Children of The Covenant

The Book Of Galatians Week 18 "Children Of The Covenant" 

Ps. Dave Hatoguan

PEMBACAAN  : Galatia 4: 21 - 31

Dalam menjalani kehidupan, seringkali merasa kelelahan secara mental, bahkan kita mengalami kelelahan secara spiritual, karena kalau boleh jujur sekalipun kita sudah mengenal Kristus dan memahami pola Injil, tidak jarang kita kembali menggunakan pola-pola yang menurut kita benar, padahal pola-pola itu justru memperbudak kita. Kita merasa bahwa tanpa pertolongan Tuhan, kita mampu melalui tantangan yang kita hadapi, padahal perasaan bahwa kita mampu itu perasaan yang berbahaya karena perasaan itu sangat menipu, dan malahan menjerumuskan.  

Oleh karena itu Rasul Paulus menasihati dan mengingatkan orang di Galatia bahwa mereka adalah anak-anak perjanjian, bukan anak-anak perhambaan yang diperbudak oleh nilai-nilai dan pola-pola diluar Injil, saya percaya surat Rasul Paulus kepada orang Galatia, masih sangat relevan bagi kita orang-orang Kristen yang hidup di masa kini, dan kita akan kembali merenungkan Firman Tuhan dengan melanjutkan eksposisi kitab Galatia

          1. ALASAN MENGAPA RASUL PAULUS MENGGUNAKAN KIASAN MELALUI SARA DAN HAGAR. (Ayat 24)

Dalam perikop ini Rasul Paulus menggunakan "suatu kiasan" Ini bukan "kiasan (alegori)"  pada umumnya yang digunakan oleh penafsir Kitab Suci, melainkan ini adalah tipologi. Paulus melihat situasi orang Galatia dan mengambil analogi dengan dua anak-anak Abraham; yang satu oleh adat sosial, yang satu lagi oleh janji llahi. Yang satu berdasarkan usaha manusia (Ismail), dan yang lain dengan kasih karunia yang gratis (Ishak)!

Paulus berusaha menjelaskan kepada orang Galatia yang memiliki pandangan bahwa melalui hukum Taurat mereka akan memiliki kebebasan, dan dalam melakukan hukum Taurat menandakan bahwa mereka adalah orang-orang perjanjian. Tetapi Rasul Paulus ingin melawan pandangan tersebut dengan menjelaskan bahwa justru hukum Taurat-lah yang akan membawa pada perbudakan. 

Kaum Judaizer pada masa itu berpikir bahwa dengan melakukan hukum taurat itu membebaskan, tetapi disini justru rasul Paulus menjelaskan bahwa hukum taurat itu memperbudak

Yang menarik dalam teks ini, mengapa Rasul Paulus menggunakan kiasan melalui kisah Hagar, disini Paulus mengaitkan Hagar dengan gunung sinai, dan jika kita tahu tentang kisah Hagar, Hagar adalah seorang budak perempuan dan Gunung Sinai adalah lokasi di mana Musa menerima hukum Taurat.

Paulus menghubungkan Hagar dengan Gunung Sinai. 

Ini adalah hubungan yang tidak akan pernah dibuat oleh penafsir Yahudi tradisional. Justru hukum yang diberikan kepada Musa di Gunung Sinai dianggap tanda yang memisahkan orang Yahudi dari semua orang bukan Yahudi sebagai "umat Hukum”. Dan bagi penafsir Yahudi tidak semestinya mengaitkan Gunung Sinai dengan Hagar, karena Hagar dianggap sebagai budak “ibu bangsa-bangsa lain. ” Sedangkan Taurat adalah tanda bagi orang-orang perjanjian. 

Jadi bagi penafsir Yahudi, Hagar dan Gunung Sinai tidak ada hubungannya, dan mengaitkan Hagar dan gunung Sinai dianggap berlawanan dalam pemikiran Yahudi. Namun, Paulus menghubungkan Hagar dan Gunung Sinai dalam kesamaan perbudakan. Ini adalah hal yang sangat aneh dalam pandangan pemikiran orang Yahudi. 

