The Gospel, Hypocrisy & Discrimination

THE BOOK OF GALATIANS Week 7 "INJIL, KEMUNAFIKAN DAN DISKRIMINASI. Bag.2" 

Ps Michael Chrisdion

PEMBACAAN  : GALATIA 2: 11 - 16

Kita yang sudah lahir baru dan  percaya Kristus, sebenarnya sudah mengetahui bahwa diskriminasi dan kemunafikan adalah hal yang tidak sesuai dengan Injil, begitu juga dengan dosa-dosa yang lain. Tetapi pertanyaan terbesarnya adalah "Bagaimana kita mengatasi dan mengalahkan kecenderungan dosa yang masih bercokol di dalam hati kita?" Rasul Paulus memberikan prinsip dan implikasinya serta bagaimana mengaplikasikan prinsip tersebut kepada setiap kecenderungan dosa yang kita miliki.. Ada 3 poin :

          1. KESIMPULAN PARA RASUL TENTANG URUTAN INJIL

Inti argument yang terjadi di Galatia adalah Urutan Injil yaitu ada perbedaan antara urutan Injil Rasul Paulus dengan Judaizers. John Gresham Machen seorang tokoh Pendiri Westminster Theological Seminary dan  Gereja Orthodoks Presbytarian, dalam bukunya Kekristenan dan Liberalisme mengatakan “Perbedaannya hanya menyangkut urutan logis dari tiga langkah. Paulus berkata bahwa seseorang (1) pertama-tama percaya kepada Kristus, (2) kemudian dibenarkan di hadapan Allah, (3) kemudian baru mampu menaati hukum Allah. Sedangkan para "Judaizers" mengatakan bahwa seseorang (1) percaya pada Kristus dan (2) Menaati hukum Allah sebaik mungkin, dan baru kemudian (3) dibenarkan.  Ini adalah dua agama yang berbeda.”

Namun sayangnya banyak dari orang yang percaya Kristus justru mengikuti ajaran Judaizers.  Martin Lloyd Jones mengatakan ““90% orang yang mengaku sudah percaya Kristus mengikuti agama para penegajar (Judaizers), bukan ajaran Paulus.”                                    

Dalam pelajaran kita tentang Galatia, kita telah melihat bahwa Paulus pergi ke Yerusalem untuk bertemu dengan Yakobus, Petrus, dan Yohanes, dan bahwa mereka semua setuju tentang urutan Injil yang benar melawan para guru palsu. Mereka bahkan berjabat tangan tanda persetujuan! Sekarang Anda akan berpikir bahwa para Judaizer dan akan berhenti mengganggu semua orang dan pulang. Tetapi tidak. Ketika Petrus pergi ke Antiokhia mengunjungi  (sebuah gereja bukan Yahudi di mana Paulus tinggal), para Judaizer disebut oleh Paulus saudara_saudara palsu dan juga kalangan Yakobus kalangan bersunat yang suka merasa superior juga muncul di sana.  Yakobus memang sudah jabat tangan dengan Paulus. Tetapi kalangan Yakobus hanya mengerti Injil di level kognitif, dan  sering kali para pengikut salah mengartikan posisi guru mereka!] Mereka melihat Petrus makan dengan orang bukan Yahudi dan mereka terkejut! Mengapa? Karena makan dengan seseorang dalam budaya ini berarti memperlakukan mereka sama seperti orang Yahudi, dan bagaimana bisa "orang berdosa yang bukan Yahudi dan tidak mengikuti adat istiadat yahudi yang tidak mematuhi Hukum Taurat dianggap setara dengan orang Yahudi?

Gal 2:11-13
11Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. 12Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. 13Dan orang-orang Yahudi yang lain pun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka.

 

         2. PRINSIP INJIL YANG RASUL PAULUS BERIKAN UNTUK MENGATASI KECENDERUNGAN DOSA KITA.

Setelah kita hidup dalam Injil maka solusi dari kecenderungan dosa kita itu bukan lagi mengikuti peraturan atau mengikuti hukum moral, sekalipun hukum moral tidak dibatalkan. Prinsip yang diberikan Paulus itu lebih dalam dari sekedar mengikuti peraturan. Orang yang mengikuti peraturan mengatakan saya bisa menyelamatkan diri saya dengan melakukan apa yang benar. Orang yang melanggar dan anti peraturan mengatakan saya bisa menyelamatkan diri dengan menentukan sendiri apa yang menurut kita benar. Mereka yang mengikuti aturan dan yang melanggar peraturan, atau anti peraturan keduanya tidak sejalan dengan kebenaran Injil. dan semuanya adalah upaya untuk menyelamatkan diri dengan kekuatan sendiri. Tertullian mengatakan “Sama seperti Kristus disalibkan di antara dua pencuri, demikian juga doktrin pembenaran ini selalu disalibkan di antara dua kesalahan.”  - 

