PEMBACAAN : Galatia 5: 1 - 12
Posisi kita sebagai orang percaya saat ini menarik yaitu kita bukan hanya warga negara dunia ini, tetapi kita adalah warga kerajaan sorga, kita sudah belajar bahwa kita sudah dimerdekakan oleh karya Kristus di kayu salib. Kita sudah dimerdekakan oleh kuasa Injil, status kita ada yang dalam Kristus dianggap benar dihadapan Allah. Tetapi bagaimana saat kita dapat merefleksikan dan menghidupi kemerdekaan yang Allah telah berikan dalam hidup kita? Oleh sebab itu Rasul Paulus mengingatkan dan meneruskan suratnya kepada orang percaya di Galatia, tentang bagaimana hidup sebagai orang merdeka dan berdiri teguh di dalam kemerdekaan yang Kristus telah berikan, dan tentunya sekali lagi kita juga belajar bagaimana kehidupan kita sebagai orang percaya menghidupi kemerdekaan yang Kristus telah berikan dalam kehidupan kita sehari-hari.
1. BAGAIMANA KITA DAPAT BERDIRI TEGUH DALAM INJIL YANG MEMERDEKAKAN KITA?
Galatia 5:1
Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
1a. Alasan Mengapa Rasul Paulus Menegaskan Dan Mengingatkan Orang Galatia Supaya Berdiri Teguh Dalam Kemerdekaan Yang Diberikan Kristus.
Ayat ini sebenarnya berfungsi sebagai ringkasan penutup Rasul Paulus dalam memberikan kontras antara perbudakan hamba perempuan yaitu Hagar, dan kebebasan wanita merdeka yaitu Sarah. Dalam perikop ini, Paulus memerintahkan orang-orang Galatia untuk tidak terkurung, terbebani, dan tertindas oleh pembatasan peraturan peraturan legalistik yang justru memberatkan. Sehingga ia ingin mengingatkan status mereka sebagai orang percaya dan dilanjutkan tanggapan dari status mereka.
Paulus menghubungkan sebuah indikatif (apa yang telah Tuhan lakukan dan menegaskan apa yang Kristus telah lakukan), dan diikuti oleh sebuah imperatif (apa yang harus kita lakukan sebagai sebagai orang merdeka). Apa yang telah Kristus lakukan bagi kita. Paulus melanjutkan dengan dua imperative untuk menunjukan inilah bagian yang harus kita lakukan sebagai respon kepada apa yang telah Allah lakukan
1b. Paulus Mengingatkan Bahwa Karya Kristus Di Kayu Salib Telah Membebaskan (Indikatif)
Rasul Paulus mengatakan supaya kita sungguh-sungguh merdeka. Ia mengingatkan status mereka sebagai orang percaya, mengapa rasul Paulus sampai bicara “supaya kita sungguh-sungguh merdeka”? Karena pada saat itu jemaat di Galatia mereka mulai hidup terbelenggu oleh hal-hal agamawi dan tradisi, padahal mereka tidak perlu mengikuti ajaran-ajaran dari Judaizer. Padahal status mereka dalam Kristus adalah orang merdeka.
Tetapi faktanya orang Galatia kembali tercemar dengan ajaran sesat yang mengharuskan mereka menambahkan ritual tertentu ke dalam iman mereka, yaitu sunat. Itu sebabnya Paulus menuliskan surat ini dan mengingatkan mereka, bahwa hanya Kristus yang dapat memberikan kebebasan sejati. (mirip dengan kita, kita adalah orang merdeka dalam Kristus tetapi kadang masih hidup dalam belenggu aturan-aturan agama atau nilai-nilai tradisi)
Disini kata “merdeka” menggunakan Yunani: “eleutheria” yang artinya bebas dari aturan-aturan seremonial dan tuntutan moral tradisi Yahudi. Jadi Paulus mengingatkan bahwa memang kita telah dibebaskan dari kuk perhambaan, dan Ia menggambarkan kuk itu secara metafora. Dia menggunakan metafora tentang sebuah kuk yang diletakkan di atas seekor binatang beban untuk membatasi kebebasannya dan menyebabkannya berfungsi seperti yang diinginkan. Rasul Paulus ingin mengatakan kepada orang Galatia “Jangan menjadi lembu yang bodoh, dan biarkan para pengemudi budak yang religius itu menyuruhmu memikul kuk aturan-aturan agama atasmu untuk mendorongmu agar melakukan sesuai dengan harapan mereka.
