Kasih yang Tidak Munafik

INJIL WEEK 21  "KASIH YANG TIDAK MUNAFIK" Ps. Michael Chrisdion

 

Pembacaan : Roma 12 : 9 - 21

Melalui eksposisi kitab Roma Pasal 12 ayat 9-21 maka Rasul Paulus memberikan kepada kita banyak instruksi tentang seperti apa hidup yang ditransformasikan Injil. Dan kita dapat melihat bahwa nasehat dan instruksi tersebut itu bisa di bagi di dalam dua kategori yaitu : Kategori yang pertama adalah tentang bagaimana kita sebagai anggota tubuh Kristus ber-relasi dan berfungsi dengan saudara seiman kita yang ada di dalam komunitas Injil yaitu bagian dari keluarga Allah (Gereja-Nya). (Roma 12:9-16)

Kategori Kedua, Rasul Paulus berbicara tentang bagaimana kita ber-relasi dan memperlakukan orang-orang yang ada di luar gereja bahkan orang yang jahat memusuhi dan menganiaya kita baik secara pribadi maupun secara korporat (karena kita orang Kristen atau Gereja-Nya). Bagaimana Kebenaran InjilNya? Apa implikasinya dalam kehidupan sehari-hari? (Roma 12:17-21)

KASIH ITU JANGAN MUNAFIK !

Roma 12:9a
 9Hendaklah kasih itu jangan pura-pura!

Ayat 9 menjadi heading atau seperti sub judul dari surat ini yaitu dia berbicara mengenai kasih. Dan Rasul Paulus mengajarkan bahwa kasih yang kita miliki di hati kita harus tulus dan “jangan pura -pura. “  yang dalam bahasa aslinya  anhypokritos  (unhypocritical) artinya tidak munafik. 

Jadi maksudnya adalah bahwa kita disuruh tulus dan tidak palsu dalam berurusan dengan sesama saudara seiman.  Rasul Paulus mengafirmasi bahwa dosa  yang paling sering terjadi di gereja adalah dosa kemunafikan. Kalau kita mau jujur maka sering sekali kita terlihat sopan, membantu, dan tampak hangat di luar, sementara di dalam hati kita bisa saja sebenarnya memandang rendah orang itu. 

Ini sangat penting karena budaya “kelihatan kebaikan” dapat berkembang di dalam gereja (dan komunitas mana pun yang menekankan nilai-nilai yang baik). Tetapi tanpa Injil maka bisa saja budaya yang terlihat baik itu sebenarnya hanyalah kedok yang menutupi budaya gosip, favoritisme, dan asumsi-asumsi buruk yang akarnya adalah dosa. Bahkan kalau kita adakan survey kepada orang-orang yang kecewa dengan gereja dan hamba Tuhan maka kata-kata yang biasanya muncul dari mulut mereka adalah menganggap orang Kristen itu munafik. Memang otak kita bisa menyuruh mulut kita untuk tersenyum dan mengatur kata-kata kita, tetapi bisakah otak kita menyuruh hati kita untuk tidak sombong atau menganggap rendah orang? Disinilah sebenarnya kita tidak sedang berurusan dengan perilaku kita tetapi dengan hati kita yang perlu dikalibrasi oleh kuasa Injil. Itu sebabnya kalau Firman tidak dilihat dari lensa Injil maka akan sulit untuk mengubah hati. 

BAGAIMANA SUPAYA KASIH KITA TIDAK MUNAFIK ?

Selama 11 pasal maka Rasul Paulus sudah menjelaskan apa yang Tuhan sudah lakukan dan selesaikan yaitu karya penebusanNya melalui Yesus Kristus dan karya salibNya yang sempurna. Sebab itu di awal pasal 12 maka Paulus mengawalinya dengan kata-kata “ there fore (dengan demikian) dimana itu menjadi kata peralihan yaitu ..setelah kamu mengerti esensi injil….dengan demikian…. atau dari sudut pandang  kemurahan (belas kasihan/ anugerah) Tuhan .. maka biarlah cara kita memandang orang lain itu tidak memakai cara pandang dunia dengan kecenderungan dosanya. 

