Gospel Centered Harmony

INJIL WEEK 23  "GOSPEL CENTERED HARMONY" 

Ps. Michael Chrisdion

 

 

Pembacaan : Roma 14

Sebagai gerejaNya maka Tuhan meminta supaya kita hidup bersatu dan saling mengasihi. Bahkan Tuhan Yesus sendiri memberikan perintah yaitu supaya kita saling mengasihi seperti Dia mengasihi kita sehingga dunia melihat bahwa kita adalah muridNya. Dalam Pasal ini maka Rasul Paulus mengingatkan supaya kita bisa hidup rukun dan memiliki sikap yang bisa menerima, menghargai dan saling mengasihi. Paulus mengingatkan tentang hal ini sebab pada waktu itu ada ketegangan dan perbedaan pendapat di antara jemaat gereja di Roma. Dan sebenarnya ketegangan yang terjadi di gereja di Roma saat itu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gereja modern sekarang saat ini. Mungkin apa yang diperdebatkan bisa berbeda tetapi prinsipnya tetap sama. 

Roma 14:1
 1 Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya. (Disputable matters)

Mengapa Rasul Paulus menulis ini karena ada suasana yang sangat tegang dan sangat penuh penghakiman dan suasana penolakan, bukan suasana yang penuh kasih dan yang  penuh penerimaan. Ada perdebatan diantara jemaat terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak perlu untuk diperdebatkan. Sebab itu Paulus meminta supaya menerima orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya. Ini berbicara tentang “Disputable matters “ dimana secara etimologi dalam Bahasa Greek: dialogismoi  (Matter of conviction/Masalah keyakinan) yaitu "Masalah Keyakinan" adalah hal-hal yang Tuhan tidak secara khusus berbicara, memerintahkan atau melarang dalam firman-Nya.

Jadi Rasul Paulus ingin mengajar melalui pasal ini yaitu ada hal-hal yang di mana kita memiliki perbedaan pendapat bahkan perbedaan keyakinan di dalam beberapa area yang tidak di bahas Firman Tuhan di mana jangan sampai dalam area-area yang non esensi ini kita sampek bertengkar. Ini bukan berarti Paulus ingin kita bersatu secara buta sekalipun ada hal yang tidak benar, sebab dalam surat-surat  Para Rasul hal-hal tersebut secara tegas dibahas. Contoh di Galatia yaitu kalau ada yang mengajar Injil yang berbeda atau Injil palsu dari yang mereka bicarakan maka kita harus berani untuk menolak dan meluruskan kembali ajaran-ajaran tersebut kepada Injil yang benar. Di  1 Korintus juga dibahas yaitu kalau seorang anak Tuhan hidup dalam imoralitas maka harus ditegur, diingatkan dan diajak untuk bertobat. Tetapi tidak semua hal itu di bahas oleh Firman Tuhan dan ada banyak hal yang abu-abu dimana itu masuk dalam kategori “disputable matters” (perbedaan pendapat yang non esensi). 

Seorang Theolog bernama Michael Bird, Phd, membedakan tiga hal  yang penting, yaitu :

1. Matters essential for Salvation (Hal-hal yang esensi untuk keselamatan): Ketuhanan Yesus Kristus, Keselamatan karena Anugerah oleh Iman.

2. Matters that are Improtant to the faith and the church, though not essential for salvation (Hal-hal yang penting untuk iman dan berjemaat meskipun itu bukan hal yang esensi untuk keselamatan): Keabsahan Alkitab, pengertian “Covenant”, Gender, Moralitas, Pemuridan, Ekklesiologi, dll.

3. Matters of non-essentials, debatable things, preferences, opinions (Hal-hal yang non esensi, bisa diperdebatkan, preferensi, selera/pendapat)

Dan Rasul Paulus membicarakan hal yang ketiga dimana jangan sampai kita merendahkan atau menghakimi atau menjadi batu sandungan bagi saudara kita hanya karena hal-hal yang non esensi. Kadang ini kelemahan kita yang semakin tahu banyak hal yaitu kita menjadi orang yang arogan dan merasa bahwa pendapat kita adalah pendapat yang paling benar dan semua orang harus hidup sesuai dengan pendapat kita. Bahkan kadang itu sudah bukan pendapat lagi tetapi seperti hukum Taurat yang baru. 