Secara sederhana Rasul Paulus ingin memberi tahu belenggu legalistik (aturan-aturan agamawi) membebani, hanya anugerah yang diberikan Kristus yang memberi kelegaan.
Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita ini bukan dibawah Taurat tetapi kita telah ditebus menjadi milik Kristus, kita diikat dalam hubungan kasih Yesus Kristus, tetapi hubungan kita dengan Kristus tidak menindas atau memberatkan, seperti yang Yesus Kristus katakan dalam Matius 11:28-30
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan(rest) kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.
Kemerdekaan di dalam Kristus, itulah status yang dimiliki oleh orang-orang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan, karena Kristus telah memerdekakan dari segala ikatan, kutuk dosa.
Ketika kita sudah percaya dalam Tuhan Yesus Kristus bahwa kita benar-benar merdeka, untuk tidak terikat kembali oleh aturan-aturan agamawi yang tidak sesuai dengan Injil Kristus dan segala hal-hal duniawi, maka kita harus berdiri teguh dalam Injil dan tidak mengikuti hal-hal diluar Injil dan berhenti menjadi hamba dosa, karena belenggu itu juga berbicara tentang berbagai macam keterikatan, seperti kecanduan games, kecanduan pornografi, kecanduan judi, kecanduan traveling, kecanduan kerja, kecanduan mendapat perhatian lebih dari orang lain, kecanduan olahraga. Kecanduan disini bukan hanya hal-hal yang memang memiliki konotasi negatif, bahkan hal-hal yang terlihat positif pun dapat membuat kita memiliki kecanduan yang membelenggu.
Kita sudah dimerdekakan dari belenggu legalisme (aturan-aturan agama) jangan masuk kedalam belenggu antinomian (kebebasan yang tidak berdasarkan kebenaran Injil) yang justru membelenggu
1c. Paulus Mengingatkan Untuk Berdiri Teguh Dalam Injil Kasih Karunia (Imperatif)
Perintah untuk “berdiri teguh” kepada jemaat Galatia, karena Rasul Paulus melihat bahwa mereka rentan dengan ajaran-ajaran palsu yang terus menerus Rasul Paulus mengingatkan untuk “tetap berdiri teguh dan jangan mau dikenakan kuk perbudakan lagi.” Ingatlah apa yang Kristus lakukan, dan siapa Kristus itu, Paulus mengatakan Kristus terlalu berharga untuk ditukar dengan beban kinerja keagamaan. Paulus memanggil jemaat Galatia untuk bertindak berdasarkan realitas tindakan Kristus. “Terus berdiri teguh dalam dinamika anugerah Hidup-Nya. Jangan menyerah legalisme agama kaum Yahudi dan perlu senantiasa untuk selalu sadar bahwa ada bahaya yang selalu akan menyerang iman kita di dalam Kristus. Jangan melupakan statusmu sebagai orang percaya dalam Kristus.
Kita pun perlu sadar bahwa orientasi kita sangat mudah melenceng, kita sungguh amat rentan, dan tidak kalah rentan dengan jemaat Galatia, kita itu justru sering terpesona dengan ajaran-ajaran moralistik yang membebani, padahal kita tidak bisa melakukannya, khotbah-khotbah yang terdengar keras (moralistik dan legalistik), atau khotbah-khotbah motivasional yang menggugah hati, ya karena kemungkinan ajaran tersebut itu tidak asing dengan tradisi dan budaya kita (asimilasi), namun kita harus tahu yang khotbah seperti itu pun juga gagal dan bisa melakukannya tetapi tidak menunjukan kerentanan mereka, tetapi memang faktanya khotbah moralistik itu “menawan” hati dan seolah mudah untuk langsung dimengerti. Oleh karena itu kita perlu untuk terus dikalibrasi Injil Kristus setiap hari, supaya kita tidak melenceng. Lalu Bagaimana kita bisa berdiri teguh dalam Injil Kasih Karunia?