Namun pertanyaannya masih sama yaitu bagaimana bisa memiliki kasih yang tidak munafik terhadap orang yang memang tidak menyenangkan, terhadap orang yang memang susah untuk dikasihi dan kita tidak suka terhadap mereka. Maka disitulah Roma 12:1 dimulai yaitu “ oleh karena itu, dari sudut pandang kemurahan Tuhan atau anugerah Tuhan, “ yang artinya Injil memampukan kita untuk mengasihi seseorang terlepas dari kekurangannya, karena Injil membuat kita ingat akan kebaikan Kasih Karunia Allah bagi kita juga. Untuk pergumulan itu maka Tuhan mengingatkan sebuah perumpamaan tentang pengampunan dalam Matius 18: 21 – 35.

Perumpamaan Tentang Pengampunan

Waktu Petrus bertanya kepada Tuhan Yesus mengenai pengampunan “ Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali? “ Yesus berkata : Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali yang artinya tak terhingga.

Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungandengan hamba-hambanya. Ada seorang hambanya yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.  Yang menarik di sini adalah Yesus secara detail menyebutkan hutang si hamba tersebut kepada sang raja yaitu 10 ribu talenta, mengapa? Karena pada saat itu pendapatan seorang raja yaitu Herodes yang sangat kaya adalah per tahunnya 900 talenta tetapi hutang orang ini adalah 10 ribu talenta. Ini adalah jumlah yang sangat banyak dan tidak terhitung banyaknya. 

Matius 18:26-27
  26Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. 27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskanhutangnya.

Poin dari cerita ini adalah Tuhan tergerak oleh belaskasihan terhadap kita yang memilki hutang dosa yang tidak terhitung namun kita diampuni ,dibebaskan dan dihapuskannya. Kita menerima belaskasihan dari Tuhan yang tidak terhingga. 

Tetapi apa yang dilakukan sang hamba itu ?

Matius 18: 28 - 30
28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! 29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. 30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.

Matius 18:32-35
  32Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. 33 Bukankahengkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? 34Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. 35Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”

Inti dari perumpamaan ini adalah bahwa Tuhan tidak memiliki kewajiban untuk menyelamatkan atau mengampuni seseorang dan tidak ada muatan obligasi atau kewajiban di dalam belas kasihan Tuhan. John Piper berkata “Jika kita mengaku telah diampuni oleh Yesus, tetapi tidak ada manisnya pengampunan (atau kesabaran atau kasih) di hati kita untuk orang lain,maka sebenarnya pengampunan Tuhan  tidak pernah ada (di hati kita).”

BAGAIMANA SUPAYA KASIH KITA TIDAK MUNAFIK?

           1. Kita Perlu Senantiasa Bertobat Dengan Memandang MelaluiSudut Pandang (Lensa) Injil.

Kita tidak dicintai karena kita mulia atau layak untuk dicintai tetapi karena Tuhan memutuskan untuk mencintai kita dengan mengorbankan Kristus untuk mati menggantikan kita supaya kita yang tidak layak menjadi layak dan supaya kita yang hina menjadi mulia. Kalau kita melihat dari sudut pandang ini saat kita melihat orang yang hidupnya berantakan,  kacau,  tidak layak untuk dikasihi dan kita melihat dari sudut pandang Injil maka sebenarnya . kita sendiri juga sama seperti mereka, tetapi Tuhan sabar pada kita dan Tuhan memutuskan untuk tetap mencintai kita dan memberikan belas kasihan kepada kita. Waktu kita bercermin maka kita sebenarnya tidak ada bedanya bahkan dihadapan Tuhan yang kudus keadaan kita jauh lebih parah. Dan harga yang Tuhan bayar untuk membuat kita yang hina menjadi mulia maka Dia harus mati, mencucurkan darah dan menjadi hina. Dan pada waktu kita melihat dari sudut pandang itu maka kita akan bertobat.  Waktu kita melihat orang yang tidak layak untuk dikasihi dan melihatnya dari lensa injil maka saat kita mengasihi mereka maka kita tidak mengasihi mereka dengan kasih yang palsu. Orang yang tidak mengerti Injil tidak akan dapat melakukan hal itu. Orang yang hanya terlihat baik tidak akan bisa sadar akan hal itu dan dia hanya bisa menunjukkan kasih yang palsu, munafik atau kasih yang memilih-milih. 

