Understanding Worldly vs Gospel Freedom

 The Book Of Galatians Week 22 “Understanding Worldy VS Gospel Freedom” 

Ps. Michael Chrisdion

PEMBACAAN : Galatia 5:1-6, 13-18

Kekristenan identik dengan keselamatan dan kemerdekaan. Di dalam Kristus kita diselamatkan dari hukuman dan maut. Tetapi bagaimana dengan kemerdekaan? Kita dimerdekakan dari apa? Banyak orang malah berpikir bahwa di dalam agama kristen kita justru tidak merdeka! Kita tidak boleh ini dan itu serta harus melakukan ini dan itu. Apakah itu yang dikatakan kemerdekaan? Jangan-jangan kita tidak paham definisi kemerdekaan di dalam Injil, karena selama ini kita memahami kemerdekaan dari lensa dunia. 

Ternyata pemahaman merdeka dari lensa dunia ini sangat tidak masuk akal dan berkontradiksi dengan kenyataan. Bagaimana yang benar? Rasul Paulus mengkontraskan bahwa di dalam Kristus kita merdeka tetapi bukan dengan kemerdekaan dari lensa dunia  melainkan dari lensa Injil.

          1. MEMAHAMI KEBEBASAN (FREEDOM) DARI LENSA DUNIA DAN KEGAGALANNYA

Menurut lensa dunia maka kebebasan diartikan merdeka dari hambatan apapun, jadi kita bebas merdeka untuk melakukan apapun yang kita inginkan untuk membuat kita bahagia, selama itu tidak merugikan orang lain.Kebebasan/Kebenaran yang seperti ini tidak bisa berfungsi dan berjalan dengan baik di dalam masyarakat (akhirnya akan gagal) berdasarkan  definisinya sendiri. Jean-Paul Sartre, seorang filsuf eksistensialis terkemuka. dalam eksistensialisme, Sartre berargumen bahwa dalam ketiadaan pencipta ilahi, manusia bebas untuk menentukan diri mereka sendiri dan menentukan hakikat mereka sendiri. Menurut Sartre, tanpa Tuhan, tidak ada tujuan atau hakikat yang telah ditentukan yang diberlakukan pada manusia, dan mereka dibiarkan menciptakan makna dan identitas mereka sendiri melalui pilihan dan tindakan mereka.

Gal 5:17
17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – karena keduanya bertentangan – sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.

Jadi Tanpa standar absolut (Tuhan) maka implikasi kebebasan/kemerdekaan seperti ini akhirnya berkontradiksi dengan dirinya sendiri dan akan merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

Dalam lirik lagu “ Let it Go “ (film The Frozen) mengartikan “ let it go “ yaitu “Saya bebas melakukan apa pun yang ingin saya lakukan. yang membuat saya Bahagia dan tidak merugikan orang lain”. Misalnya :ada seorang umur 50 kurang sehat dan punya keinginan untuk hidup sehat dan umur panjang. Namun dia suka makanan-makanan yang tidak sehat 

supaya bahagia dan makan sepuas-puasnya maka akhirnya merugikan dirinya sendiri dan keluarganya. 

Dalam hubungan misalnya seorang suami ingin punya pernikahan yang Bahagia dan rumah tangga yang harmonis tetapi kecanduan pornografi dan seks maka apa yang terjadi adalah pornografi tidak akan cukup lalu berlanjut ke prostitusi dan akhirnya akan selingkuh sehingga rumah tangganya hancur.

Jadi kita tidak bisa let it go, kita harus milih merdeka dari apa dan merdeka untuk apa.

Kalau kita mau merdeka untuk sehat dan merdeka dari penyakit dan obat-obatan maka

kita harus jaga makan dan olah raga, artinya dalam cara makan kita tidak bisa merdeka semaunya. Dalam gaya hidup kita juga tidak bisa merdeka semaunya Kalau kita mau merdeka untuk bahagia di dalam keluarga dan pernikahan dan bebas dari kemelut keluarga dan relationship problem, maka kita harus memupuk hubungan, menjaga dan merawat pernikahan. Membangun kepercayaan di dalam pernikahan dan dengan anak-anak yang artinya kita tidak bisa merdeka egois, mengumbar nafsu dan kemarahan. Dalam gaya hidup kita harus memikirkan orang lain dan bukan kepentingan diri sendiri.

          2. MEMAHAMI KEBEBASAN (FREEDOM) DARI LENSA INJIL DAN KEINDAHANNYA      

1 Pet 2:16
Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai HAMBA ALLAH.

Gal 5:13
13Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk MERDEKA. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa melainkan LAYANILAH seorang akan yang lain oleh kasih.