Galatia 4:24 

Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar

Paulus mengatakan bahwa perjanjian yang diwakili oleh Hagar berasal dari Gunung Sinai "menghasilkan anak sebagai budak."

Karena Ismael tidak diterima sebagai ahli waris, dia tidak lebih baik dari ibunya, seorang budak, maka otomatis anak yang dilahirkan oleh budak adalah budak. Dan ketika orang Israel mengambil hukum atas diri mereka sendiri tanpa mempercayai Tuhan yang murah hati, mereka menjadi budak karena mereka tidak memiliki kebebasan untuk melakukan hukum dari hati, dan karena ketidakpercayaan mereka maka itu mengunci mereka ke dalam ketidaktaatan dan mengeluarkan mereka dari warisan.

Lalu mengapa Rasul Paulus menyamakan antara Hagar dan Gunung Sinai?

Hagar melahirkan Ismael dilakukan “menurut daging” atau mencari jalan keluar melalui hikmat manusia. Dan bangsa Israel pertamakali menerima hukum Taurat di gunung Sinai. Abraham dan Hagar berusaha untuk mendapatkan berkat yang dijanjikan Tuhan dengan kekuatan mereka sendiri tanpa mengandalkan kemampuan supranatural Tuhan. Demikian juga bangsa Israel menerima hukum yang diberikan di Gunung Sinai. Mereka seolah menunjukan sikap merendahkan diri dan mempercayai Tuhan untuk membantu mematuhi perintah-perintah-Nya, tetapi sebenarnya mereka takut.

Keluaran 24:3 

Lalu datanglah Musa dan memberitahukan kepada bangsa itu segala firman Tuhan dan segala peraturan itu, maka seluruh bangsa itu menjawab serentak: “Segala firman yang telah diucapkan Tuhan itu, akan kami lakukan.”

Ulangan 5:27 

Mendekatlah engkau dan dengarkanlah segala yang difirmankan Tuhan, Allah kita, dan engkaulah yang mengatakan kepada kami segala yang difirmankan kepadamu oleh Tuhan, Allah kita, maka kami akan mendengar dan melakukannya.

Melakukan sesuatu dengan terpaksa dan ketakutan adalah tanda bahwa itu bukan berasal dari hati, itulah perbudakan. Injil mengajarkan orang percaya melakukan segala sesuatu itu bukan dengan terpaksa (perbudakan), melainkan dengan kesadaran bahwa Allah telah mengasihi terlebih dahulu.

Paulus memakai figur perempuan yang berbeda ini  untuk mewakili dua sistem yang berlawanan. Kedua figur tersebut menggambarkan perjanjian lama dan perjanjian baru. merupakan perikop yang mengandung paralelisme antitesis berupa perbandingan antara dua pihak, yakni Sara dan Hagar. Rasul Paulus menyatakan bahwa gunung Sinai mewakili Hagar yang akhir dari anaknya adalah perbudakan, sehingga barangsiapa yang menjadi milik kovenan Taurat Yahudi berada dalam situasi “perbudakan di bawah Hukum” (Gal. 2:4, 3:28, 5:1). 

Dan Sarah mewakili kasih karunia Allah, Sebenarnya Paulus ingin dengan sederhana mengatakan bahwa mereka yang kembali kepada hukum Musa sebagai cara untuk mendapatkan upah berkat dari Allah harus mendengarkan dan melakukan semua apa yang dikatakan hukum itu. Masalahnya siapa yang mampu melakukan seluruh hukum Taurat dengan sempurna?

Lagipula penganut Yudais bukan orang Yahudi asli, mereka adalah orang  Galatia, mereka adalah Yunani yang berusaha menambahkan Taurat dalam iman mereka mengikut Yesus. Sedangkan Paulus sendiri adalah seorang Yahudi yang telah mengikut Kristus dan tidak menyerahkan kesetiaannya kepada hukum.