Tetapi orang yang mengerti Injil maka kasihnya akan tulus karena hatinya penuh dengan pertobatan karena sadar bahwa dia ada di sini karena anugerah Tuhan. Mari kita berhenti berpura-pura mengasihi dan bertobatlah , pandang Kristus dan Injilnya: maka kasih kita tidak akan munafik. 

Roma 12:9
 9Hendaklah kasih itu jangan pura-pura!  Jauhilah (HATE) yang jahat dan lakukanlah (CLING) yang baik.

Kasih yang kita miliki  harus sesuai dengan kehendak Tuhan dan standard kebenaran Tuhan. Dua instruksi ini seperti dua permukaan di mata uang yaitu  — “ jauhilah “ itu konotasinya negatif (“benci”) dan “ lakukanlah “ itu konotasinya positif ( bahasa aslinya  “melekat”) Jadi kasih kita harus bekerja atas dasar tatanan moral Allah. Kita harus "membenci" (harfiah "JIJIK/MUAK" oleh) apa yang Tuhan sebut jahat, dan kita harus "berpegang teguh" (harfiah, merekatkan diri seperti lem sehingga tak terpisahkan) pada apa yang Tuhan sebut baik. 

Mengapa ini sangat penting? Karena ketika kita mencintai seseorang, hal itu sering mengubah pandangan kita tentang yang baik dan yang jahat karena kita dibutakan oleh cinta itu. Dunia memberikan filosofi kasih yang sifatnya egois, self interest dengan agenda pribadi. Dan ini sangat berbahaya sebab kasih ini bukan kasih yang tulus dan tidak munafik.

Tim Keller berkata :

“Kasih yg sejati selalu peduli tentang kebenaran. Kasih yang takut mengkonfrontasi orang yang dicintai bukanlah Cinta yang sejati, tetapi keinginan egois untuk dicintai. Cinta egois takut melakukan apa yang benar (terhadap Tuhan dan kekasihnya) karena berisiko kehilangan kasih sayang dari yang dicintainya. Akhirnya memberhalakan orang yang dicintai. Dia akan Berkata: Saya rela melakukan apa saja untuk tetap dicintai! Ini bukan mengasihi Ini sebenarnya adalah hanya mengasihi cinta yang Anda dapatkan dari orang tersebut.”

Kalau kita mengasihi seperti itu maka sebenarnya kita tidak mencintai orang lain tetapi kita mencintai diri sendiri dan memanfaatkan orang itu untuk memuaskan hasrat pribadi kita untuk diterima dan dicintai. Dengan demikian kita memberhalakan kasih dan penerimaan yang kita terima dari orang lain. 

            2. KASIH KITA PERLU BERAKAR DI DALAM KEBENARAN ALLAH

Kita tidak bisa mengasihi dengan benar tanpa membenci dengan benar! Cinta yang tulus akan membenci sesuatu yang membahayakan yang dicintainya! Kasih yang sejati akan rela mempertaruhkan dirinya demi menyelamatkan yang dicintainya. Jadi ketika kita melihat orang yang kita cintai melakukan sesuatu yang kita tahu itu salah atau membahayakan, tetapi hal itu membuat mereka bahagia, Dan kita tidak mencegahnya dan tidak mengatakan apa-apa, karena kita tidak ingin membuat mereka kesal atau marah. Itu bukan tanda kasih tetapi artinya kita tidak peduli. Lawan kata kasih atau cinta itu bukan benci tetapi acuh tak acuh atau tidak peduli. Tetapi kalau kita cinta seseorang dan mengasihi seseorang maka kita akan juga marah dan benci terhadap sesuatu yang membahayakan orang yang kita cintai.