We need to hear Gospel everyday, because we forget it everyday - Martin Luther –
Khotbahkan Injil setiap hari dalam hidupmu.. Kita butuh mendengar Injil setiap hari, (melewati saat teduh, melewati perenungan Firman Tuhan setiap hari untuk mengkalibrasi hati kita, melewati komunitas rohani - ingat bahwa orang percaya tidak pernah di design melakukan perjalanan iman seorang diri, kita bukan rambo)
Ilustrasi : Roda kendaraan saja per 10.000 km perlu untuk kembali di spooring, dibalancing, / disetting ulang, supaya aman dan nyaman untuk dikendarai. Kalau kita terlambat dalam melakukan spooring dan balancing maka setir kendaraan agak condong ke kanan dan ketika melaju dengan kecepatan tinggi seolah kendaraan yang kita kendarai sedikit oleng, Namun setelah kembali service (roda-roda di rotasi, di setting ulang, dsb..) akhirnya kembali normal dan nyaman.
Demikian pula dengan kondisi hati kita, hati kita mudah condong pada penyembahan berhala, hati kita mudah condong untuk tidak bergantung kepada Allah dan kembali dengan cara-cara manusia, kembali tertarik pada hal-hal yang tidak memiliki nilai-nilai kekekalan. Jika tidak secara terus menerus dikalibrasi oleh Injil, maka kita akan kembali pada hal itu semua. Karena apa?
"The Main Problem In Our Life Is That Our Heart Is Filled With Disordered Loves. (Masalah utama dalam hidup kita adalah kasih yang kacau (salah arah) di dalam hati kita.) -St. Augustine
Oleh karena itu kita perlu memahami apa makna kemerdekaan sejati dalam Kristus,
2. APA MAKNA KEMERDEKAAN SEJATI DALAM KRISTUS?
Galatia 5:4
Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
Ayat ke 4 menyiratkan bahwa kebebasan bergantung pada kasih karunia, itu berarti kebebasan dalam Kristus adalah bebas dari upaya mendapat keselamatan dengan diri sendiri tetapi bergantung pada anugerah Tuhan sepenuhnya dalam hidup kita saat ini. Ia mengatakan Kristus sama sekali tidak akan berguna bagi mereka, jika mereka menambahkan kewajiban untuk sunat sebagai syarat diterima Allah, ungkapan ini mengacu dari ayat sebelumnya oleh karena itu di ayat 3, ia mengatakan:
Galatia 5:3
Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
Jadi Rasul Paulus di ayat 3, ia ingin mengatakan bahwa orang yang disunat menempatkan dirinya sebagai seorang yang berutang kepada Tuhan, kita tahu bahwa Tuhan tidak ingin menghubungkan kita sebagai debitur yang mencoba membayarnya kembali. (hubungan transaksional) Kehendak-Nya bagi kita adalah agar kita bebas— bahwa kita menyadari bahwa seluruh utang telah dibayar oleh pengurbanan Kristus.
Rasul Paulus menyerang apa yang merupakan salah satu prinsip utama dari kaum Yudais, yaitu tuntutan untuk sunat semua laki-laki beriman agar memiliki tanda fisik yang mengidentifikasi umat perjanjian Allah, dan mendapatkan kesenangan Allah. Hal ini seperti yang terjadi dalam (Kisah Para Rasul 15:1) ini sikap yang sama seperti yang diperlihatkan oleh mereka yang datang dari Yudea ke Antiokhia pada waktu yang hampir bersamaan dengan ketika Paulus menulis surat ini kepada jemaat di Galatia, menyatakan, “Jika kamu tidak disunat menurut adat Musa, kamu tidak dapat diselamatkan. ”.
