PEMBACAAN : Galatia 2: 14 - 21
Para Pakar ahli ekonomi waktu menjelaskan keadaan ekonomi, akan menggunakan terminologi atau kosa kata ekonomi, Kalau kita ingin memahaminya maka kita perlu memahami terminologi ekonomi supaya kita bisa mengambil keputusan finansial serta melakukan investasi dengan bijak karena paham situasinya.
Begitu juga dengan Injil dan kehidupan spiritualitas kita, yang jauh lebih penting daripada sekedar finansial, karena ini menyangkut kekekalan. Kalau kita tidak mengerti terminologinya maka kita tidak mengerti apa yang perlu kita renungkan.
Seringkali kita kurang atau tidak paham akan terminologi atau kosa kata Injil, Rasul Paulus dalam kitab Galatia pasal 2 ayat 14-21 menggunakan kata-kata yang sangat teologis yang menjelaskan esensi Injil secara dinamis bagaimana teraplikasi di dalam kehidupan orang yang percaya. Apa saja terminologi dan kosa kata Injil itu? Bagaimana kita bisa mengaplikasikannya?
1. MENGAPA KITA PERLU MEMAHAMI TERMINOLOGI INJIL (Ay. 14)
Galatia 2:14
14Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua...
Bagaimana mungkin 15 sampai 20 tahun dalam pelayanan Kristen; Petrus dan Barnabas yang adalah pemimpin di gereja Kristen, dan mereka masih kesulitan menyelaraskan hidup mereka dengan Injil. Jadi adalah suatu pergumulan untuk menyelaraskan hidup dan hati kita dengan kebenaran Injil. Sebagai contoh : Ada dua kemungkinan alasan jika sesuatu terlepas dari tangan kita. Bisa jadi benda tersebut licin. Bisa jadi tangan kita kotor dan licin. Bisa jadi ada yang salah dengan bendanya yaitu kotor dan busuk dan licin, atau bisa juga tangan kita yang kotor dan licin. Tentu saja, dalam hal ini kita tahu apa yang dikatakan Alkitab. Artinya, tidak ada yang salah dengan Injil, jadi apa yang licin dan kotor? Itu adalah hati kita. Sulit bagi hati manusia untuk memahami Injil.
- Martin Luther dalam buku “Here I Stand: A Life of Martin Luther mengatakan :
“Saya bekerja dengan giat dan resah untuk memahami kata-kata Paulus di Roma 1:17 yang berkata” Sebab di dalamnya (Di dalam Injil) Nyata Kebenaran Allah” Saya memang melihat adanya perbedaan antara hukum dan Injil. Tetapi saya akhirnya berhasil memahami, di mana sebelumnya saya membenci ungkapan “Kebenaran Allah” tetapi sekarang saya menganggap ungkapan itu sebagai kata-kata yang sangat saya cintai dan paling menghibur, sehingga ekspresi Paulus ini sebenarnya menjadi seperti pintu gerbang ke Surga bagi saya”
Mungkin kita bingung.mengapa bagi Martin Luther itu hal yang rumit. Namun ternyata menurut pengamatan Luther bahwa Injilnya mungkin terlihat simple dan tidak ada yang salah dengan Injilnya; yang salah adalah hatinya yang begitu licin sehingga tidak bisa memahaminya. Apakah Injil hanyalah konsep klise yang kita ketahui secara kognitif? Apakah kita sudah memahami dan menghayati injil (afektif)? Apakah kita pernah bergumul dan merenungkan keindahan Injil (reflektif)? Sehingga kita dibawa serta memiliki wawasan serta cara pandang dan gaya hidup yang baru. Untuk tahu itu maka kita perlu memahami, merenungkan dan mengaplikasikannya di dalam hati. Kita perlu tahu kosa kata-kosa kata dan terminologi Injil.
Terminologi adalah kata atau ungkapan khusus yang digunakan sehubungan dengan subjek atau aktivitas tertentu. Sebuah kata yang telah banyak dipikirkan, banyak dipelajari. Untuk lebih maju dalam berpikir para ahli secara kolektif memasukkan banyak muatan makna dalam sebuah kata.