Pernahkah kita melihat orang tua yang terlalu lemah untuk mendisiplin anak mereka. Mereka hanya tidak bisa tahan terhadap air mata dan kemarahan anak-anak mereka. Jadi mereka menyerah kepada apa yang anak mereka inginkan, meskipun itu tidak baik untuk anak itu. 

Ketika mereka melakukan itu, bukan karena mereka mengasihi anak mereka tetapi mereka terlalu mencintai diri sendiri. Semua kemauan dari anaknya dituruti bukan karena mereka mengasihi anak mereka tetapi karena tidak mau repot. Mereka tidak mau ribut jadi menuruti saja apa yang mereka mau meskipun itu merugikan mereka. Mereka memilih untuk disukai atau dikasihi oleh anak mereka lebih dari melakukan yang baik bagi anak mereka. Demikan juga karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Dia rela memberikan anakNya yang tunggal supaya yang percaya padaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Kasih Tuhan kepada kita berakar pada kebenaran. Begitu pula saat kita mengalami masa yang sulit dalam hidup kita  dan seakan-akan Tuhan diam saja, seakan-akan do akita tidak dijawab dan seakan-akan Tuhan tega membiarkan kita melalui semua itu. Namun yang perlu kita tahu bahwa Tuhan tidak pernah berhenti bekerja dibalik layar dan ada kebaikan yang lebih besar yang sedang Tuhan kerjakan untuk membebaskan kita dari berhala kita, nafsu kita dan belenggu kuasa dosa kita yang seringkali menyiksa kita. 

Roma 12:10a
 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara

Bahasa aslinya di sini “ phileo, philadelfia, brotherly love “ seperti saudara sendiri dimana saudara tidak bisa dipilih dan ditempatkan Tuhan di sana. Gereja seharusnya tidak menjadi acara yang Anda hadiri, tetapi tempat di mana Anda menjadi bagian dari sebuah keluarga.

Roma 12:10
 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
 

Untuk memberi hormat artinya mengakui dan mengakui nilai yang dimiliki oleh orang tersebut. Perlu kita ketahui bahwa setiap budaya memiliki sistem kehormatan atau dasar kehormatan yang biasanya ada pada status sosial, ekonomi atau pangkat atau prestasi. Di Eropa kuno itu didasarkan pada keluarga/silsilah kita. Di dunia modern kehormatan dinilai dari pencapaian atau prestasi kita. 

Tetapi Injil mengajarkan kita untuk berpikir dengan cara yang berbeda. Injil mengajarkan bahwa setiap orang yang ada di dalam Kristus memiliki nilai yang besar, karena  orang tersebut adalah seseorang yang sudah dipulihkan menjadi ciptaan yang baru yang serupa dengan gambar Allah. Setiap orang percaya kepada Kristus yang ada di sekitar kita adalah seseorang yang dibeli dengan harga yang sangat mahal yaitu dibayar olehdarah Anak Domba Allah.Setiap orang percaya dalam Kristus sangat berharga karena mereka memiliki Roh Tuhan dan kita semua adalah anak-anak Tuhan.

Roma 12:11-12
 11Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. 12Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!

