun meminta, mungkin kita tidak terlalu menginginkannya sejak awal. Kita hanya akan terus meminta jika apa yang kita minta itu sangat penting bagi kita. Kedua, permintaan kita yang tekun membawa kemuliaan bagi Tuhan. Mengapa? Karena meminta dengan tekun merupakan indikasi kepercayaan kita kepada Tuhan. Satu-satunya alasan kita terus meminta adalah karena kita yakih akan kebaikan Tuhan untuk menjawab doa-doa kita. Dan kita menunjukkan kepada Tuhan bahwa Dialah satu-satunya harapan kita. Kita berkata kepada Tuhan, “Tuhan, Engkaulah satu-satunya pengharapanku. Engkaulah satu-satunya yang dapat menolongku. Dan aku tidak akan pergi ke tempat lain karena tidak ada tempat lain. Engkaulah satu-satunya.” Meminta satu atau dua kali tidak menunjukkan hal itu. Meminta dengan tekun menunjukkan hal itu dan itu memuliakan Tuhan.

Dan ketiga, hal ini mengungkapkan apakah kita memahami Injil atau tidak. Hanya mereka yang memahami Injil yang akan berdoa dengan tidak malu dan dengan tekun. Saya jelaskan. Ada dua cara untuk menghampiri Tuhan: Agama dan Injil. Agama mengatakan, “Tuhan adalah bos besarku. Aku harus menjadi baik untuk membuat Dia senang. Dan jika aku cukup baik, maka Tuhan akan mendengarkan doaku. Tetapi jika aku tidak cukup baik, Dia tidak akan memberikan apa yang aku minta. Semuanya bergantung pada performaku. Aku harus bekerja keras untuk mendapatkan apa yang aku inginkan dari Tuhan.” Tetapi Injil berkata, “Tuhan adalah Bapaku. Aku tidak akan pernah cukup baik dengan usahaku sendiri untuk membuat Tuhan senang. Tetapi Yesus cukup baik. Dan Yesus telah menjalani kehidupan yang tidak dapat aku jalani. Dia telah melakukannya untuk aku. Dan karena Yesus, sekarang aku diangkat sebagai anak. Aku adalah anak Allah karena performa Yesus yang sempurna. Dan sekarang Tuhan mendengarkan aku bukan karena aku bekerja untuk itu, tetapi karena Yesus telah bekerja untuk itu. Aku dapat dengan bebas datang kepada Tuhan dan meminta apa yang aku butuhkan.” Dapatkah anda melihat perbedaannya? Cara kita meminta kepada Tuhan menunjukkan apakah Tuhan adalah Bos kita atau Tuhan adalah Bapa kita. Seorang karyawan tahu bahwa ia harus bekerja keras sebelum ia bisa mendapatkan sesuatu dari bosnya. Seorang anak tahu bahwa ayahnya mengasihi dia dan memiliki keberanian untuk meminta dengan tekun.

Bukankah begitu cara kerja keluarga? Para suami, jika istri anda bertanya kepada anda, “Sayang, apakah kamu mencintaiku?” anda tidak berkata, “Aku sudah bilang aku cinta sama kamu pada tahun 1990 ketika aku menikahimu. Mengapa kamu menanyakan hal ini lagi di tahun 2023?” Anda tidak mengatakan itu. Mengapa? Karena istri anda bukanlah sebuah hard drive. Istri anda adalah seorang pribadi. Mengatakan padanya sekali saja tidak cukup. Anda harus terus menerus mengingatkan dia bahwa anda mencintai dia. Dan mari saya beritahu, Tuhan bukanlah sebuah hard drive; Dia adalah seorang pribadi. Dia adalah Bapa kita, dan kita adalah anak-anak-Nya. Tuhan bekerja dalam hubungan, dan Dia senang melihat anak-anak-Nya datang kepada-Nya dan bergantung kepada-Nya. Intinya, Tuhan ingin kita terus meminta, mencari, dan mengetuk. Jadi, jangan terlalu cepat menyerah. Mungkin alasan mengapa doa kita tidak bekerja adalah karena kita terlalu cepat menyerah. John Piper mengatakan demikian. “Ketekunan dalam doa akan membawa kemenangan bersama Tuhan, dimana menyerah tidak.” Dengan kata lain, Tuhan hanya akan memberikan kita beberapa hal sebagai jawaban atas doa dengan tidak malu kita yang tekun.