Kaum Judaizer masih gagal paham, mereka masih berpikiran bahwa sunat secara lahiriah adalah tanda bahwa mereka adalah orang-orang perjanjian seperti Abraham, Kaum Judaizer/Yudaisme di Galatia rupanya menganjurkan sunat terhadap laki-laki percaya bukan berdarah Yahudi untuk mengidentifikasi dengan warisan Yahudi sebagai umat Allah, dan itu seolah menjadi tindakan fisik yang paling penting. Kaum Judaizer ingin mengembalikan orang Kristen non-Yahudi untuk menyamakan diri dengan Abraham, padahal apa yang dilakukan oleh Abraham dalam perjanjian lama, hanyalah gambaran awal dari apa yang akan dilakukan Allah Bapa dalam Yesus Kristus.
Berulang kali ditekankan bahwa yang benar-benar diinginkan Tuhan adalah bukan sunat fisik, melainkan menjauhkan dosa dari hati manusia (Ul. 10:16; 30:6; Yeremia 4:4), dan nabi Yeremia menjelaskan bahwa seseorang dapat disunat secara fisik namun tidak disunat hatinya, dan itu tidak mungkin dilakukan dengan kemampuan manusia berdosa. Penggenapan gambaran sunat di Perjanjian Lama terjadi ketika Yesus Kristus memungkinkan dosa disingkirkan dari hati manusia dengan menerima kematian dan hidup kebangkitan-Nya.
2a. Allah Mengehendaki Bahwa Kemerdekaan Sejati Itu Bukan Apa Yang Tampak Lahiriah, Tetapi Apa Yang Ada Di Dalam Hati
Paulus menjelaskan bahwa di dalam Kristus kamu telah disunat dengan sunat yang dilakukan tanpa tangan manusia, dalam pembuangan tubuh daging oleh sunat Kristus”
Kolose 2:11
Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,
Maksudnya adalah sebuah “sunat yang berasal dari hati, oleh Roh” (Rm. 2:29), menjadikan orang Kristen sebagai “orang yang benar-benar bersunat, yang beribadah dalam Roh Allah” (Flp. 3:3). Tanda pengenal orang Kristen bukanlah meterai yang dibatasi secara fisik, tetapi meterai Roh Kristus (II Kor. 1:22; Ef. 4:30). Secara mudah Rasul Paulus ingin mengatakan sunat lahiriah/fisik itu tidak menyelamatkan, yang membuat kita diterima oleh Allah itu adalah sunat hati melalui karya Roh Kudus. Ini berbicara tentang perubahan hidup dari manusia lama kepada manusia baru melalui transformasi hati oleh Injil, yang dikerjakan melalui karya Roh Kudus.
Seringkali hanya memusingkan apa yang tampak di permukaan dan terlihat, padahal tidak ada perubahan dalam hati kita. Kita hanya ingin tampak baik padahal hati kita busuk. Kita hanya ingin terlihat baik diluar tetapi tidak ada perubahan dari dalam. Kita terlihat peduli kepada orang lain, padahal supaya ingin kembali diperhatikan. (ini adalah transaksional) oleh karena itu Timothy Keller pernah mengatakan bahwa !
Gospel transformation is different than moral reformation. The gospel transforms you from the inside out. That’s different than plain old-fashioned moral reformation. - Timothy Keller –
Bahaya saat ini yang mengancam orang percaya adalah, pengajaran-pengajaran yang tidak berpusat pada Injil, dan seringkali yang terjadi pada masa kini banyak orang sadar dan keluar dari belenggu teologi kemakmuran, namun masuk dalam belenggu teologi yang sangat moralistik dan terdengar humanis, yang ujungnya doktrin primer/utamanya penganut dwitunggal, yang mempercayai Yesus adalah hanyalah manusia sejati, bukan Allah sejati, melainkan hanya manusia super yang sempurna, (bukan percaya Allah Tritunggal), dan kita harus meneladani moralitas Yesus dengan sempurna, sebagai orang percaya yang telah mengenal Injil, kita perlu mewaspadai hal ini, dan ingatlah bahwa :
Injil sejati itu tentang transformasi hati, bukan sekedar modifikasi perilaku, Yesus bukan hanya memberi teladan moral, tetapi DIA adalah Tuhan yang menjelma sebagai manusia untuk menyelamatkan kita manusia berdosa dan DIA juga mendampingi kita hingga akhir.