Kunci untuk melayani dengan rajin adalah memiliki objek pelayanan yang benar. Paulus menutup ayat 11 dengan “layanilah Tuhan!”. Tuhanlah yang seharusnya menjadi objek dari pelayanan kita. Roh kita yang mati sudah dihidupkan dengan kuasa Roh Kudus dan dengan Roh Kudus yang ada di dalam hidup kita maka layanilah Tuhan. Biasanya kemalasan dan keengganan dalam pelayanan seringkali disebabkan oleh kekecewaan, bukan terhadap Tuhan tetapi kepada manusia karena merasa tidak dihargai dan tidak diperhatikan. 

Jika kita melakukannya untuk Tuhan, kita akan memandang pelayanan sebagai sebuah anugerah yang besar. Bisa melayani saja sudah berkat dan kemurahan yang luar biasa. Bagaimana kita mau mengharapkan yang lain-lain? Pelayanan adalah sebuah kehormatan, bukan pengorbanan. Pelayanan adalah berkat, bukan alat untuk mendapatkan berkat.

Seberapa besar kasih kita kepada sesama itu adalah bayangan akan kesadaran betapa besarnya kasih Tuhan kepada kirta. Marilah kita belajar melayani dengan hati sama seperti Kristus yang rela datang ke bumi untuk melayani dan mati bagi kita.

Roma 12:13
 13Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!

Kiranya kita semua bersemangat untuk mengekspresikan kasih  itu dalam bentuk tindakan yang konkrit.  Kasihilah sesama kita di dalam Tuhan secara nyata. Kata-kata “ bantulah, usahakanlah dan memberikan “ adalah Gospel in Action. Kita tidak hanya bicara tetapi menghidupi apa yang menjadi iman kita. 

Roma 12:14, 17-18
14 Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! 17Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! 18Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!

Bagi sebagian orang, nasihat Paulus di ayat 17-18 dipandang sebagai kelemahan dan kompromi terhadap ketidakadilan.  Kita memiliki kecenderungan untuk menuntut bahwa keadilan perlu ditegakkan dan ketidakadilan perlu dibasmi. Bagi dunia maka pembalasan adalah bagian dari upaya menciptakan keadilan. Banyak orang yang menganggap

menjadi orang Kristen itu seakan-akan  lemah dan tertindas. Karena kecenderungan dosa manusia maka konsep keadilan dunia identik dengan pembalasan terhadap kejahatan

Banyak orang yang salah kaprah dimana kita lupa  bahwa saat kita membalas kejahatan dengan kejahatan maka akhirnya kejahatanlah yang  menang dan kita diperbudak oleh kejahatan, karena hati kita  akhirnya menjadi jahat dan penuh dengan kebencian. Paulus sebenarnya sangat peduli dengan keadilan.  Dan orang kristen juga peduli dengan keadilan bahkan kita perlu membela keadilan, hanya caranya bukan dengan membalas ketidakadilan dengan kejahatan. Kejahatan perlu dibalaskan dan keadilan adalah sesuatu yang perlu diperjuangkan tetapi bukan dengan pembalasan. Agen pembalasan bukanlah kita melainkan Allah (ayat 19).  Murka Allah akan turun atas mereka yang berbuat jahat. Ini bukan sekadar harapan, melainkan kebenaran Firman Tuhan (Ulangan  32:35). Hukuman datang dari Dia, bukan dari kita. Pembalasan kita manusia berdosa seringkali tidak dilandasi oleh kasih. Hanya Allah yang mampu melakukan penghukuman dengan penuh kasih dan adil melalui salib Kristus. 

Saat penegakan keadilan tidak disertai oleh kasih maka akan muncul penindasan yang baru dan ketidak adilan yang lainnya. Mungkin kita pernah mendengar ungkapan pembalasan lebih kejam? Saat kita membalas maka kita anggap pembalasan itu seperti obat bagi suatu penyakit tetapi justru menimbulkan efek samping yang lebih buruk dari penyakit yang ingin disembuhkan. Dosa tidak bisa diobati dengan dosa yang lain karena dosa akan hanya menimbulkan jenis dosa yang lain. Sebab itu Paulus mengajarkan supaya tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.