Memang ada hal-hal yang tidak dibicarakan secara jelas sebab itu Rasul Paulus memberikan prinsipnya. Seperti contoh kita sebagaii orang tua maka kita tidak bisa secara terus menerus baby sit  atau micro manage anak-anak kita. Mereka harus belajar untuk dewasa dan mengerti untuk membawa diri dan membuat keputusan yang benar dan tahu apa yang mereka harus lakukan (memiliki hikmat dalam setiap situasi). Dan apa yang kita bisa berikan adalah prinsip-prinsip kehidupan yang sesuai dengan kebenaran Injil. Sebab itu Tuhan ingin hidup kita dipimpin oleh hikmat Roh Kudus yang sesuai dengan prinsip Firman Tuhan dan  kebenaran Injil.

Dan yang menjadi perdebatan dan  ketegangan dalam perbedaan pendapat ada dua hal, yaitu : 

Isu Pertama:

Roma 14:2
2Yang seorang yakin, bahwa ia boleh makan segala jenis makanan, tetapi orang yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran saja.

Kota Roma adalah kota yang penuh dengan kuil penyembahan berhala dan mayoritas penduduk Romawi menyembah berhala. Jadi hampir semua daging yang di jual di pasar adalah daging yang sudah dipakai sebagai korban di kuil-kuil penyembahan berhala itu dan bahkan daging-daging itu adalah bekas atau sisa dari sesajian  dari berhala. 

Ada dua golongan orang Kristen di gereja Romawi yaitu orang Kristen Yahudi yang sangat kolot dengan tradisi Yahudinya yaitu sunat dan hukum Taurat. Mereka hanya makan makanan yang “kosher” (halal). Mereka tidak makan babi atau makan daging yang disajikan kepada berhala. Dan ternyata cari daging “kosher “ itu susah sehingga akhirnya banyak dari golongan ini memutuskan untuk hanya makan sayur dan menjadi vegetarian. Bahkan mereka merasa seperti Daniel, Sadrach,  Mesach Dan Abednego di Perjanjian Lama. Namun ada orang Kristen lain yang lebih dewasa yang menganggap bahwa berhala itu bukan Tuhan dan hanya ada satu Tuhan dimana kuasaNya tidak terpengaruh dengan kuasa-kuasa berhala. Bahkan Rasul Paulus sudah mengajar melalui surat bagi jemaat Galatia bahwa kematian  dan kebangkitan Kristus sudah menyucikan segala sesuatu sehingga kita bebas makan apa aja. 

Isu kedua: 

Roma 14:5
 5Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri.

Ini adalah orang Kristen Yahudi yang masih berpikir bahwa Sabatth adalah hari yang kudus yaitu hari Sabtu dan itu sudah dilakukan oleh orang Yahudi selama 1500 tahun. Mereka percaya dan memiliki keyakinan bahwa mereka harus tetap merayakan hari-hari raya Yahudi meskipun mereka sudah menjadi Kristen, karena sudah di ajar turun temurun. Dan mereka tahu bahwa merayakan hal itu tidak mempengaruhi keselamatan mereka tetapi itu mengingatkan mereka akan sejarah mereka dari jaman Musa. Namun ada orang Kristen yang lain berpendapat bahwa Yesus bangkit pada hari Minggu dan kita sudah mengalami kuasa kebangkitan Kristus sehingga semua hari sama saja lagipula upacara dan hari raya itu adalah bagian dari Perjanjian Lama.

Mengenai dua isu itu maka Rasul Paulus sebenarnya memiliki pendapatnya sendiri yaitu :

Roma 14:14
 14Aku tahu dan yakin dalam Tuhan Yesus, bahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri hanya bagi orang yang beranggapan, bahwa sesuatu adalah najis, 
bagi orang itulah sesuatu itu najis.