Ayat tersebut menyatakan bahwa sebagai orang merdeka tetapi disuruh hidup sebagai hamba Allah dan melayani seorang akan yang lain. Kata “ layanilah “ artinya “ untuk menjadi budak (secara literal atau figuratif; secara sukarela maupun tidak)”. Juga memiliki arti “ terikat kepada sesuatu “ (Be In Bondage To). Ini sepertinya sesuatu yang aneh tetapi sebenarnya konsep ini tidak terlalu mengejutkan karena Yesus sendiri juga berkata di Perjanjian Baru …

Yoh 8:34
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah Hamba Dosa.

Artinya kalau kita ingin merdeka dan melakukan sesuatu dengan bebas atau sebebas-bebasnya berbuat dosa maka kita adalah hamba dosa. Rasul Paulus juga mengulang konsep yang sama di surat Roma 6: 16-17

Roma 6:16-17
16Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran? 17Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu Hamba Dosa,

Berdasarkan ayat ini maka kalau kita pikir kita bebas dan.merdeka untuk berdosa maka kita sebenarnya taat pada dosa yang memimpin pada kematian.Tetapi kalau kita taat pada kebenaran justru memimpin kepada kehidupan.

Di dalam dunia hanya ada dua macam perhambaan yaitu di luar Kristus kita diperbudak dosa. Kita dibelenggu oleh nafsu dan hasrat kita yang memimpin pada dosa. Namun Di dalam Kristus kita dimerdekakan /dibebaskan dari perbudakan dosa untuk menjadi hamba kebenaran. 

Roma 6:17b-18
tetapi sekarang (But Thanks Be To God) kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. 18Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi Hamba Kebenaran.

Menjadi Hamba (Allah) kebenaran adalah satu-satunya perhambaan yang akan memberikan kemerdekaan yang sejati

Ada sebuah buku renungan kecil dari Elisabeth Eliot dia bercerita mengenai ikan yaitu

kalau kita melihat ikan yang berenang di laut dan melihat ikan-ikan ini berenang dan hidup dalam habitatnya maka mereka tidak asing di dalam air laut karena ini adalah tempat mereka. Mereka bebas bergerak, bahagia dan leluasa dalam habitatnya. Tetapi apa yang terjadi saat kita mengeluarkan ikan ini dari air laut yaitu pasti mereka akan mati. 

"Tuhan menciptakan bumi untuk didiami oleh hewan-hewan, lautan perairan lepas untuk ikan-ikan, udara bebas untuk burung-burung dan angkasa luar untuk bintang-bintang dan planet. Tetapi Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya agar kita tinggal dan hidup dalam persekutuan dengan-Nya. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak dan kita ada."- Elisabeth Eliot

Kita diciptakan untuk hidup di dalam Tuhan dan bersekutu dengan Tuhan. Dengan kata lain bahwa tujuan kita di desain adalah hidup untuk Tuhan. Dalam pertanyaan pertama Westminster Cathecism dikatakan “ Apakah ujung akhir dari tujuan hidup manusia? Tujuan akhir dari hidup manusia yaitu mengapa manusia itu diciptakan adalah untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan selama-lamanya. Namun karena dosa maka kita bukan lagi memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan sang pencipta, tetapi kita memuliakan   ciptaan yang kita jadikan Tuhan. Jadi pertanyaannya adalah.hati kita dikhususkan untuk siapa? Dengan kata lain siapa yang kita layani? Karena kita semua adalah penyembah maka hati kita pasti menyembah sesuatu. Kalau kita tidak melayani Tuhan yang benar maka kita pasti melayani Tuhan yang palsu.

Kemudian di Galatia 5: 13 juga berkata bahwa selain kita telah dipanggil untuk merdeka

tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Artinya di dalam Kristus kita dimerdekakan/dibebaskan  untuk hidup bagi Allah dan  melakukan perbuatan yang baik. 

Perbuatan yang dimaksud di sini diungkapkan secara pasif maupun aktif. Pasif: kita tidak menggunakan kebebasan “sebagai kesempatan untuk kehidupan ke dalam dosa” (ayat 13b)

Aktif: kita diperintahkan “layanilah seorang akan yang lain oleh kasih” (ayat 13c)

          3. BAGAIMANA MENGHIDUPI/MENGALAMI KEBEBASAN DI DALAM INJIL

Satu-satunya cara adalah kalau jiwa kita menemukan sesuatu yang lebih indah, lebih mulia, lebih berharga daripada diri kita sendiri dan lebih berharga dari kepuasan diri. Ini lebih dari sekedar  perbuatan tetapi perubahan hati yang mengasihi, perubahan motivasi, Hasrat dan jiwa kita,maka hati kita perlu menemukan sesuatu yang lebih indah daripada dirinya sendiri. Kalau tidak maka kita akan selalu ingin memuaskan keinginan nafsu diri sendiri dan melayani diri sendiri. Kemerdekaan Injil adalah kebebasan karena kasih-Nya. Kebebasan tanpa kasih akan menimbulkan kekacauan. Kasih tanpa kebebasan hanyalah sebuah keterpaksaan.