Orang yang sangat saklek dengan peraturan mengatakan saya bisa menyelamatkan diri saya dengan melakukan apa yang benar. Orang yang melanggar peraturan dan anti peraturan mengatakan saya bisa menyelamatkan diri dengan menentukan sendiri apa yang benar menurutku. Keduanya tidak sejalan dengan kebenaran Injil. Kita berada dalam bahaya jatuh ke kiri ke dalam antinomianisme, relativisme, pragmatisme, dan teknik.  Kita berada dalam bahaya keluar dari garis kanan menuju legalisme, dan tradisi. Lalu solusi Paulus bagaimana? 

14Tetapi waktu kulihat, bahwa KELAKUAN MEREKA ITU TIDAK SESUAI DENGAN KEBENARAN INJIL, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: ”Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?” 

Kata “tidak sesuai dengan” (acting in line / in step with) berasal dari kata “ Ortho Podeo”. 

Podeo adalah kata dari mana kita mendapatkan kata ahli penyakit kaki kita, dan itu berarti berjalan. Kata berjalan sebenarnya adalah metafora yang cukup signifikan baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Berjalan bukan hanya untuk berjalan, tetapi berjalan mengacu pada perjalanan seluruh hidup Anda. Dikatakan dalam I Yohanes, “… berjalan dalam terang…” Apa maksudnya? Itu berarti biarkan seluruh jalan hidup anda di dalam terangnya Tuhan. Kata berjalan di sini tidak menggunakan kata “walk” tetapi dikatakan bertindak. Tetapi sebenarnya lebih dari sekedar bertindak, tetapi juga kemauan, kehendak, perasaaan dan motivasi serta perilaku. 

Martin Luther berkata ““Seorang Kristen adalah Orang Benar dan orang berdosa pada saat yang bersamaan. “ (Simmul Justus Et Peccator ). Ketika kita menjadi seorang Kristen, meskipun dalam diri kita adalah peccator (berdosa), pada saat yang sama kita benar-benar orang yang benar. Itulah Injil, dan Injil memiliki implikasi. Injil, dalam arti tertentu, memiliki garis-garis sepanjang hidup kita, dan kita harus menyesuaikan setiap bagian hidup kita dengannya. Injil bukan hanya jalan masuk kepada keselamatan saja tetapi juga cara kita maju dalam kehidupan kerohanian (kekristenan) yaitu terus mengikuti dan menyelaraskan semua bagian hidup kita dengan kebenaran Injil

Injil adalah cara untuk mengatasi setiap masalah kita.  jadi kita memiliki kebutuhan terus-menerus untuk sepenuhnya menyelaraskan diri pada kebenaran Injil dalam segala hal yang kita rasakan dan pikirkan serta lakukan. Ini adalah kebutuhan yang lebih mendasar daripada masalah kita yang lain dan merupakan cara untuk mengatasi semua masalah kita.

Kita harus benar-benar membawa setiap bagian dari perjalanan kita seharusnya selaras dengan kebenaran Injil. 

     

     3. BAGAIMANA MENGAPLIKASIKAN PRINSIP INJIL UNTUK MENGKALIBRASI HATI KITA. 

14Tetapi waktu kulihat, bahwa KELAKUAN MEREKA ITU TIDAK SESUAI DENGAN KEBENARAN INJIL, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: ”Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?”

Cara Paulus menganalisa dan menegur dosa kemunafikan serta diskriminasi yaitu masuk kepada akar masalah yaitu hidup mereka tidak sesuai dengan kebenaran Injil dan menghubungkan kelakuan mereka dengan kebenaran Injil. Dia mendapatkan inti masalahnya dan mampu membedakan antara gejala dan penyakit yang sebenarnya, sehingga dia dapat menunjuk ke arah penyembuhan yang sebenarnya! Inti dari apa yang telah Petrus lakukan adalah fakta bahwa dia telah lupa bahwa karya Kristuslah yang membuatnya diterima dan berkenan di hadapan Allah. Dan karena Petrus lupa akan kebenaran Injil maka Petrus mencarinya di tempat yang lain yaitu persetujuan orang Yahudi atau budayanya sendiri, untuk memberinya keamanan. Demikian juga dalam kehidupan kita yaitu diskriminasi, rasisme, merasa lebih superior dari orang lain selalu dikaitkan dengan apa yang menjadi budaya kita, latar belakagn kita, pendidikan kita, sosial ekonomi kita yang menjadi berhala kita. Dan yang memberikan harga diri bagi kita sehingga kita memandang rendah orang yang berbeda dengan kita. 