Kolose 2:16-17
 16Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; 17semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.

Jadi Rasul Paulus sebenarnya sependapat dengan dengan orang-orang  kristen yang “kuat” dan dia tahu bahwa ada yang lemah imannya  dalam hal-hal  yang non esensi ini. Namun .dari pasal ini maka Paulus ingin mengajarkan kepada kita tentang prinsip dan hikmat untuk hidup dalam “Gospel Centered Harmony”. 

Dalam kehidupan kekristenan kita sehari-hari maka kita juga mendapati isu-isu mengenai hal-hal yang non esensi seperti masalah onsite / online, vaksin / tidak vaksin, dresscode ke gereja (casual/santai/formal), worship style (pake band/hymne/ lighting), minum alcohol, tattoo, yoga, partai politik dan lain-lain. Bagaimana menyikapi hal-hal  seperti ini ?

                1. JANGAN MERENDAHKAN EKSPRESI IMAN ORANG LAIN, TETAPI HARGAILAH PERJALANAN IMAN MEREKA.

Roma 14:3
3Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu.

Yang sering terjadi kita mudah sekali merendahkan orang yang masih  campur dalam praktek hidup mereka yaitu antara Injil dan Hukum Taurat. Siapapun kita maka kita bisa salah dalam pendapat kita dan kita perlu belajar menerima yang punya pendapat berbeda dengan kita. Kalau kita bisa mengerti sesuatu dengan benar terutama hal-hal yang berkaitan dengan hikmat dan kebijaksanaan tentang Injil maka itu bukan karena kita hebat atau pintar, tetapi karena kita dianugerahi pengertian oleh Tuhan. Sebab itu sabarlah terhadap orang yang belum tercerahkan, doakan mereka dan hargailah perjalanan iman mereka.

              2. JANGAN MENGHAKIMI PERJALANAN IMAN ORANG LAIN, TETAPI PERCAYA BAHWA KUASA TUHAN JUGA BEKERJA DI DALAM MEREKA

Roma 14:4
4Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri.

Bukan berarti kita tidak bisa diskusi tetapi setelah kita selesai berdiskusi maka kita tetap bisa menerima dan mengasihi mereka. Karena kita juga percaya bahwa Roh Kudus yang sama yang ada di dalam kita juga bekerja dalam mereka.

             3. DALAM HAL-HAL YANG NON-ESENSI HIDUPILAH KEYAKINAN SESUAI DENGAN PERJALANAN IMANMU

Roma 14:5b-6
Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. 6Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah.

Apa Batasan Kemerdekaan Kita? (Dalam Hal-Hal Yang Non-Esensi)

Roma 14:15, 19, 21
15Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia... 19Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun... 21Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu.

Janganlah menjadi batu sandungan demi kebebasan, tetapi marilah kita saling membangun dalam kasih. 

1 Korintus 13:1
1Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Kolose 4:6
Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih (Let your speech always be gracious), jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang..

John Stott berkata : ““Bukankah Kristus berkorban untuk menggantikan saudara kita, akankah kita memaksakan kemerdekaan kita untuk menjerumuskan dia? Bukankah Kristus mati untuk menyelamatkan dia, tidakkah kita peduli jika tindakan kita menjadi batu sandungan bagi dia?”."

BAGAIMANA KITA MENGHIDUPI INI? (GOSPEL CONNECTION)

Roma 15:1-3
 1Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. 2Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya. 3 Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: ”Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku.”

Injil mengingatkan apa yang Kristus sudah lakukan bagi kita sebab itu lihatlah saudara kita dari kacamata Kristus dan karya salibNya. Sabarlah kepada mereka seperti Tuhan juga sabar dengan  kita dan juga bukankah kita dulu juga seperti mereka. 

Roma 15:4-7
4Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. 5Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, 6sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus. 7Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.

Dalam hal yang esensi kita harus terus bersatu, dalam hal-hal yang non esensi maka kita diberi kebebasan, tetapi ingat di dalam segala sesuatu terapkan kasih sebagai landasannya.