Demikian juga kita lebih senang menggunakan cara kita sendiri, dan mencari cara praktis ketimbang percaya kepada Tuhan. Kita lebih memilih menggunakan hikmat dan logika manusia daripada bergantung kepada Tuhan. Ketika kita terdesak, bahkan kita rela melegalkan segala cara.. 

Kita seringkali diperbudak dengan aturan-aturan dunia yang bertentangan dengan Injil Kristus atau aturan-aturan legalistik yang berlawanan dengan Injil Kristus. Atau nilai-nilai populer, misal tidak mau bayar pajak, pembukuan ganda dsb. Jika orang percaya kembali menambahkan perbuatan untuk mencoba berkenan kepada Allah artinya ia menyerahkan diri kepada perbudakan dan melepaskan kebebasan yang dimiliki di dalam Kristus.

          2. ALLAH MENGHENDAKI ORANG PERCAYA BERHENTI MENGGUNAKAN CARA MANUSIA UNTUK MENCOBA HIDUP BERKENAN KEPADA ALLAH. (Gal 4:28)

Galatia 4:28 

Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji.

Dalam ayat ini Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita adalah anak-anak janji, maksud dari anak-anak janji adalah, anak yang bukan dihasilkan dari cara manusia yang mencari solusi, tetapi Allah yang berinisiatif untuk mencari solusi atas permasalahan manusia. 

Supaya lebih jelas dalam menguraikan teks ini, kita akan melihat di dalam Ayat 22 dan 23, 

Galatia 4:22-23

Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji.

Kejadian 15:3 

Lagi kata Abram: “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.”

Tetapi Tuhan berkata dalam ayat 4, "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu; anakmu sendiri yang akan menjadi ahli warismu.” Abraham dan Sarah tidak percaya akan janji Tuhan, mereka mengalami keraguan ketika mendengar janji Tuhan, dan menyusun rencana dengan dimana mereka akan menggunakan sumber daya mereka sendiri untuk membantu Tuhan memenuhi janjinya. Lalu dalam kisah ini Sarah memberikan Hagar kepada Abraham, beberapa teolog menduga bahwa Sarah berpikir bahwa Tuhan itu dengan “sengaja” menghalang-halangi ia untuk mendapat keturunan.

Dalam Kejadian 16:2 Sarah memberikan Hagar, hamba perempuannya, kepada Abraham agar dia dapat melahirkan seorang anak laki-laki untuknya.

Kejadian 16:2 

Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, Tuhan tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.

Kejadian 16:4 Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.

Kejadian 16:5 Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; Tuhan kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau.”

Tetapi lihat apa yang terjadi disini ketika mereka berusaha “membantu” Tuhan dalam menepati janji-Nya, dalam kisah ini Sarah menderita penderitaan karena dihina oleh Hagar.

Demikian juga, seringkali kita mengalami penderitaan karena perbuatan kita sendiri, tetapi faktanya kita sering menyalahkan Tuhan, bahkan berasumsi buruk kepada Tuhan. Memiliki asumsi negatif kepada Tuhan memiliki dampak yang berbahaya dalam kehidupan kita, sehingga membuat kita sulit memahami kasih dan keadilan Allah, sangat mudah menyalahkan Tuhan ketika mengalami penderitaan dan kesulitan mengerti kehendak Tuhan dalam menjalani kehidupan.

Galatia 4:23 

Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji.

Mengapa dikatakan menurut daging?

Karena Abraham berhenti mengandalkan kekuatan Tuhan untuk menggenapi firman-Nya, dan malah mengandalkan kekuatan dan kecerdikannya sendiri untuk mendapatkan seorang anak laki-laki. Tetapi anak seorang budak lahir menurut daging (menurut cara manusia). Kisah ini menunjukan bahwa kita sebagai manusia seringkali gagal, tetapi Allah menunjukan bahwa Anugerah-Nya tidak pernah gagal dalam hidup kita, Anugerah-Nya tidak pernah gagal kepada umat pilihan-Nya

Kemudian, 14 tahun kemudian, dalam Kejadian 17:16 Tuhan berkata kepada Abraham bahwa istrinya, Sarah, akan mempunyai seorang anak laki-laki

Kejadian 17:16 TB

Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.”

