Gospel Ministry

The Book Of Galatians Week 17 "Gospel Ministry" 

Ps. Michael Chrisdion

 

PEMBACAAN  : Galatia 4:12 - 20

Banyak sekali macam pelayanan, dan banyak sekali model Hamba Tuhan. Kita semua dipanggil untuk terlibat di dalam pelayanan, menghidupi panggilan sebagai Hamba Tuhan. Tetapi Hamba Tuhan yang seperti apa dan bagaimana yang berpusat kepada Injil? Melalui Galatia 4: 12 – 20 ini Paulus membandingkan Filosofi pelayanan Gospel dengan Judaizers.

          1. BENTUK DARI FILOSOFI PELAYANAN INJIL

Galatia 4:12
12Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab Aku Pun Telah Menjadi Sama Seperti Kamu. (I Became Like You)

Ketika Paulus mengatakan “Akupun telah menjadi sama seperti kamu” maksudnya adalah Paulus menggunakan metode kontekstualisasi Injil.

1 Kor 9:20-22
20Demikianlah bagi orang Yahudi Aku Menjadi Seperti orang Yahudi, Supaya Aku Memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat Aku Menjadi Seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, Supaya Aku Dapat Memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. 21Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat Aku Menjadi Seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, Supaya Aku Dapat Memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. 22Bagi orang-orang yang lemah Aku Menjadi Seperti orang yang lemah, Supaya Aku Dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, Supaya Aku Sedapat Mungkin Memenangkan beberapa orang dari antara mereka.

Kontekstualisasi adalah upaya menterjemahkan injil dengan suatu metode, bahasa atau cara komunikasi yang dapat diterima dan dimengerti di dalam konteks suatu budaya (baik lokal maupun kelompok.  Kita semua dikontekstualisasi misalkan pakaian kita, bahasa kita atau makanan kita. Alkitab juga dikontekstualisasi yaitu ada alkitab bahasa Indonesia, bahasa Batak Toba, bahasa Jawa atau bahasa Sunda.

Namun kita juga perlu tahu apa yang bukan kontekstualisasi Injil dan yang menjadi kecenderungan manusia saat manusia berkelompok dan menjadi sebuah gereja. Kalau tidak dikalibrasi oleh Injil atau tidak menggunakan lensa Injil maka kecenderungan dosa yang ada di dalam kita dapat di manifestasikan di dalam cara kita bergereja, melayani dan bersikap di dalam pelayanan atau berorganisasi. Apa yang bukan kontekstualisasi Injil? Kontekstualisasi Injil itu bukan asimilasi (transformer) liberalisme meniru cara dari sebuah kultur untuk memenuhi dambaan hati atas pergumulan eksistensial mereka. Asimilasi itu seakan-akan seperti orang yang mau memphotoshop Injil untuk terlihat keren yaitu di edit, dikasih efek-efek dan bumbu-bumbu seakan akan kurang percaya akan Injil, bahwa injil kurang menarik sehingga dibuat lebih menarik dengan entertainment dan motivasi-motivasi untuk lebih menjual. Ini juga bahaya! Jangan hanya demi relevansi makakita hanya fokus dalam ekspresi akhirnya hanya cari sensasi tetapi kehilangan esensi. Kontekstualisasi juga bukan intimidasi (tradisionalis) legalisme. Kontekstualisasi Injil Menunjukkan kepada sebuah kultur, bagaimana Injil Kristus dapat menjawab serta memenuhi dambaan hati dan pergumulan eksistensial mereka.

Ini implikasinya besar yaitu orang yang liberalis punya kecenderungan asimilasi dalam melayani, begitu ingin menyenangkan orang yang dia jangkau sampai mengorbankan kebenaran dan kompromi. Demi supaya diterima akhirnya mereka menjadi sama dengan orang-orang itu sehingga bahayanya adalah melarutkan kebenaran atau sinkretisme. Sedangkan orang yang memiliki kecenderungan legalis akan .mengintimidasi yaitu tidak boleh ini atau itu atau harus begini atau begitu dan tidak ada fleksibilitas sama sekali.