Jadi kemerdekaan sejati adalah ketika kasih karunia Kristus-lah yang menjadi identitas kita, bukan hal-hal yang seolah baik dipermukaan. Kemerdekaan sejati adalah menyadari bahwa Kristus yang mengerjakan bagi kita dan bukan tentang apa yang dilakukan oleh manusia, melainkan apa yang Allah kerjakan dalam hati orang percaya. Kemerdekaan sejati itu ketika bebas mengasihi Allah tanpa rasa takut kehilangan keselamatan.
3. BAGAIMANA MENGHIDUPI KEMERDEKAAN YANG DIBERIKAN KRISTUS BAGI KITA?
Galatia 5:7
Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi?
Paulus bertanya kepada orang Galatia, dan meminta mereka bertanya kepada diri mereka sendiri, Siapakah yang menghalang-halangi kamu? Bagaimana mungkin mereka sampai tidak bertahan di jalan di mana mereka sudah mulai berlari dengan sangat baik? Rasul Paulus sangat mengetahui bagaimana mereka pada masa lalu, dan apa itu yang telah menghalangi mereka, namun dia ingin supaya mereka mengajukan pertanyaan itu kepada diri mereka sendiri.
Dia memberi tahu mereka bahwa dahulu mereka berlomba dengan baik. Pada saat mereka baru mulai menjadi orang percaya, mereka berperilaku sangat terpuji. Mereka siap sedia menyambut berita Injil, dan bersemangat dalam berjalan di jalannya dan mengerjakannya. Tetapi mereka telah dihalangi dalam kemajuan mereka, dan dihalau keluar dari jalan atau setidaknya dibuat goyah dan bimbang. Oleh karena itu Paulus mengingatkan bahwa kebenaran sejati bukan hanya harus dipercaya, melainkan juga harus ditaati, harus diterima bukan hanya tuntunannya saja, melainkan juga kasih dan kuasanya.
Itulah mengapa Rasul Paulus memberikan alasan mengapa mereka harus bertekun di dalam iman dan kemerdekaan Injil, dan melawan ajakan yang menjauhkan mereka dari Injil (ay. 8):
Galatia 5:8
Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yang memanggil kamu.
Maksudnya ini adalah ajakan Judaizer untuk menambahkan Injil dengan sunat secara lahiriah dan itu bukan dari Kristus, atau dengan kata lain kalau kita menambahkan perbuatan baik untuk keselamatan itu bukan Injil. Oleh sebab itu Rasul Paulus mengatakan jangan mau dikacaukan, tetapi tetaplah berlomba dalam motivasi iman yang benar.
Disini kita mengerti bahwa, kasih karunia tidak pernah menentang dan meniadakan perbuatan, melainkan Kasih Karunia Kristus adalah alasan Utama bagi orang percaya untuk melakukan perbuatan baik tanpa takut kehilangan keselamatan.
Jika anda pernah melakukan sesuatu dalam hidup untuk Tuhan, Anda pikir, untuk masuk surga, Anda tidak pernah melakukan satu hal pun untuk Tuhan. Jika Anda melakukannya karena takut, Anda tidak pernah melakukannya untuk Tuhan. –Charles Spurgeon –
Surga bukan tempat untuk orang yang takut masuk neraka, surga adalah tempat dimana orang-orang mengasihi allah karena allah mengasihi kita terlebih dahulu, kalau kita ingin masuk surga karena takut masuk neraka, sebenarnya kita bukan mengasihi Allah, melainkan mengasihi diri sendiri.
Ilustrasi : kalau dahulu kita pernah mengejar calon pasangan, pertanyaanya apa kita memberi ancaman atau datang dengan sesuatu yang manis dan baik? Tentunya jika kita ingin “memenangkan” perasaan seseorang, tentunya bukan dengan ancaman bukan? Demikian juga Allah tidak pernah menghendaki kita melakukan perbuatan baik dengan rasa takut, oleh karena itu kasih-Nya mengejar kita.
