Gospel Centered Faith

The Book Of Galatians Week 21 "Gospel Centered Faith"

 Ps. Natanael Thamrin

PEMBACAAN  : Galatia 5: 5 -12

Sepanjang surat Galatia terlihat ketegangan antara iman dan perbuatan atau Injil dan Taurat. Demikian juga ketegangan tersebut akan selalu ada dalam diri orang percaya. dalam bahasa yang lain ialah ketegangan yang terjadi antara lensa Injil dan lensa Taurat serta antara kasih karunia dan pertukaran jasa. Sebagai contoh pernyataan-pernyataan berikut 

“ Saya sudah diselamatkan maka saya dimampukan berbuat baik” dan “saya berbuat baik untuk diselamatkan” akan selalu ada di dalam hati kita.

“Saya memberi karena sudah diberkati” dan ”saya memberi supaya diberkati” 

“Saya melayani sebagai respon kasih karunia” dan “karena saya sudah melayani maka tuhan pasti akan menolong saya” 

Ketegangan ini pernah ditemukan juga oleh Timothy Keller dalam percakapannya dengan seorang jemaat baru yang berkunjung ke gereja Redeemer Presbyterian Church. Background dari percakapan ini adalah jemaat ini baru pergi ke gereja ketika dia dewasa dan tidak pernah mendengarkan perbedaan antara agama dan Injil. Sebelum ini dia selalu mendengar bahwa allah menerima kita jika kita cukup baik. Dan ketika dia mendengar pesan Injil, ada sebuah perasaan yang menakutkan. Dan Tim Keller menanyakan bahwa mengapa itu menakutkan. 

Jawab jemaat itu “ Jika saya diselamatkan oleh perbuatan baik saya maka akan ada sebuah batasan terhadap apa yang Allah tuntut dari saya. Saya akan mirip seperti seorang pembayar pajak yang memiliki ‘hak’ dimana saya melakukan kewajiban saya dan saya layak mendapatkan sebuah hidup yang berkualitas. Tetapi jika saya adalah seorang berdosa yang diselamatkan oleh anugerah maka Dia bisa menuntut apa saja dari saya.”

Jemaat ini sadar bahwa disatu sisi dia punya keinginan untuk berbagian dalam karya keselamatan seperti seorang pembayar pajak yang punya hak untuk mendapatkan hidup yang berkualitas setelah membayarkan kewajibannya. Tetapi disisi lain dia sadar bahwa untuk mendapatkan keselamatan dengan perbuatan baik nampaknya mustahil karena keberdosaannya maka dari itu dia butuh anugerah.

Namun, di dalam sisi anugerah, ada timbul rasa takut bahwa jika semua hanya karena anugerah, maka allah bisa saja menuntut apapun dari dirinya. Dengan kata lain, disana ada rasa keengganan untuk menerima anugerah itu secara cuma-cuma. 

Ketegangan yang sama terjadi dalam kehidupan jemaat di Galatia. Dalam bacaan kita ayat 7 dikatakan: 

Gal. 5 : 7

Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi

Paulus disini ingin mengatakan bahwa mereka sudah hidup di dalam ketaatan kepada Yesus dengan benar tetapi kemudian mereka berbalik sehingga dikatakan ”kamu tidak menuruti kebenaran lagi”. Dari sinilah saya kemudian merenungkan bahwa sesungguhnya ketegangan yang terjadi dalam hati kita tentang iman dan perbuatan, antara taurat dan injil akan selalu ada.  Untuk itu, kita perlu merenungkan 3 hal penting yaitu :

          1. APA YANG SERINGKALI MENGHAMBAT ORANG PERCAYA DALAM MENGHIDUPI IMAN YANG BENAR? (Gal 5:8 – Gal 1:6-7

Gal. 5: 8

Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yang memanggil kamu.