Kemudian orang yang mengetahui sesuatu tentang bidang itu dapat menggunakan istilah itu, dan kita dapat membuat kemajuan dalam berpikir dan dapat membuat kemajuan dalam pemahaman, yang sangat penting dalam bidang pengetahuan apa pun. Misal: Kalau kita belajar Ekonomi maka kita harus mengerti tentang Makro dan Mikro Economy. Kalau kita invest di stock. maka kita akan mengerti PE Ratio atau Debt Equity Ration. Ini adalah terminology. Kalau kita memiliki Investment namun tidak mengerti terminologinya maka kita akan gampang ditipu di dalam Investment Jadi kita perlu belajar terminology nya supaya bisa memahami ke mana kita invest dan seperti apa investment itu.
Begitu juga Injil dimana Injil tidak hanya berhenti di kognitif, tetapi harus afektif untuk dihidupi dan dihayati dengan cara yang reflektif (merenungkan dan mengaplikasikan Injil)
Untuk bisa memahami, merenungkan dan mengaplikasikannya di dalam hati maka kita perlu tahu kosa kata-kosa kata dan terminologi Injil.
2. APA SAJA TERMINOLOGI INJIL DAN APA ARTINYA
21Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.
2.A. Righteousness (Kebenaran)
Semua orang mengejar, berjuang dan menginginkan kebenaran. Dan mereka mengisinya dengan materialisme, kekuasaan, kesuksesan, seks, dll. Injil intinya adalah jalan atau cara untuk mendapatkan kebenaran itu kembali.
Sebagai ilustrasi; Martin Scorsese berkata bahwa dia tidak pernah menonton filmnya sendiri. Tidak pernah. Dia tidak pergi melihat mereka, dan jika itu terjadi di televisi, dia mematikannya. Dia tidak akan menonton filmnya sendiri. Dia mengatakan kadang-kadang apa yang mungkin dia lakukan adalah mematikan suara dan membiarkan beberapa gambar lewat, hanya untuk melihat, dan kemudian dia mematikannya. Mengapa? Dia bilang dia tidak tahan melihat filmnya sendiri karena dia melihat semua ketidaksempurnaan. Dia melihat apa yang salah dengan mereka. Dia berkata, “Saya benci adegan itu. Aku malu dengan pemandangan itu. Mengapa saya membiarkan adegan itu berlalu? Dia berkata, "Saya melihat semua cara di mana saya dapat membuat film itu 10 kali lebih baik jika saya memiliki lebih banyak waktu, atau jika saya telah melakukan ini atau melakukan itu." Dia tidak tahan dengan karyanya sendiri dan dia tidak tahan karena dia melihat ketidaksempurnaannya. itulah sebabnya dia terus buat film demi film.
Mingapa kita sering merasa tidak aman “insecure” atas identitas kita? Mengapa kita harus selalu menyibukkan diri serta mencari penghargaan dan pembenaran diri? Yaitu karena ada sesuatu yang hilang dalam diri kita setelah kejatuhan dalam dosa. Istilah righteousness atau kebenaran dalam Alkitab berhubungan dengan relasi. Itu berarti menjadi benar dengan seseorang atau dengan sesuatu. Sebagai contoh: Hubungan kita menjadi benar dengan PLN artinya kita selalu bayar tagihan listrik dan tidak menunggak maka kita mendapatkan listrik. Tetapi waktu kita tidak bayar tagihan listri dan kita menunggak maka kita tidak benar dengan PLN maka listrik terputus. Ada sesuatu yang terputus dan terhilang saat kita tidak benar dengan PLN dimana dalam hal ini adalah listrik. Demikian juga dalam hubungan persahabatan yaitu menjadi benar terhadap sahabat dimana kita menjaga hubungan, peka terhadap hubungan, tidak egois maka kita berlaku benar dengan teman kita, sehingga persahabatan akan berjalan dengan baik. Namun waktu kita tidak peka, egois dan berlaku jahat, maka itu mengkhianati hubungan kita dimana kita tidak benar dengan sahabat kita sehingga hubungan persahabatan terputus dan hubungan dengan orang itu menjadi rusak.