Roma 12:20-21
20 Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. 21Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!

Setelah membaca beberapa komentari kitab Roma maka para penafsir Alkitab mengaitkan ini dengan ritual Mesir yaitu menaruh bara api di atas kepala mereka saat mereka menunjukkan postur pertobatan dan penyesalan akan kejahatan mereka yaitu untuk menunjukkan mereka bersalah. Jadi artinya saat musuh kita menyakiti kita maka lakukan yang baik dan kasihi mereka sehingga akhirna mereka bisa disadarkan bahwa mereka juga membutuhkan Tuhan. 

Janganlah kamu kalah oleh kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan” (ay 21).

Kata “ kalahkan “ di ayat ini dalam bahasa inggrisnya "overcome" adalah kata militer yang berarti "melumpuhkan". Ini adalah pandangan yang melawan arus dunia karena Paulus berkata bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan sebenarnya kita kalah dengan  kejahatan! Satu-satunya cara untuk mengalahkan kejahatan adalah dengan berbuat baik  dan menunjukkan kasih kepada orang yang telah berbuat jahat dan menyakiti kita. Dengan kata lain, saat kita membenci orang yang menganiaya kita, maka kejahatanlah yang menang. Satu-satunya cara untuk mengalahkan kejahatan adalah dengan memaafkan dan mencintai penganiaya kita.

BAGAIMANA KITA BISA MELAKUKAN INI?

Kita tidak bisa melakukan ini dengan kekuatan kita sendiri dan hanya melalui kuasa Injil. 

            1. Injil mengingatkan kita akan kesabaran, kemurahan, kasih karunia serta belas kasihan Tuhan bagi kita. 

Roma 2:4
Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?

Tuhan saat ini seakan-akan membiarkan orang-orang yang jahat itu sebab mungkin ada harapan buat mereka, seperti yang dialami oleh Saulus yang menganiaya jemaat namun akhirnya menjadi Paulus, seperti Cornelius sang perwira Romawi yang menjajah bangsa Yahudi akhirnya diselamatkan dan banyak orang yang tadinya penganiaya orang Kristen akhirnya bertobat dan menjadi hamba Tuhan. 

            2.Injil Juga mengingatkan bahwa kita adalah pendosa yang diampuni dan dibenarkan oleh Allah di dalam Kristus.

Kita tidak lebih baik dari orang yang jahat terhadap kita> Kita tidak lebih baik dari musuh kita, bahkan kita juga dulu adalah musuh Allah yang layak untuk dihukum. Tetapi Allah tidak menimpakan kepada kita hukuman yang setimpal dengan kejahatan kita, bahkan ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita itu ditimpakan kepada Yesus Kristus di atas kayu salib. Nilai kita bukan berasal dari manusia tetapi dari pencipta kita.Kita tidak merasa rendah diri karena harga kita dibayar mahal, tetapi kita juga tidak menjadi tinggi hati karena kita tahu bahwa kita menerima harga diri kita yang dibayar sangat mahal itu bukan karena kita layak menerimanya tetapi karena semata-mata oleh anugerah Tuhan sehingga tidak ada yang bisa bisa kita sombongkan. Kita tidak bisa memandang rendah orang dan kita tidak bisa mendiskriminasi orang. Begitu kita tinggi hati maka pakai lensa injil maka lensa injil itu akan mengkalibrasi hati kita sebab kita ingat bahwa hidup kita hanya karena anugerahNya. 

            3. Injil memampukan kita untuk berbagi hidup dan mengasihi orang lain secara tulus dalam keadaan baik maupun buruk.

Roma 12:15
15Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!