Pada ayat 8 disini disebutkan bahwa ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yaitu Allah, yang memanggil mereka. Jika kita bandingkan dengan Galatia 1:6 

Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (Galatia 1:6-7)

Disini kita menjumpai bahwa dia yang memanggil kamu merujuk kepada kasih karunia Kristus yang telah memanggil orang-orang percaya di Galatia. Atau dengan kata lain Paulus ingin berkata: keselamatan yang diterima oleh orang percaya itu adalah anugerah tanpa tambahan apapun.  Ini konsisten dengan seluruh pengajaran alkitab namun berbeda dengan apa yang kaum Judaizer ajarkan. Sesungguhnya, jika ada sesuatu yang ditambahkan ke dalam karya keselamatan Allah yang adalah anugerah maka itu bukan lagi anugerah. Atau dalam pernyataan yang lain bahwa penambahan apapun untuk karya keselamatan yang telah selesai dikerjakan oleh Kristus adalah penyesatan. Sama seperti sebotol air bersih yang terkena setetes air selokan akan merusak air bersih tersebut. Paulus lalu dalam ayat 9 menegaskan hal ini: 

Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan.(Galatia 5:9)

Martin Luther membahasakan hal ini dengan mengatakan: 

Dalam teologi, satu kesalahan kecil meruntuhkan seluruh pengajaran.  (In theology a tiny error overthrows the whole teaching)

Disini kita sering menjumpai bahwa pengajaran-pengajaran yang keliru awalnya tidak terdengar salah. Tetapi jika ditelusuri maka pada dasarnya justru menyerang dasar-dasar kebenaran Injil. Contoh

INJIL 

AGAMAWI 

KEMAKMURAN

TERAPEUTIK

PRAKTIK

Saudara harus melakukan ini dan itu untuk Tuhan.

‘Allah ingin hidup saudara diberkati dan sukses.’

‘Apa yang saudara katakan, menentukan apa yang akan terjadi pada saudara.’

‘Allah akan menyelesaikan masalah hidup saudara dan Dia juga akan membantu saudara untuk mencapai potensi saudara.’

DISTORSI

Performa saudara menentukan penerimaan Allah.

Relasi dengan Allah terasa sangat transaksional dan diukur melalui lensa duniawi.

Terkesan memberikan kata-kata peneguhan namun ujungnya pada pemuasan diri.

PENYESATAN

Karya penebusan Kristus tidak cukup karena harus ditambahkan oleh suatu perbuatan.

Karya salib hanya dipahami sebagai jalan keluar atas kesusahan hidup atau sebatas pemenuhan kebutuhan materi.

Mereduksi keseriusan dosa dan mengedepankan mentalitas korban dari dosa.

Tiga contoh ini hanya sebagian dari kesalahpahaman terhadap injil yang sejati. Ada banyak penyesatan-penyesatan lain yang serupa tetapi esensinya melenceng dari kebenaran Injil yang benar. Jadi, apa yang seringkali menjadi penghalang dari seorang percaya untuk menghidupi iman yang benar yaitu bukan saja karena kehadiran penyesat, tetapi juga pemahaman yang tidak utuh akan Injil yang benar. J.I Packer mengatakan :

Kita seharusnya tidak bergerak maju dari Injil;  Kita bergerak maju di dalam Injil. 
(We never move on from the gospel; we move on in the gospel.)

Injil bukan seperti garis start disebuah lapangan lalu kita berlari maju dari Injil menuju ke garis finish. Injil itu adalah lapangan lari itu sendiri. Kemanapun kita berlari, kita bergerak di dalam injil. Sehingga di dalam kita menghidupi iman kita, kita perlu selalu melihatnya di dalam lensa Injil. 