Roma 3:23-24
23Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah Kehilangan Kemuliaan Allah, 24 dan oleh kasih karunia Telah Dibenarkan Dengan Cuma-Cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Ketika manusia kehilangan kemuliaan Allah namun mengapa obatnya telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus? Karena waktu manusia berdosa maka .manusia kehilangan kemuliaan Allah.. Manusia juga kehilangan kedudukan yang benar terhadap Allah. Manusia menyalahi Allah, mengkhianati Allah serta bersalah terhadap Tuhan. Itulah sebabnya manusia kehilangan kebenaran Allah sehingga menyebabkan manusia selalu mencari pembenaran diri, pembuktian diri, aktualisasi diri dan membangun harga diri untuk menutupi keberdosaannya.
Semua orang mengejar kebenaran. Semua orang berjuang untuk kebenaran. Semua orang menginginkan kebenaran. Mereka mengisinya dengan materialisme, kekuasaan, kesuksesan, seks, dll. Dibalik pengejaran kita akan kenikmatan seks atau hedonism adalah kebutuhan terdalam kita di dalam hati yang sedang haus untuk dipuaskan.. Kita ingin seseorang menganggap kita cantik kita menarik, kita ingin orang yang keren dan menarik menganggap kita juga keren dan menarik untuk membenarkan diri. Kita butuh pelukan seseorang dan butuh orang bilang kepada kita “aku mencintaimu...aku menginginkanmu... aku bergairah karena kamu. ” dan waktu kita dengar itu maka kita dapatkan kebenaran sejenak namun itu hanya sejenak setelah itu hampa. Dibalik materialism adalah kebutuhan terdalam kita yang sedang lapar untuk dipuaskan. Kita ingin orang menganggap kita hebat, kita ingin orang menganggap kita berhasil, sukses, orang terpandang untuk membenarkan diri, kita butuh sanjungan orang yang juga hebat untuk membuktikan keberhargaan kita. Kita butuh orang berkata kepada kita. “ kamu saya hormati....kamu saya dengarkan...kamu berharga....kamu hebat...” dan waktu kita dengar itu maka kita mendapatkan rasa berharga sejenak, namun itu hanya sejenak setelah itu hampa. Itulah sebabnya kita kejar kekuasaan kejar kesuksesan materi, harta dunia yang fana. Itulah sebabnya kita berpesta pora dan menikmati hidup yaitu untuk mengejar kebenaran, berjuang untuk kebenaran, menginginkan keberhargaan karena kebenaran asal kita telah hilang karena dosa.
2.B. Orang beragama berusaha untuk menjadi penyelamat mereka sendiri dan menemukan kebenaran di luar Yesus
19Sebab Aku Telah Mati Oleh Hukum Taurat Untuk Hukum Taurat, Supaya Aku Hidup Untuk Allah
Disini Paulus tidak mengejar kekuasaan, materialisme atau hedonisme di dunia, tetapi Paulus adalah orang beragama yang mengikuti Hukum Taurat, menjadi orang Farisi yang berbuat baik dan melakukan amal ibadahnya. Saat kita mencari kebenaran dengan mematuhi hukum agama atau bahkan melakukan perbuatan baik, sebenarnya kita tidak melakukannya untuk Tuhan tetapi untuk diri sendiri. Sebenarnya Filosofi ini sudah dipatahkan oleh Filsof Yunani yaitu Cicero yang mengkritisi orang beragama. Dia berkata “Summum bonum” yaitu kebaikan hanya boleh dilakukan demi kebaikan itu sendiri. Kalau kita berbuat baik tetapi mengharapkan upah dari kebaikan kita maka artinya kita jahat (Quid Pro Quo – Pertukaran jasa). Sebab itu etika kekristenan itu bukan etika perbuatan tetapi etika motivasi. Dan pembenaran semacam ini juga tidak dibenarkan oleh Tuhan.