CONTOH KONTEKSTUALISASI INJIL

Kontekstualisasi ke 4 kitab Injil

Matius            :Orang Yahudi (Christ the King)

Markus           :Org Romawi (Christ the Suffering servant)

Lukas  :Universal/Gentiles (Christ the Son of Man)

Yohanes         :Universal/Gentiles (Christ the Son of God)

Injil Matius ditulis oleh Matius, pemungut cukai yang bertobat menjadi murid Kristus. Matius menulis kitab Injil tersebut ditujukan untuk orang Yahudi, Kita dapat menemukan banyak kutipan dari kitab orang Yahudi, yaitu Hukum Taurat dalam injil Matius. Matius menulis silsilah Tuhan Yesus dari sudut pandang orang Yahudi, bahwa Yesus adalah penggenapan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama (Kitab Taurat). (Dialah Raja yang dinanti-nantikan).

Injil Markus yang ditulis oleh Markus, ditujukan untuk orang Roma (non Yahudi). Injil lebih menceritakan pelayanan-pelayanan serta mujizat Tuhan Yesus, bukan silsilah Yesus. Sebab orang Roma tidak mengetahui kitab taurat, serta tidak menganggap penting silsilah dan budaya Yahudi. Lebih kepada pelayanan Yesus yang datang untuk menderita dan memberikan nyawa-Nya untuk menebus orang percaya dari hukuman dosa. (pelayanan Yesus yang melayani)

Injil Lukas ditulis oleh Lukas yang merupakan seorang dokter (orang terpelajar) yang juga satu2nya penulis Injil yang bukan orang Yahudi. Tulisannya lebih merupakan hasil penelitian dan penyelidikan cermat mengenai peristiwa kehidupan dan kematian Yesus Kristus. Ditulis dalam bahasa yang baik, teratur, ditujukan untuk umum (bukan Yahudi), dan bersifat universal. Untuk menekankan kemanusiaan Yesus Kristus meskipun Yesus Kristus adalah Tuhan

Injil Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes, seorang yang telah beranjak tua. Ia menulis atas dorongan sahabat-sahabatnya yang merasa khawatir ajaran sesat yang saat itu sedang marak. Dalam tulisannya Yohanes lebih memunculkan warna rohani. Menekankan pada keTuhanan Yesus mesikpun dia juga manusia tetapi Ketuhanannya ditonjolkan, Firman Allah yang adalah Allah sendiri yang menjadi menjadi manusia, dan tinggal diantara manusia. 7 mujizat Yesus dan 7 Perkataan Akulah. Injil Matius, Markus dan Lukas disebut juga Injil Sinoptis, sebab dari gaya dan isi tulisan, memberikan sinopsis kehidupan Yesus Kristus. Sedangkan Injil Yohanes lebih menekankan pada kandungan teologis dari kehidupan Yesus Kristus serta makna iman didalamnya.

Galatia 2:3-5
3Tetapi kendatipun Titus, yang bersama-sama dengan aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk menyunatkan dirinya. 4Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu mereka dapat memperhambakan kita. 5Tetapi sesaat pun kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu.

Kisah Para Rasul 16:1-3
1Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani. 2Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium, 3dan Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh menyunatkan dia karena orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani.

Dalam Galatia 2: 3- 5 Paulus tidak memaksa Titus untuk disunat, karena ada guru palsu yang menekankan sunat sebagai penambahan Injil. Tetapi di Kisah 16: 1-3 – Paulus meminta Timotius untuk di sunat, dalam konteks memberitakan Injil kepada orang Yahudi, agar tidak menjadi batu sandungan. Jadi metodenya bisa berubah (Sesuai Konteks) tetapi teologi dan filosofi pelayanannya tetap berakar di dalam Injil 

Paulus juga menunjukkan contoh transparansi Injil. Orang berinjil tidak menunjukkan dirinya hebat dan sempurna, tetapi justru tidak malu untuk menunjukkan kelemahan dan ketidak sempurnaannya supaya seluruh kecukupan Kristus semakin nampak di dalam hidupnya

Orang-orang harus dapat melihat ke dalam hati dan kehidupan kita, menilai bagaimana kita menangani masalah, bagaimana kita menghadapi kekecewaan dan gangguan, bagaimana kita menjalani hubungan, bagaimana perasaan dan tindakan kita, sehingga mereka dapat melihat apakah Kristus itu nyata dan bagaimana Injil mempengaruhi kehidupan manusia sehari-hari.