Jadi, kebutuhan apa yang anda miliki hari ini? Mungkin anda telah berdoa untuk keselamatan orang tua anda selama bertahun-tahun. Mungkin anda telah berdoa untuk pasangan hidup. Mungkin anda telah berdoa untuk kesehatan anda, anak-anak anda yang bandel, pekerjaan anda, dll. Apapun itu, jangan menyerah terlalu cepat. Ganggu Tuhan. Dia senang ketika kita mengganggu Dia dengan doa-doa kita. Dan Dia senang menjawab doa-doa yang tidak malu. Sekarang, pertanyaan yang mungkin ada di pikiran sebagian dari anda saat ini adalah, “Apakah itu berarti aku akan mendapatkan semua yang aku minta? Apakah itu berarti jika aku cukup tekun untuk mengganggu Tuhan, Dia akan memberikan apa pun yang aku inginkan? Apakah aku dapat memanipulasi Tuhan untuk melakukan apa yang aku inginkan? Yos, bukankah ini terdengar seperti Injil kemakmuran?” Dan untuk menjawabnya,  kita lanjutkan ke poin berikutnya

            3.  MEMINTA DENGAN PENUH KEPERCAYAAN

Lukas 11:11-13 – Bapak manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan, akan memberikan ular kepada anaknya itu sebagai ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Yesus memberikan sebuah pertanyaan. Dia bertanya kepada semua ayah, “Para papa, apakah ada di antara anda yang ketika anak anda meminta ikan goreng cianjur, anda memberikan ular bakar neraka sebagai gantinya? Atau jika anak anda meminta tahu telur pak Jayen, anda memberikan kalajengking pak Luci?” Ini adalah pertanyaan retoris. Jawabannya tentu saja tidak. Tidak ada ayah yang akan melakukan itu. Dan ini mengingatkan saya pada papi saya. Ketika saya masih kecil, setiap kali kami pergi makan di restoran, dan hanya ada sedikit makanan yang tersisa di atas meja, papi saya tidak akan memakannya. Dia akan selalu membiarkan saya memakannya. Kenapa? Karena dia menyayangi saya. Dia lebih memilih untuk kelaparan daripada melihat saya kelaparan. Para papa, anda mengerti hal ini, benar? Saya tahu banyak dari anda yang bekerja ekstra keras untuk memberikan pemberian yang baik kepada anak-anak anda dan menyediakan untuk masa depan mereka. Dan juga untuk membiayai liburan keluarga ke Jepang dan menghamburkan uang tersebut di tempat yang paling merugikan di dunia, Disneyland. Mengapa anda melakukan itu? Karena anda mengasihi anak-anak anda.

Dan kemudian Yesus membandingkan kasih bapa-bapa di dunia dengan kasih Bapa yang di surga. Dia membuat argumen dari yang lebih kecil ke yang lebih besar. Dia berkata kepada semua ayah, “Jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapa yang di surga!” Mengapa Yesus menggunakan kata jahat untuk menggambarkan bapa-bapa di bumi? Saya rasa Yesus tidak sedang mengajarkan doktrin ‘total depravity’ kepada mereka. Yesus sedang mencoba untuk menyampaikan suatu hal. Inilah maksudnya. Kasih terbaik dari bapa-bapa di dunia tidak dapat dibandingkan dengan kasih Bapa yang di surga. Dibandingkan dengan kasih Bapa surgawi, kasih terbaik dari bapa-bapa duniawi terlihat seperti kejahatan. Dan jika bapa-bapa di dunia tahu bagaimana memberikan apa yang baik kepada anak-anaknya, maka tentunya Bapa kita yang di surga akan memberikan apa yang kita butuhkan setiap kali kita datang kepada-Nya. Tuhan adalah Bapa yang jauh lebih baik daripada bapa duniawi mana pun. Jika bapa-bapa yang jahat di dunia tahu bagaimana memberikan pemberian yang baik kepada anak-anak mereka, kita dapat mempercayai Bapa surgawi kita yang sempurna untuk memberikan apa yang baik bagi kita.