15Menurut kelahiran kami adalah orang Yahudi dan bukan orang berdosa dari bangsa-bangsa lain. 16 Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang DIBENARKAN oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami DIBENARKAN oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ”tidak ada seorang pun yang DIBENARKAN” oleh karena melakukan hukum Taurat.

Kita tidak berdaya untuk berubah atau tidak mampu bebas dari perbudakan dosa sampai kita melihat hati kita dari sudut pandang dan lensa Injil saja. Waktu kita jatuh dalam dosa artinya kita lupa bahwa kita diselamatkan karena anugerah. Kita lupa kita sudah dibenarkan dan tidak perlu mencari pembenaran. Saat kita melihat dosa kita dari sudut pandang Injil maka di situ hati kita sedang dikalibrasi. Untuk menjelaskan hal ini maka kita perlu kembali kepada kitab Kejadian.

Kejadian 3:7

Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

Akibat kejatuhan dalam dosa maka manusia kehilangan kemuliaan dan anugerah Allah maka manusia selalu mencari pembenaran diri untuk menutupi rasa malunya (sense of nakedness).

Augustine berkata bahwa karena dosa maka manusia memiliki kesadaran akan ketelanjangan mereka. Karena manusia kehilangan kemuliaan dan anugerah Allah itu yang menyebabkan manusia selalu mencari pembenaran diri, pembuktian diri, aktualisasi diri dan membangun harga diri untuk menutupi rasa malunya. Sebab itu untuk mengalahkan dosa tidak bisa dengan peraturan karena masalahnya ada dalam hati. Augustine berkata Kunci perubahan bukanlah kemauan keras untuk bertindak tetapi apa yang dicinta di dalam hati. Namun masalah utama dalam hidup kita adalah kasih yang kacau (salah arah) di dalam hati kita."

Sebagai contoh : Apakah uang itu baik? Uang atas dirinya sendiri baik, demikian juga keluarga itu baik, karir itu baik dan hidup dalam berkat Tuhan itu baik. Tetapi pada saat hal-hal yang baik ini kita jadikan yang terutama. Dan menjadi hal yang paling berharga maka kasih kita dan orientasinya menjadi rusak sehingga kita salah terus membuat keputusan dan 

disitulah segala sesuatu menjadi kacau berantakan. Segala sesuatu yang kacau dan jahat di dunia itu asalnya dari sesuatu yang baik sebenarnya, tetapi kalau itu dijadikan harga diri seseorang dan dijadikan ukuran penerimaan seseorang maka itu akhirnya menghancurkan dan membawa kepada kegelapan.

Apa yang kita cintai di dalam hati akan menentukan setiap keputusan (pikiran, perbuatan dan perkataan) yang kita ambil di dalam hidup ini.  Dari hati kitalah muncul dambaan-dambaan yang mendorong kita untuk mencari hal-hal yang bisa memuaskan dambaan dan keinginan itu. Apa yang hati kita cintai? Apa yang hati kita cari? Apa yang menjadi dambaan hati kita? Itu yang perlu diluruskan dengan Injil. Apa yang membuat kita berkata “kalau aku punya itu maka aku akan bahagia dan membuatku puas ! Karena harga diri kita ditentukan oleh apa yang hati kita anggap berharga atau bernilai. Kalau uang adalah hal yang paling utama bagi kita, itu adalah cara utama kita merasa aman, merasa penting, merasa berharga maka itu akan mempengaruhi semua keputusan kita. Kita akan memilih kerja yang akan menghasilkan banyak uang meskipun itu belum tentu halal atau bukan sesuai bakat kita bahkan yang penting menghasilkan banyak uang dengan berbagai macam cara yang penting mendapat banyak duit.