          2. KESEMPATAN PELAYANAN INJIL DI DALAM PENDERITAAN

Gal 4:13
13Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku.

Pada awalnya Rasul Paulus tidak berencana untuk merintis gereja di Galatia

kemungkinan besar berarti Paulus ada di Galatia karena jalan memutar dari rencana perjalanannya atau karena keterlambatan jadwal yang direncanakannya. Bagaimanapun juga, dia tidak berencana untuk mengkhotbahkan Injil kepada mereka. tetapi penyakit yang dialami Paulus itu menyebabkan perintisan di Galatia terlaksana. Di sini kita harus percaya di dalam doktrin kedaulatan Tuhan dimana penyakit yang dialami Paulus justru menyebabkan terlaksananya perintisan gereja di Galatia. Artinya apa yang kita lihat sebagai gangguan kehidupan justru adalah campur tangan Ilahi Tuhan. 

Charles Spurgeon mengatakan “ Tuhan mungkin mengijinkan kita mengalami musim-musim pergumulan untuk memperkaya jiwa kita, untuk memperdalam kebergantungan kita kepada Dia, dan mengajarkan kepada kita untuk percaya kepada Kedaulatan-Nya dan Tangan-Nya yang penuh Kasih.

2 Kor 12:7-10
7Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 8Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 9Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 10Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Terkadang Tuhan terlihat benar-benar hadir. terkadang Tuhan terlihat tidak hadir di saat hal-hal buruk sedang terjadi, namun Tuhan tidak pernah absen dan Tuhan tidak pernah tinggal diam. Dia selalu bekerja. Kekalahan akhir dari kejahatan adalah kejahatan itu akan merusak dirinya sendiri, mengalahkan dirinya sendiri, menghasilkan kebaikan yang lebih besar daripada yang akan terjadi apabila kejahatan itu tidak terjadi. Di dalam tangan Tuhan maka di dalam hidup orang percaya bahkan hal yang buruk dan kejahatan akan menghasilkan kebaikan yang lebih besar daripada yang akan terjadi apabila kejahatan itu tidak terjadi.

Timothy Keller mengatakan “Allah tidak berjanji untuk memberkati orang percaya dengan menghilangkan penderitaan, tetapi untuk memberkati orang percaya bahkan melalui penderitaan. Yesus menderita bukan agar kita tidak menderita, tetapi agar dalam penderitaan kita dimampukan menjadi seperti Dia. Allah menggunakan penderitaan untuk membawa kebaikan bagi kita. Terkadang dengan mengijinkan kita menghadapi pergumulan — penyakit Paulus membawanya memiliki banyak teman baru dan pelayanan yang berhasil di Galatia— Acap kali kebaikan yang Allah kerjakan adalah untuk membentuk karakter kita."

Gal 4:14-16
14Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan, tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri. 15Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu? Karena aku dapat bersaksi tentang kamu, bahwa jika mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku. 16Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Yang dimaksudkan Paulus dalam ayat ini adalah bahwa Paulus dan Injil yang diberitakan Paulus tidak berubah, tetapi sekarang Jemaat Galatia yang ada di bawah pengaruh para guru-guru palsu dengan Injil yang berbeda, merekalah yang saat ini berbeda. 

          3. TUJUAN AKHIR DARI PELAYANAN INJIL

17 Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak dengan tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, Supaya Kamu Dengan Giat Mengikuti Mereka. 