Ilustrasi.
Ada cerita tentang Bibi Matilda yang sudah tua dan sangat kaya, dan dia tidak punya anak tetapi dia memiliki banyak keponakan yang sangat memperhatikan dan melayani Bibi Maltida. Dia tidak tahu apakah semua keponakannya ini baik dan hormat dan melayani dia karena dia atau karena mau bagian dari warisannya. Bbibi Matilda tidak akan pernah tahu apa motivasi keponakan-keponakannya melayani dia, apakah karena mengasihi dia atau karena ingin sesuatu dari dia yaitu mereka itu tidak melakukannya untuk sang bibi tetapi melakukannya untuk diri mereka sendiri, karena ingin mendapatkan bagian dari harta sang bibi. Suatu hari sang bibi membuat pengumuman....” hai keponakan-keponakanku...aku sudah memfinalisasi wasiatku.... kamu semua aku masukan di dalam wasiatku..... dibagi rata.... tidak bisa diubah.... “ Sejak hari itu maka baru keliatan aslinya., siapa yang benar-benar mengasihi sang bibi. Dari cerita ini kita belajar bahwa sampai kita tahu kita sudah masuk, sampai kita tahu kita sudah benar, baru terlihat motivasi sesungguhnya. Tetapi jika kita berbuat baik dan melayani untuk membuat diri kita benar, maka kita sebenarnya bekerja untuk diri kita sendiri.
Sebab itu Rasul Paulus menulis “ sebab Aku Telah Mati Oleh Hukum Taurat Untuk Hukum Taurat, Supaya Aku Hidup Untuk Allah “. Dahulu Paulus melakukan semua itu untuk mendapatkan perkenanan Tuhan. Namun saat dia telah menerima kasih karunia bukan karena perbuatan baiknya maka dia mati oleh Hukum Taurat supaya bisa hidup untuk Tuhan dan bukan untuk mendapat Tuhan.
2.C. Kita dibenarkan oleh iman
Galatia 2:16
16 Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami DIBENARKAN OLEH KARENA IMAN dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat.
Pembenaran (apa yang salah dibuat menjadi benar oleh Tuhan). Dibenarkan berarti diterima untuk bersekutu dengan Allah.
“Untuk 'membenarkan' dalam Alkitab berarti ... untuk menyatakan ... seseorang yang diadili, bahwa dia tidak dikenakan hukuman, tetapi malah berhak atas semua hak istimewa mereka-mereka yang mematuhi hukum. Membenarkan adalah tindakan hakim yang menjatuhkan hukuman yang berlawanan dengan suatu penalti penghukuman—yaitu pembebasan dan kekebalan hukum.” - JI PACKER (God’s Words, pages 139-140)
Lawan kata “dibenarkan” adalah “dikutuk”. Pembenaran oleh iman di dalam Kristus berarti: “bahwa meskipun kita sebenarnya adalah orang berdosa yang semestinya dikutuk, namun oleh iman di dalam Kristus kita tidak berada di bawah kutuk penghukuman.” Injil menyatakan bahwa kita tidak diterima oleh Tuhan karena kita benar terlebih dahulu, namun kita diterima oleh Tuhan karena Tuhan yang memberikan kita kebenaran-Nya. Bagaimana kebenaran itu teraplikasi di dalam hidup kita?
2.D. Aku sudah disalibkan dengan Kristus
20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
3. BAGAIMANA TERMINOLOGI INJIL TERAPLIKASI DI DALAM HIDUP KITA?
Gal 2:20a (AYT)
Aku sudah disalibkan dengan Kristus. Bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup dalam aku.
Ayat 20a adalah cara Tuhan memandang kita. Tuhan melihat kita bahwa “Dalam Kristus” kita telah mati dengan kematian yang sama seperti Kristus telah mati dan menjalani kehidupan yang sama seperti Kristus telah hidup.