Tuhan bermaksud untuk memenuhi janjinya dengan cara menghilangkan semua alasan untuk menyombongkan diri dan mengandalkan kekuatannya sendiri.  Dalam ayat 17–19 dikatakan, "Abraham tersungkur dan tertawa dan berkata pada dirinya sendiri, Apakah seorang anak akan dilahirkan dari seorang laki-laki yang berumur seratus tahun? Apakah Sarah yang berumur sembilan puluh tahun akan melahirkan seorang anak? Dan Abraham berkata kepada Tuhan, agar Ismail dapat hidup di hadapanmu! Tuhan berkata, Tidak, tapi Sarah, istrimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki untukmu bukan Ismael, menamainya Ishak. Aku akan menetapkan perjanjianku dengannya sebagai perjanjian abadi untuk keturunannya setelah dia. Kisah ini menunjukkan bahwa kita sebagai manusia seringkali gagal, tetapi Allah menunjukkan bahwa Anugerah-Nya tidak pernah gagal kepada umat pilihan-Nya. Tetapi Anugerahnya tidak tergantung kekuatan iman kita. Anugerah Allah itu menjadi nyata ketika kita berhenti menggunakan cara kita sendiri

Pola manusia yaitu manusia berdosa berinisiatif mencari jalan keluar dengan hikmat yang telah mengalami kerusakan total.Sedangkan Pola Injil yaitu Allah yang kudus berinisiatif memberikan jalan keluar pada manusia berdosa. Allah ingin kita berhenti menggunakan cara dan pola manusia karena itu akan memperbudak, hanya anugerahNya yang membebaskan. Allah menyatakan bahwa kehendak dan kedaulatanNya tidak dibatasi oleh cara dan pemikiran manusia. 

Tim Keller berkata “ Pertobatan yang membawa pada hidup kekal, bukan hanya meminta ampun dan menyesal atas dosa kita, tetapi bertobat dari  usaha mendapatkan keselamatan dengan upaya sendiri dan bertobat atas hal-hal yang kita duga benar. “

          3. ALLAH MENGHENDAKI SUPAYA UMAT-NYA MENYADARI BAHWA KITA ADALAH ORANG YANG DIMERDEKAKAN ALLAH

Galatia 4:31 TB

Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka.

Rasul Paulus meyakinkan kita bahwa bukan tipe Ismael atau bukan penganut Yudais, melainkan tipe Ishak yang mewarisi berkat Abraham,. Akhirnya, Paulus menyimpulkan dalam ayat 31 bahwa yaitu, kita yang hidup oleh iman kepada Anak Allah semestinya tidak mengandalkan apa yang dapat kita capai dengan kemampuan sendiri, karena kita tidak termasuk dalam kategori budak tetapi dalam kategori orang merdeka, inilah adalah ringkasan dari argumen Rasul Paulus.

Kita tidak termasuk dalam kategori budak tetapi dalam kategori orang merdeka 

Galatia 4:29 

Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini.

Diperanakkan menurut Roh ini, diperanakan menurut janji dan inisiatif Tuhan yang dimaksud adalah Ishak.. Ingat bahwa Ishak adalah berdasarkan janji Allah, bukan berdasarkan kemampuan Abraham dan Sarah, tetapi sepenuhNya karya Allah.. Demikian pula kita orang percaya, kita tipe seperti Ishak, kita yang mestinya mandul secara spiritual, kita yang mandul rohani, tetapi karena melalui Roh Kudus kita dilahirkan kembali sehingga kita sekarang dapat meresponi Injil. Ciri khas dari tipe Ishak adalah bahwa ia yang terus bertobat dari kehendak sendiri, sehingga kita beristirahat dalam kasih karunia Allah yang berdaulat. yang adalah anak-anak perjanjian (Galatia 4:28). sekalipun kita merasa dianiaya keinginan daging, tetapi kita tidak perlu takut dan mau mengikutinya.. karena Kita telah dilahirkan dari Roh Kudus. dan Roh Kuduslah yang memberi kemampuan. Inti dari kekristenan adalah keajaiban kelahiran baru melalui karya Roh Kudus yang memberi kemampuan untuk menghidupi Injil Kristus.