“zealous to win you over” Bahasa Yunaninya: Flatter, Puff Up

Tujuan dari pengkotbah yang berbeda dengan Paulus itu punya tujuan yang berbeda. Mereka sedang memuji dan menonjolkanmu, supaya kamu juga memuji dan menonjolkan mereka. 

Tim Keller mengatakan “ Pelayanan yang tidak terpusat kepada Injil hanya akan mengumpulkan penggemar yang bergantung secara emosional kepada pemimpinnya. Pelayanan palsu tidak berfokus pada Kristus dan Anugerah-Nya melainkan kepada pemimpinnya, manusianya dan perbuatannya”. Tetapi  pelayanan yang berpusat kepada Injil akan membangun murid-murid yang memandang kepada salib dan beriman kepada Kristus saja serta Anugerah-Nya yang menyelamatkan.”

18Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu. 19Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, Sampai Rupa Kristus Menjadi Nyata Di Dalam Kamu.

Pelayanan yang palsu tujuan akhirnya adalah manusia sedangkan pelayanan Injil
tujuan akhrinya adalah Kristus. Guru-guru palsu menginginkan pengikut yang memuliakan mereka, tetapi Paulus menginginkan rekan sekerja yang memuliakan Kristus. Guru-guru palsu melayani tidak dengan Injil namun dalam kesombongan dan kebenaran diri sendiri, namun Paulus melayani dengan Injil dengan ketergantungan dan kecukupan akan Kristus. Tim Keller mengatakan “ Agama membuat kita bangga denga napa yang kita lakukan. Injil  membuat kita bangga dengan apa yang Yesus telah lakukan.”

20Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain

Apa yang menyebabkan Paulus bisa melakukan semua ini?

Filipi 2: 5-8

5Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 6yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, Dan Menjadi Sama Dengan Manusia. 8Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah Merendahkan Diri-Nya Dan Taat Sampai Mati, Bahkan Sampai Mati Di Kayu Salib.

Karya Inkarnasi Kristus yaitu Sang Raja mengambil rupa seorang Hamba. Yang Ilahi Menjadi sama dengan Manusia. Yang Tertinggi Merendahkan dirinya. Yang Imortal taat sampai Mati. Yang Terhormat Mati Terhina di Kayu Salib yaitu untuk menebus kita, untuk mendapatkan kita dan untuk menjadikan kita milik-Nya. 

Pertanyaan Reflektif

Apakah kita berkecenderungan asimilasi atau intimidasi? Demi membangun hubungan (transformer) berkompromi akan kebenaran atau demi yang dianggap benar (tradisionalis) membangun tembok dan menyerang yang dianggap salah? 

Apakah hidup kita melakukan kontekstualisasi Injil, menampilkan transparansi Injil (kecukupan Kristus)? Apakah kita semata-mata melihat pergumulan & tantangan hanyalah gangguan kehidupan atau kita dapat melihat campur tangan Ilahi atau kesempatan Tuhan bekerja? Di mana fokus hidup kita? Pada manusianya? Diri sendiri? Atau pada Kristus?

Bertobatlah dari memandang kehidupan dari lensa dunia/dirimu sendiri melainkan pandanglah segala sesuatu dari lensa Injil

Gospel Responses: Renungkan inkarnasi Kristus dan kotbahkan Injil pada hatimu: Tuhan menjadi manusia, raja di atas segala raja menjadi manusia, merendahkan diri, taat sampai mati, mati di kayu salib untuk menghampiri kita dan menebus hidup kita

IMPLIKASI INJIL. Karena Injil …

  • Kita dapat melihat dan mengerti kerinduan/dambaan hati dari sebuah budaya sehingga bisa mengkomunikasikan Injil sesuai dengan konteksnya (kontekstualisasi Injil).
  • Kita tidak memandang  penderitaan sebagai gangguan kehidupan namun kesempatan tuhan bekerja (campur tangan Ilahi) menyatakan anugerah-Nya bagi kebaikan kita
  • Di dalam melayani kita tidak memandang manusia dan berbangga diri, tetapi memandang kepada Kristus & rela berproses untuk semakin serupa dengan Kristus.