          2. BAGAIMANA ORANG PERCAYA MAMPU MENGHIDUPI IMAN KEPADA ALLAH DENGAN MOTIVASI YANG BENAR? 

Motivasi hati kita untuk taat pada Allah lebih penting daripada ketaatan itu sendiri. Contoh: pelayanan pada dasarnya itu sesuatu yang baik. Tetapi  yang lebih mendasar dari kegiatan pelayanan itu sendiri ialah motivasi kita melayani bukan? Jika motvasi kita melayani untuk membuktikan bahwa kita lebih cinta Tuhan daripada orang lain, maka motivasi kita ialah kesombongan dan iri hati bukan sebagai wujud kasih dan sukacita akan kebaikannya kepada kita. Karena motivasi ini penting maka kita perlu tahu: bagaimana kita bisa menghidupi iman kepada Allah dengan motivasi yang benar? 

(Galatia 5:8)

Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yang memanggil (effectual calling) kamu. 

Kata memanggil secara khusus disini memiliki arti panggilan efektif Allah atau yang dalam bahasa teologi disebut God’s effectual calling. Contoh yang paling tepat ialah kisah yang dicatat dalam Injil Yohanes pasal 11, tentang Lazarus saudara dari Maria dan Marta yang dibangkitkan.  ( Baca : Yohanes 11:39-44 )

Apa yang terjadi pada Lazarus secara fisik di Yohanes 11 menyatakan kondisi rohani manusia di hadapan Allah. Kita mati dalam pelanggaran dan dosa, tak berpengharapan dan tak berdaya. Dalam kondisi rohani yang sedemikian, sebagaimana mayat lazarus yang sangat bau setelah mati empat hari, kebusukan kita pun sangat menusuk hidung Allah. Namun dengan kuasanya, Yesus memanggil Lazarus dengan suara keras maka bangkitlah dia dan kemudian dia mendapat kehidupan yang baru. 

Demikian halnya dengan kita yaitu Yesus memanggil kita yang mati rohani, memberikan kita hidup yang baru,  menghancurkan hati kita yang keras dan menggantikannya dengan hati yang lembut, menerangi akal budi kita, membaharui kehendak kita, dan menarik kita datang kepadaNya dengan sukarela dan sukacita. Ini adalah panggilan yang efektif dari Allah kepada kita umatNya. Dan panggilan efektif itu dijamin oleh Allah Roh Kudus sebagaimana yang dikatakan dalam Galatia 5:5 

Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.

Karya Allah Roh Kudus yang menjamin sehingga kita mampu untuk menghidupi iman kepada Allah dengan motivasi hati yang benar. Matt Chandler mengatakan :

Kuasa dalam Injil bukan terletak pada penyajian pengkhotbah atau kehebatan pemberita, meski Roh Kudus memang memampukan dan menggunakan hal-hal itu.  Kuasa dalam Injil adalah penerapan karya penyelamatan Yesus Kristus oleh Roh Kudus kepada hati orang yang mendengar.

          3. APA YANG MEMBUAT ORANG PERCAYA DAPAT BERTAHAN DALAM IMAN YANG BENAR SAMPAI AKHIR HIDUP? 

Galatia 5:11 

Dan lagi aku ini, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya juga? Sebab kalau demikian, salib bukan batu sandungan lagi.

Dari ayat ini nampaknya kaum Judaizers menuduh Paulus bahwa Paulus sendiri masih mengajarkan sunat, seperti ketika ia menyuruh agar Timotius disunatkan dalam catatan Kisah Para Rasul 16:1-3. Tetapi Paulus dengan tegas menyangkal hal ini. Dalam kasus Timotius, Paulus meminta supaya dia disunat bukan supaya dia diselamatkan tetapi sebagai upaya atau strategi penginjilan dikalangan orang-orang yahudi agar Timotius dapat diterima dan Injil dapat diberitakan semakin luas. Jadi, ketika kita kembali pada ayat 11 – disini kita mendapati bahwa Paulus seolah-olah berkata: yang dia beritakan ialah salib dan bukan sunat itulah sebabnya sampai saat itu dia sering mengalami aniaya.  Mengapa Paulus mendapat aniaya atas pemberitaan salib? Karena salib adalah batu sandungan. Paulus juga pernah mengatakan hal yang senada tentang salib adalah suatu batu sandungan dalam 1 Korintus 1:23-24 bahwa

tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Salib pada dasarnya menyinggung mereka yang dari kalangan bangsa Romawi karena itu adalah cara eksekusi yang paling mengerikan tetapi juga menghebohkan orang-orang Yahudi karena itu adalah kutuk seperti yang dituliskan dalam ulangan 21:23. Dan puncaknya salib menyingung orang-orang yahudi karena faktanya yang tersalibkan ialah Yesus, orang nazaret, raja orang Yahudi sesuai dengan catatan Yohanes 19:19. Adapun, salib merupakan pesan utama yang dikumandangkan oleh rasul paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia. Seorang teolog yang bernama James Denney mengatakan: 

Tujuan dari surat Galatia dituliskan ialah untuk menunjukkan bahwa seluruh pesan iman Kristen terdapat di dalam karya salib. (The aim of the Epistle to the Galatians is to show that all Christianity is contained in the Cross.)

Tetapi pertanyaan kita yang terakhir belum terjawab: jadi apa yang membuat orang percaya dapat bertahan dalam iman yang benar sampai akhir hidup? Jawabannya ialah Salib Kristus. 

Di kayu salib, Yesus yang benar harus menanggung murka Allah, yang berkuasa menjadi tidak berdaya, yang kekal rela mengalami kematian dan yang kudus diperhitungkan sebagai pendosa agar kita yang bersalah diperdamaikan dengan Allah, kita yang yang tidak berdaya memperoleh kuasa sebagai anak-anakNya, kita yang seharusnya mati menerima kehidupan kekal dan kita yang cemar dibenarkan dihadapan Allah. 

Di Kayu Salib, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita bahkan ketika kita masih berdosa. Bagaimana mungkin Ia akan melupakan dan membuang kita saat kita gagal taat? Bagaimana mungkin Ia tidak mendampingi dan menjamin hidup kita sampai kita berjumpa kembali dengan Kristus? 

Karena salib sesungguhnya bukti kasih Allah yang ditunjukkan melalui tindakan, maka, orang berinjil (Gospel People) dimampukan untuk hidup di dalam iman yang nyata lewat tindakan kasih. 

Galatia 5: 6

Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.

Anugerah Allah yang nyata kepada kita melalui karya salib tidak hanya menggetarkan hati tetapi juga menggerakkan diri untuk hidup di dalam kasih. 

Gospel Reflection 

  • Selama menjalani kehidupan sebagai orang percaya, kita cenderung menggunakan lensa yang mana? Lensa Taurat atau lensa Injil? 
  • Jika keberhasilan atau kegagalan kita tidak menambahi atau mengurangi kasih Allah kepada kita, lalu apa yang perlu berubah dari hidup anda dalam mengiring dan melayani Dia? 
  • Bertobatlah dari motivasi hati yang keliru selama ini dalam mengiring dan melayani Allah. 

Gospel Response 

Pandanglah dan Ingatlah selalu akan karya Kristus di atas kayu salib yang memampukan kita untuk hidup taat dan percaya pada anugerah serta penyertaan yang kekal. 

IMPLIKASI INJIL. Karena Kristus .. 

  • Kita dapat hidup dalam ketaatan namun bukan lagi untuk mencari perkenanan Allah tetapi sebagai wujud kasih dan sukacita akan kebaikanNya. 
  • Kita tidak lagi takut tertolak oleh Allah jika gagal hidup taat dan kita juga tidak bermegah dalam keberhasilan melainkan tetap rendah hati dan bersandar pada anugerahNya. 
  • Kita menemukan dan merasakan kasih abadi yang sanggup meluap di dalam tindakan kasih kepada sesama. 
  • Kita dapat percaya bahwa pendampingan serta pemeliharaan-Nya nyata sempurna sampai kita berjumpa kembali dengan-Nya.