Gal 5:13
kamu telah Dipanggil untuk Merdeka

Kata “Dipanggil” (eklēthēte) tanpa subjek eksplisit menyiratkan  bahwa yang memanggil adalah Allah sendiri. Paulus di Galatia 1:15 menyebut Allah sebagai “yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-nya” (1:15). Paulus telah dipanggil oleh Allah bahkan sebelum dia keluar dari rahim ibunya. Dia belum bisa melakukan apa-apa, tetapi Allah sudah memanggil dia. Kasih karunia memang selalu mendahului semua usaha kita. 

Demikian juga panggilan ini bukan sekedar tawaran tetapi menyiratkan kasih karunia dari Tuhan bagi kita. Tuhan yang memanggil kita adalah Tuhan yang memampukan kita untuk  mendengar dan menanggapi panggilan-Nya, sehingga rencana keselamatan kekal Allah tidak mungkin gagal. Inisiatif panggilan-Nya diwujudkan melalui karya penebusan Kristus yang sempurna di salib. Sang pencipta mulia menjadi bayi yang hina, yang tak terbatas menjadi terbatas, yang terkuat menjadi lemah, sang sumber berkat menjadi kutuk dan yang paling kudus menjadi dosa. Kristus menghidupi kesempurnaan hidup yang semestinya kita hidupi, namun juga menjalani hukuman kematian yang selayaknya kita alami.

Gal 5:18
18Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka 
kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.

Di dalam Kristus maka kebenaran kita bukan berdasarkan performa kita sendiri.Kita bebas dari kebenaran yang berbasis performa perbuatan kita. Kesempurnaan Kristus menutupi ketidaksempurnaan kita karena performa Kristus yang menjadi performa kita. Kita tidak perlu menjadi sempurna dan menjadi hebat. Kita bebas dari rasa bersalah, bebas dari kebutuhan untuk diakui dan diterima. Kita bebas dari rasa takut dan  bebas dari penghukuman. Kita tidak lagi berada di bawah tuntutan dan kutukan Hukum Taurat. Kesempurnaan hidup Kristus telah memenuhi seluruh tuntutan Hukum Taurat bagi kita. Kesempurnaan kematian-Nya telah menanggung seluruh kutukan Hukum Taurat bagi kita. Kita benar-benar merdeka! Bagaimana kita dapat terus menghidupi ini? 

Gal 1:6
“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain”

Yang kognitif hanya bisa menjadi afektif melalui cara yang reflektif. Pengetahuan kita tentang Injil (Kognitif) hanya akan mengubah hati dan pikiran (Afektif) saat kita sering melakukan  perenungan yang berpusat pada Injil (Reflektif)

Gospel Reflektif

  • Lensa kebebasan model yang mana yang sering kita gunakan dalam menjalani kehidupan ini? Model dunia atau Injil?
  • Apakah keinginan kita untuk bebas dan melakukan sesuatu justru menjerumuskan kita kepada perbudakan dosa? Atau dalam kebebasan kita ingat bahwa Tuhan memberi kebebasan untuk suatu tujuan mulia?
  • Mengapa kita selalu merasa kurang dan tidak cukup? Kurang waktu, kurang uang, kurang kaya, kurang cantik, kurang sempurna?
  • Kita fokus pada penerimaan siapa? Performa siapa yang kita pandang?

Gospel Response 

  • Bertobatlah dari memandang kehidupan dari lensa dunia/dirimu sendiri melainkan pandanglah segala sesuatu dari lensa Injil.
  • Ingatlah akan panggilan-Nya & karya penebusan-Nya dan kotbahkan Injil pada hatimu! 
  • Panggilan Tuhan bukan sekadar tawaran. Tuhan yang memanggil kita adalah Tuhan yang memampukan kita untuk  mendengar dan menghidupi panggilan-Nya 

KARENA INJIL

  • Kita dibebaskan dari dosa bukan hanya untuk menikmati kebebasannya, tetapi untuk menggunakannya bagi kebaikan & kemuliaan Tuhan.
  • Kita tidak menyalahgunakan kebebasan melainkan di dalam kebebasan, kita melayani orang lain dengan kasih.
  • Perbuatan baik & pelayanan yang kita lakukan bukan karena terpaksa namun didasari dan didorong oleh kasih.