Jangan berdoa lagi untuk pencurahan Roh Kudus, Roh Kudus sudah dicurahkan dalam hati kita orang percaya. Roh Kudus-Nya sudah dicurahkan 2000 tahun lalu, itu lah pentakosta, jadi tidak ada istilahnya pentakosta kedua, ketiga dan selanjutnya… Pribadi Roh Kudus sudah dicurahkan kepada setiap orang percaya.. Kalau hari ini anda dapat percaya Kristus dalam hatimu, dan mengaku bahwa Kristus adalah Tuhan dan penebusmu, itu karena ada Roh Kudus yang tinggal dalam hatimu. 

Roma 8:2-3 TB

Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging

Roh yang memberi hidup dalam Kristus Yesuslah yang bisa melakukannya. ini merupakan Perjanjian anugerah yang dibuat dengan kita di dalam Kristus. Darinya kita menerima pengampunan dan kodrat baru, dimerdekakan dari hukum dosa dan hukum maut, maksudnya, baik dari kebersalahan karena dosa maupun dari kuasa dosa. Dimerdekakan juga dari jalan hukum Taurat dan kuasa daging. Kita berada di bawah perjanjian lain yaitu perjanjian dibawah Anugerah. Serupa dengan daging yang dikuasai dosa. Bukan berdosa, sebab Ia kudus, tidak berbuat salah, tidak tercemar, melainkan serupa dengan daging yang berdosa. Ia mengambil dan mengenakan kodrat yang rusak, meskipun Ia sendiri secara sempurna tak terjangkau oleh kerusakan-kerusakan kodrat itu. 

Apa yang Kristus lakukan?

Kristus rela mengambil rupa sebagai hamba yang tunduk dan taat dengan sempurna memenuhi tuntutan Taurat, supaya kita yang ada dalam Kristus dapat dimerdekakan dari tuntutan Taurat, dan diadopsi menjadi anak Tuhan.

Kristus rela lahir menjadi manusia sejati dan rela menjalani hidup sebagai manusia namun tidak berdosa, supaya kita yang mati rohani, dilahirkan kembali oleh karya Roh Kudus dan, Roh Kudus memampukan serta mendampingi kita untuk menjalani hidup serupa Kristus.

Pertanyaan Reflektif : Solusi praktis apa yang sering kita cari dan lakukan ketika menghadapi masalah? Apa yang seringkali kita andalkan ketika menghadapi masalah? Apakah itu kekuatan sendiri? Ataukah kita tetap mempercayai Allah yang bekerja dalam setiap kesulitan yang kita alami? Bertobatlah dari kecenderungan hati kita yang mengandalkan kekuatan sendiri untuk mendapat perkenanan Tuhan

Gospel Responses: Kita perlu terus menerus memandang dan merenungkan karya Kristus yang sudah selesai bagi kita

IMPLIKASI INJIL. Karena Injil …

  • Kita tidak perlu menggunakan cara manusia untuk mencoba berkenan kepada Allah, karena Allah yang telah berinisiatif memberi solusi supaya kita dapathidup berkenan kepada Allah.
  • Kita dapat bersandar penuh akan janji penyertaan-Nya dalam hidup kita, sehingga kita tidak perlu mengandalkan hikmat sendiri.  
  • Kita sudah memperoleh kemerdekaan dalam Kristus, sehingga tidak perlu hidup mengikuti pola dunia yang memperbudak.
  • Kita sudah menerima Roh Kudus ketika mengaku Yesus adalah Tuhan, sehingga kita tidak perlu berdoa meminta pencurahan Roh Kudus.