Tetapi bagaimana kalau pertanyaannya dibalik.. Bagaimana jika anak-anak meminta ular dan kalajengking? Bagaimana jika anak-anak anda meminta untuk bermain di jalan? Apa yang akan anda lakukan? Anda tidak akan mengizinkan mereka. Papa yang baik tidak akan memberikan sesuatu yang berbahaya bagi anak-anaknya. Perhatikan. Seringkali kita tidak menerima apa yang kita minta bukan karena Tuhan tidak mengasihi kita, tetapi karena Tuhan sangat mengasihi kita. Tuhan tidak akan memberikan apa pun yang akan menghancurkan kita, tidak peduli seberapa tekun kita memintanya. Saya jelaskan seperti ini. Bayangkan jika anda memberikan lampu Aladin kepada anak berusia 5 tahun. “Sayang, lampu ini dapat memenuhi tiga permintaanmu. Tidak peduli apa pun itu, baik atau buruk, pintar atau bodoh, apa pun tiga permintaanmu, kamu akan mendapatkannya.” Tahukah anda apa yang akan anda lakukan? Anda akan naik ke kapal roket dan bersembunyi di luar angkasa. Kenapa? Karena anda tahu bencana besar akan datang. Salah satu leader kami di Sydney baru-baru ini menulis sebuah artikel bahwa jika anak berusia 5 tahun itu adalah dia, dia akan menggunakan permintaan pertama untuk meminta 100 permintaan tambahan. Pintar sekali. Anda langsung tahu bahwa dia pasti keturunan Cina. Namun, dia masih akan menggunakan 102 permintaan lainnya untuk menghancurkan dunia. Anda tahu bahwa anak usia 5 tahun akan meminta hal-hal yang konyol.

Sama halnya dengan doa. Doa sangat berkuasa. Doa memberikan kita akses kepada Tuhan semesta alam. Namun seringkali, kita tidak tahu apa yang kita minta. Kita mungkin berpikir bahwa kita meminta ikan dan telur, padahal sebenarnya kita meminta ular dan kalajengking. Jadi, jika kita adalah umat Kristus dan kita telah meminta kepada Tuhan dengan tekun dan Tuhan belum memberikannya kepada kita, itu mungkin karena kita meminta kalajengking. Dan tidak peduli seberapa tekun kita memohon kepada Tuhan, Dia tidak akan mengalah. Tuhan tidak akan memberikan apa yang berbahaya bagi kita. Tuhan berkomitmen untuk hanya memberikan apa yang baik bagi anak-anak-Nya karena Dia adalah Bapa yang sempurna. Timothy Keller berkata. “Tuhan akan memberikan apa yang kita minta atau memberikan apa yang akan kita minta jika kita tahu segala sesuatu yang Dia tahu.”

Namun, ada hal yang mengejutkan di akhir ayat ini. Lukas 11:13 – Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya. “Tunggu dulu. Roh Kudus? Apa hubungannya Roh Kudus dengan semua ini? Aku meminta Tuhan untuk memberikan apa yang aku inginkan, bukan Roh Kudus. Mengapa Yesus membawa-bawa Roh Kudus? Ini mengecewakan.” Jika kita berpikir seperti itu, kita sangat salah. Karena ini adalah klimaks dari seluruh bagian ini. Jika kita tidak memahami hal itu, kita tidak mengerti siapa Roh Kudus itu. Roh Kudus bukanlah suatu kekuatan super yang memampukan kita untuk mendorong orang dan membuat mereka jatuh. Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Tritunggal. Dia tidak lebih rendah dari Allah Bapa ataupun Yesus. Dia setara dengan Allah Bapa dan Yesus. Jadi ketika Yesus berkata bahwa Tuhan akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya, Yesus menjanjikan bahwa Tuhan sendiri akan tinggal di dalam diri mereka. Dan ini adalah pemberian terbesar yang Tuhan dapat berikan kepada siapa pun - diri-Nya sendiri. Dengan kata lain, Yesus berkata, “Jika kamu tahu apa yang benar-benar kamu butuhkan, jika kamu tahu apa yang paling penting, kamu akan meminta Roh Kudus.”