Gal 2:20B
Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku
Ayat 20 b menyatakan seakan-akan kita perlu sekuat tenaga untuk menjadi seperti Kristus.
Ayat 20 adalah pernyataan ulang dari ayat 14: kita perlu menjalani hidup kita “selaras” (Ortho Podeo) dengan garis kebenaran Injil. Ayat 20a+b kesimpulannya adalah ketika Tuhan melihat kita yaitu meskipun kita orang berdosa, Di dalam Kristus, (Dari Sudut Pandang-Nya) maka Tuhan melihat keindahan Kristus yang mutlak menutupi kita. (Dari sudut pandang kita) Ketika kita hidup, kita tidak lagi hidup untuk menjadi benar tetapi kita menghidupi kebenaran dan penerimaan Tuhan yang kita miliki di dalam Kristus. Bagaimana itu bisa terjadi ?
GOSPEL
Kristus yang paling Indah mulia menjadi buruk rupa dan tidak terpandang. Kristus yang paling berhak memberi penerimaan memberi diri untuk ditolak. Sang Hakim yang adil harus diadili, mengalami ketidakadilan, menjadi terdakwa dan divonis bersalah.Yang Berhak menghukum justru rela menjalani hukuman mati yang penuh penderitaan disalib. Supaya kita yang buruk rupa, yang bersalah, yang ditolak, yang seharusnya menderita dan menjalani hukuman mati menerima keindahan-Nya,kebenaran-Nya, penerimaan-Nya, pendampingan-Nya dan kekekalan-Nya
Pertanyaan reflektif setiap kali kita: kuatir, takut, marah, hampa, tertolak, emosi, dll. “apa yang kita percayai dan pegang selain Kristus, sebagai kebenaran kita?”
Apapun selain Kristus yang membuat kita kuatir, takut, cemas, marah dan pahit serta merasa tertolak. Itu disebabkan karena kita lupa bahwa kita punya Kristus, kita lupa penerimaanNya sempurna dan kita lupa apa yang Kristus sudah lakukan buat kita, serta kita lupa menyelaraskan diri dengan kebenaran Injil. Kalau kita sadar kita punya Tuhan pencipta langit dan bumi rela mati buat kita, rela mati menggantikan kita supaya kita yang sudah kehilangan kebenaran ini dibenarkan di dalam Dia maka kita akan akan rest. Dan waktu kita lupa dan menaruh hati kita di tempat lain maka di situ kita akan kuatir, cemas dan stress.
Gal 2:20 (AYT)
Aku sudah disalibkan dengan Kristus. Bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Ketika Agustinus salah seorang Bapa Gereja, setelah dia menjadi seorang Kristen dimana dia dulu adalah seorang pecandu seks. Dia bertemu dengan seorang pacar lama di jalanan.
wanita itu datang dan berkata, "Augustine, apa kabar?" Dia berkata, “Baik. Terima kasih banyak. Senang berjumpa denganmu." Dia sangat ramah, tapi kemudian dia pergi. Tidak terlalu tertarik dan matanya tidak penuh nafsu seperti yang dulu diingatnya. Saat Agustinus berjalan pergi, dia bertanya-tanya, “Mungkin dia tidak mengenali saya dan salah mengira saya sebagai orang lain.” Dia berkata, "Augustine, ini aku." Dia menoleh padanya dan berkata, "Ya, saya tahu, tapi ini bukan saya." Inilah yang dia katakan. Dia berkata, “Hei nona, Nice to meet you... , tetapi kecantikanmu dan penerimaanmu bukan lagi kebenaranku, jadi aku sudah tidak kecanduan kamu lagi. Aku tidak membutuhkan seksmu lagi.” Apa yang beda dengan Agustine...? Dia memiliki pengendalian diri secara seksual, tetapi dia tidak melakukannya hanya dengan mengatakan, “Tidak, tidak, tidak.” Dia berkata, ”hidupku bukannya aku lagi...tapi Kristus yang hidup di dalamku”
IMPLIKASI INJIL. Karena Injil ..