Kita tidak mungkin bisa melakukan ini tanpa Injil. Sebagai contoh; jika kita masih single dan ingin menikah, bagaimana kita bisa bergembira dengan teman kita yang akan menikah? Jika keinginan kita untuk menikah adalah "penerimaan" kita atau bukti dari harga diri kita maka mustahil untuk bersukacita. Bahkan kita akan sangat sedih dan hancur, merasa tertolak atau rendah diri karena menikah adalah berhala kita. Tetapi saat kita melihat harga diri kita dan penerimaan kita ada di dalam Kristus maka mau menikah atau belum menikah, kita tetap aman dalam identitas kita di dalam Kristus. Dan saat ada teman kita yang menikah maka kita tidak merasa terintimidasi namun kita bisa bersukacita dengan tulus.

dan menangislah dengan orang yang menangis!

Di sisi lain, kalau Kristus bukanlah kebenaran dan kedamaian kita maka akan sulit untuk bersimpati dan turut merasakan kesedihan orang lain. Salah satu alasan mengapa kita sulit bersimpati atas kesusahan orang adalah karena kita mungkin mengalami kesulitan untuk bersimpati dengan orang yang kita anggap rendah karena kita merasa lebih hebat dari mereka. Injil mengingatkan kita bahwa kita sama sekali tidak superior. Ini membawa kita ke penilaian yang benar tentang diri kita sendiri. Dan Injil mengingatkan kita bahwa Allah mengasihi kita ketika kita adalah musuh-musuh Allah. Ketika kita ingat akan hal itu maka kita akan paham bahwa kita juga orang yang lemah dihadapan Tuhan tetapi di beri kekuatan. Ini akan membuat kita mulai lebih mudah untuk bersimpati dan mengasihi orang-orang yang kita  anggap lemah sebelumnya.

             4. Injil memampukan kita untuk mengasihi orang yang susah untuk dikasihi karena Tuhan menunjukkan kasihNya untuk kita saat kita masih berdosa.

Yohanes 1:1 & 14

Ayat 14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Yesus itu penuh kasih karunia dan kebenaran. Pernahkah kita berpikir kalau semakin kita benar-benar kenal dengan seseorang maka semakin kita kenal kebenaran tentang orang itu yaitu baiknya dan buruknya, dan semakin kita kenal kenal kebenaran tentang orang tersebut maka biasanya semakin susah bagi kita untuk memberikan kasih karunia kepada orang tersebut. Tetapi akan sangat mudah untuk baik dengan teman baru karena kita belum kena batunya atau kenal belangnya.  Akan sangat susah untuk menyalurkan kasih karunia kepada orang yang kita sudah kenal kejahatannya, kelicikannya dan  kebohongannya, apalagi kita sudah pernah dikhianati dan dikecewakan maka akan susah untuk memberikan anugerah kalau kita sudah kenal lama kemudian kita dimusuhi.

Yesus penuh dengan kasihkarunia dan kebenaran. Yesus tahu secara penuh dan kenal benar kebobrokan, kebejatan dan keberdosaan kita. Tetapi itu tidak menghentikanNya untuk mencurahkan kasih karuniaNya kepada kita. Dan bukan itu saja, Dia yang tidak mengenal dosa mau menjadi dosa serta mencurahkan darahNya. Waktu di taman Gethsemani maka Dia sempat bergumul “ kalau bisa cawan ini engkau lewatkan tetapi bukan kehendakKu tetapi kehendakMu  yang jadi. Tuhanpun bergumul namun Dia memutuskan untuk tetap melakukanNya untuk kita yaitu supaya kita menerima anugerah kasih karuniaNya. Kalau kasih kita masih penuh dengan kemunafikan itu karena kita lupa bahwa kita adalah penerima anugerah. Tuhan tahu betapa bobroknya kita dan Dia penuh dengan kebenaran. Dia tahu apa yang ada dalam hati kita namun Dia juga penuh dengan kasih karunia. Biarlah kita memandang dari lens aitu. Mari kita berhenti mengasihi dengan pura-pura dan bertobat,  pandang Kristus dan Injilnya, maka kasih kita tidak akan munafik.