Ini adalah alasannya. Adalah tugas Roh Kudus untuk membangunkan kita akan hubungan kita dengan Tuhan. Dalam Roma pasal 8, Paulus menyebut Roh Kudus sebagai Roh adopsi sebagai anak, yang oleh-Nya kita berseru, “Abba! Bapa.” Itu berarti satu-satunya alasan kita dapat memiliki dan mengasihi Tuhan sebagai Bapa kita adalah karena Tuhan telah memberikan Roh Kudus kepada kita. Roh Kuduslah yang membuat kasih Tuhan menjadi nyata di dalam diri kita. Adalah satu hal untuk mengetahui bahwa Tuhan mengasihi kita, adalah hal yang berbeda untuk merasakan bahwa Tuhan mengasihi kita. Jadi, kita tidak hanya berkata, “Ya, aku percaya bahwa Tuhan mengasihi aku,” tetapi kita merasakan Dia, dan kita leleh oleh kasih-Nya. Dan inilah yang kita butuhkan di atas segalanya. Kita perlu mendapatkan kembali naluri kita sebagai anak-anak. Saya jelaskan. Jika kita memperhatikan anak-anak kecil, kita akan melihat bahwa mereka secara naluriah melakukan segala sesuatu yang kita bicarakan. Secara naluriah mereka datang kepada orang tua mereka dengan tidak malu dan dengan tekun. Secara naluriah mereka mempercayai orang tua mereka dan tahu bahwa orang tua mereka mencintai mereka dan menerima mereka. Mereka secara naluriah tahu hal-hal tersebut. Tidak ada yang perlu mengajari mereka. Mereka mungkin baru saja mengamuk sejam yang lalu, tetapi sekarang mereka percaya sepenuhnya bahwa mereka diterima, dan mereka tidak akan dikeluarkan dari keluarga. Mereka tahu bahwa orang tua mereka mencintai mereka dan mereka bisa datang kepada mereka tanpa khawatir apakah mereka pantas mendapatkannya atau tidak. Mereka datang begitu saja. Hal-hal ini merupakan hal-hal yang naluriah bagi anak-anak. Namun ketika mereka tumbuh dewasa, mereka kehilangan naluri ini. Mereka berubah. Mereka mulai berpikir bahwa mereka harus mendapatkan kasih sayang orang tua mereka melalui performa mereka.

Dan hal yang sama juga terjadi kepada kita. Tahukah anda mengapa sangat sulit bagi kita untuk berhubungan dengan Tuhan seperti anak kecil? Karena sering kali, kita tidak melihat Tuhan sebagai Bapa kita; kita melihat Tuhan sebagai bos kita. Bagaimana kita berhubungan dengan seorang bos? Kita mungkin memiliki hubungan yang baik dengan bos kita, kita mungkin BFF dengan bos kita, tetapi jika kita tidak bekerja dengan baik, jika kita gagal melakukan apa yang seharusnya kita lakukan, maka pada akhirnya bos kita harus memecat kita. Mengapa? Karena hubungan tersebut didasarkan pada performa. Dan apa yang Roh Kudus lakukan adalah memulihkan naluri kita sebagai anak. Roh Kudus membangunkan kita pada kebenaran bahwa Tuhan bukanlah Bos kita; Dia adalah Bapa kita. Hubungan kita dengan Tuhan tidak didasarkan pada performa tetapi pada kasih karunia. Perhatikan. Apa artinya bertumbuh sebagai seorang Kristen? Itu berarti mendapatkan kembali naluri kita sebagai anak dan memulihkan respons-respons anak terhadap Bapa surgawi kita. Dan inilah kebutuhan terbesar kita. Mengapa sulit bagi kita untuk berdoa? Mengapa kita marah kepada Tuhan karena doa yang tidak dijawab? Mengapa kita marah kepada Tuhan karena Dia tidak melakukan sesuatu seperti yang kita inginkan? Mengapa kita cemas akan masa depan kita? Tahukah anda mengapa? Karena kita lupa bahwa Tuhan adalah Bapa kita. Dan itulah mengapa Roh Kudus adalah pemberian terbaik yang dapat diberikan oleh Bapa surgawi kepada kita. Roh Kudus memulihkan naluri anak-anak kita. Dan Yesus berjanji bahwa Tuhan akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada Dia. Jadi, mintalah kepada Tuhan.