Dan kalau uang adalah hal terutama maka kita pakai uang untuk menaikkan harga diri, menaikkan gaya hidup, hidup mewah, bahkan mau mengeksploitasi orang lain demi mempertahankan kemewahan karena hanya melalui kemewahan kita merasa diri kita berharga. Dan saat kita melakukan hal-hal yang tidak jujur itu maka kita sebenarnya mensabotase hidup kita sendiri karena keputusan-keputusan buruk yang kita ambil untuk mempertahankan apa yang terutama itu justru yang membuat kita kehilangan semuanya. Dengan kata lain, jika uang adalah hal terpenting dalam hidup kita, kita akan membuat pilihanburuk dalam hidup yang justru akan membuat kita akhirnya kehilangan uang.

Sebab itu peraturan tidak bisa mengubah kita. Legalis hanya fokus pada perilaku, liberalis cenderung fokus pada emosi, namun Injil bekerja untuk menata ulang hati kita.  Dan itu hanya bisa terjadi kalau kita menemukan sesuatu yang lebih indah dan lebih tinggi nilainya dari diri kita sendiri.

15Menurut kelahiran kami adalah orang Yahudi dan bukan orang berdosa dari bangsa-bangsa lain. 16 Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang DIBENARKAN oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami DIBENARKAN oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ”tidak ada seorang pun yang DIBENARKAN” oleh karena melakukan hukum Taurat.

Di ayat ini maka Rasul Paulus menyebutkan kata “ dibenarkan “ sebanyak tiga kali. Kita bukan orang benar, tapi orang yang telah dibenarkan di dalam Kristus. Mengapa harus dibenarkan yaitu karena itu solusinya yaitu karena kita semua sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah, kita kehilangan kebenaran Allah.(Roma 3:23). Bagaimana mungkin  kita dibenarkan? 

          GOSPEL CONNECTION

Sang Kebenaran didiskriminasi,difitnah, dituduh bersalah dan dihukum (yang tidak mengenal dosa menjadi dosa), supaya kita yang bersalah dan berdosa,, kita yang munafik dan yang suka mendiskriminasi, yang seharusnya dihukum dapat menjadi kebenaran Allah di dalam Kristus. Allah yaitu Sang Kebenaran melalui Yesus Kristus seluruh hukum Allah telah digenapi, tetapi dihukum seperti orang yang melanggar kebenaran. Ketika kita percaya kepada Kristus sang kebenaran yang sudah menanggung dosa umat manusia meskipun kita berdosa maka kita dibenarkan dan diterima sepenuhnya. Inilah jalur Injil sehingga kita tidak bisa sombong, tidak bisa bermegah dan kita tidak bisa merasa superior. Namun pada saat yang sama kita juga tidak bisa merasa rendah diri, tidak bisa merasa gagal, merasa tidak layak karena semestinya tidak ada yang layak. 

Jd Greear berkata "Ah, teman,  apakah kamu tidak mengerti Injil? Di dalam Kristus, tidak ada “orang baik” atau “orang jahat”; “pemenang atau pecundang”; "orang yang hidupnya baik-baik saja" atau "orang yang hidupnya penuh disfungsionalitas"; hanya ada pemberontak yang jahat, mati, sakit oleh dosa, tanpa Tuhan dan tanpa pengharapan di dunia ini— yang diselamatkan oleh Tuhan hanya melalui inisiatif kasih karunia-Nya belaka."

Paulus tidak mengatakan bertobat dari diskriminasi atau berhenti jadi orang munafik, 
tetapi bertobat dari tidak percaya Injil. Aplikasikan Injil untuk menganalisa hati kita dari kecenderungan dosa diskriminasi, kemunafikan, kebohongan, iri hati, membandingkan diri, keputus asaan, perzinahan, dll. Injil menuntun kita pada pertobatan tetapi bukan sekadar menanggapi gejalanya (dosa lahiriahnya) tetapi benar-benar masuk kepada inti masalahnya di dalam hati kita yang perlu ditata ulang. Tanpa injil, hanya gejala-gejala lahiriah yang  akan dibahas, bukan masalah hati yang terdalam.

IMPLIKASI INJIL. Karena Injil …

  • Kita taat dan berbuat baik bukan untuk diselamatkan melainkan karena sudah diselamatkan.
  • Kita tidak anti peraturan atau hanya mengikuti peraturan tetapi kita menghidupi pola dan alur Injil.
  • Kita dapat menganalisa kecenderungan dosa dengan melihat apa yang ada di dalam hati
  • Kita senantiasa kembali memandang kepada Kristus untuk menata ulang kasih yang ada di dalam hati.