Melakukan perbuatan baik di dalam iman Kristen itu bukanlah bayar harga, tetapi menghidupi Injil. Karya salib Kristus bagi kita bukanlah DP untuk keselamatan kita, jika kita memandang karya salib Kristus hanyalah sebuah DP (uang muka) untuk keselamatan maka itu adalah pelecehan, ingatlah bahwa harga kita telah dibayar lunas oleh Kristus, bukan berdasarkan perbuatan baik kita.
Sehingga kita sadar bahwa, kemerdekaan yang Kristus berikan bukanlah kesempatan untuk hidup bagi sendiri dan berbuat dosa seenaknya, melainkan kesempatan untuk mengasihi Allah dan sesama, dan hidup bagi kemulian-Nya. Karena status kita dalam Kristus bukanlah hamba dosa, hamba kebenaran dan menjadi milik Kristus
Oleh karena itu Rasul Paulus mengatakan dalam suratnya di Korintus:
1 Korintus 15:10
Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
Justru kasih karunia itu menjadi alasan paling kuat bagi orang percaya untuk menghidupi Injil Kristus, Kasih karunia membuat kita tidak makin menjadi malas-malasan tetapi malah bekerja lebih giat, tetapi di saat yang sama hati kita bisa “rest”, hati kita bisa tenang, karena kita sadar Allah yang sadar bekerja dalam kita.
Biarlah kita yang sudah dibebaskan/dimerdekakan dalam Kristus menghidupi Injil dan menjalani perjalanan iman kita dengan ucapan syukur bukan karena tuntutan Taurat, atau tuntutan tradisi masyarakat masa kini, yang hanya fokus dengan apa yang tampak dipermukaan. Secara manusia memang kita tidak mampu, secara manusia kita pasti akan gagal dalam menghidupi Injil, oleh karena itu kita perlu untuk terus bergantung kepada Anugerah-Nya yang senantiasa menopang, menguatkan, dan membuat kita tekun, Karena Kristus telah melakukannya terlebih dahulu bagi kita. Dan kita lihat dalam Galatia 5 : 3 sebagai Gospel Connection kita
Galatia 5:3
Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
Artinya disini setiap orang yang disunat, dia berhutang kepada seluruh hukum Taurat, dan ia melakukannya seluruh Taurat dengan taat dan sempurna.. Pertanyaanya sekali lagi siapa Pribadi yang pernah melakukan sunat dan sanggup tunduk dan melakukannya dengan sempurna?
Lukas 2:21a
Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus
GOSPEL CONNECTION :
Sunat yang dilakukan oleh Yesus menunjukkan kesedian-Nya untuk memenuhi semua tuntutan Taurat dan perintah Allah dengan sempurna, - Supaya kita yang ada dalam Kristus tidak berhutang dari tuntutan Taurat, tetapi dalam kasih karunia Kristus yang membebaskan.
Sunat yang dilakukan oleh Yesus menunjukkan kesediaan-Nya untuk menanggung segala dosa manusia - Supaya melalui sunat-Nya, kita manusia berdosa dapat menerima pengampunan dosa dan kehidupan baru dalam Kristus.
Sunat yang dilakukan oleh Yesus menunjukkan kesediaan-Nya sebagai Allah sejati yang rela menjadi manusia sejati, - Supaya kita yang ada dalam Kristus tidak merasa sendiri ketika menghadapi penderitaan, karena Dia pernah menjadi manusia sejati, dan saat ini Roh Kudus telah tinggal dalam kita untuk menopang dan memampukan.
Gospel Response
Bertobatlah dari kecenderungan untuk kembali hidup dalam belenggu-belenggu (legalisme-antinomian) yang menghalangi perjalanan iman kita dalam menghidupi Injil dan pengenalan akan Kristus.
Ingatlah akan kasih karunia Kristus yang telah memerdekakan kita dan senantiasa terus memandang karya pengurbanan-Nya di atas kayu salib.
Gospel Reflection
IMPLIKASI INJIL Karena Injil …