Tahukah anda apa harga yang harus Tuhan bayar untuk memberikan kita Roh Kudus, Roh adopsi sebagai anak? Tahukah anda mengapa kita dapat bernyanyi kepada Tuhan dari dalam hati kita, “Abba! Bapa”? Tahukah anda mengapa kita bisa menjadi bagian dari keluarga Allah? Jika kita melihat kehidupan Yesus, setiap kali Yesus berdoa kepada Allah, Dia selalu memanggil Allah dengan sebutan, “Bapa.” Selalu. Kecuali satu kali. Ada satu waktu ketika Yesus berseru kepada Allah bukan sebagai seorang anak. Dia tidak berkata, “Bapa-Ku.” Dia tidak berkata, “Bapa yang kudus.” Dia berkata, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” Itu terjadi di kayu salib. Mengapa? Karena di kayu salib, Yesus menanggung hukuman atas dosa-dosa kita.. Yesus menerima apa yang kita tahu jauh di dalam lubuk hati kita bahwa kita layak menerimanya, yaitu penolakan dari Allah. Kita telah memberontak terhadap Allah, dan kita layak mendapatkan ular dan kalajengking. Tetapi di kayu salib, Yesus mendapatkan ular dan kalejengking sehingga kita yang percaya kepadanya bisa mendapatkan ikan dan telur. Di kayu salib, Yesus mengalami penolakan karena dosa-dosa kita agar kita yang seharusnya tertolak menerima kasih dan penerimaan yang sempurna dari Bapa dan diangkat menjadi anak-anak-Nya.

Sekarang karena Injil kita dapat mengetahui bahwa Bapa surgawi kita mengasihi kita tanpa syarat dan Dia berkomitmen untuk kebaikan kita. Injil memberitahu kita bahwa Yesus telah menanggung hukuman yang layak kita terima. Jadi yang tersisa untuk kita hanyalah kebajikan dan kemurahan Tuhan belaka. Injil memberitahu kita bahwa Yesus telah menerima penolakan Bapa sehingga kita bisa mendapatkan jawaban Bapa. Itulah sebabnya kita dapat dengan yakin berkata bersama Paulus dalam Roma 8:32 – Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Injil meyakinkan kita bahwa Tuhan selalu mendengarkan kita dan Dia tidak akan pernah meninggalkan kita. Tuhan mungkin tidak selalu memberikan apa yang kita minta, tetapi jika kita adalah anak-anak-Nya, Dia akan selalu memberikan apa yang baik bagi kita. Jadi, apa permintaan anda hari ini? Jangan berhenti meminta. Teruslah datang kepada-Nya. Teruslah mintalah kepada-Nya dengan tidak malu, dengan tekun, dan dengan penuh kepercayaan. Bapa kita yang di surga tidak akan gagal memberikan apa yang baik bagi anak-anak-Nya yang meminta. 

Gospel Reflektif

  • Dalam doa kita, siapakah yang lebih kita percayai? Apakah kita menganggap Bapa kita yang murah hati atau kita memiliki gambaran yang salah tentang Tuhan?
  • Apakah kita kurang berdoa karena kita sering melihat Tuhan sebagai boss bukan sebagai Bapa?

Gospel Response 

  • Bertobat dan renungkan karya Kristus dimana kita yang dahulu musuh Allah sekarang menjadi anak-anak Allah. Karena karya Kristus kita sekarang bukan lagi jauh dan terpisah tetapi kita dekat dengan Allah.

KARENA INJIL 

  • Kita tidak berdoa dengan mentalitas pegawai tetapi karena Kristus sekarang kita adalah anak-anak Allah
  • Kita tidak takut berdoa tetapi berdoa dengan tekun dan tidak malu karena Tuhan adalah Bapa yang baik yang tahu memberi pemberian yang terbaik kepada anak-anak-Nya. Kalau kita berdoa namun belum atau tidak dikabulkan karena Bapa punya yang lebih baik dalam kehidupan kita.