Pembacaan : Roma 2 : 1 - 32
1. Diagnosa atas Penyakit
Pada waktu seseorang mendengar hasil diagnosa dokter bahwa dia menderita penyakit yang sangat parah, maka kerapkali orang di dekatnya menyarankan untuk mencari second opinion, karena mungkin saja hasil diagnosa itu salah.
Adakalanya memang diagnosa itu bisa keliru pada waktu tingkat kemajuan kedokteran di satu daerah tertentu mempunyai limitasi dan keterbatasan sehingga bisa memberikan diagnosa yang tidak akurat dalam hal seperti itu. Tetapi kita percaya bahwa tidak ada satu dokter pun yang mempunyai intention dan maksud untuk menakut-nakuti dan memberikan diagnosa yang sengaja dengan keliru, bukan? Memang sesuatu hal yang lumrah kalau hasil diagnosa itu dari negara terbelakang lalu ingin mencari second opinion dari sebuah negara yang lebih maju, sehingga bisa memberikan diagnosa yang lebih akurat.
Tetapi kadang-kadang ketika seseorang didiagnosa satu penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara kedokteran dan diagnosa itu mungkin diberikan oleh negara yang sangat maju sekali teknologi kedokterannya. Lalu orang itu kemudian dengar sana-sini, lalu ingin mencari second opinion sampai ke tempat-tempat yang sama sekali tidak bisa dipertanggung-jawabkan mencari alternatif diagnosa yang sesuai dengan keinginannya.
Kita mungkin pernah berjumpa dengan orang seperti itu. Setelah mendapat diagnosa di luar negeri. Mereka tidak mau terima dan lalu mencari second opinion ke desa di tempat terpencil. Di balik daripada sikap seperti itu bukan saja karena berpikir mungkin ada kekeliruan di dalam diagnosa tetapi sebenarnya terbersit dalam hati seseorang yaitu orang itu tidak rela menerima diagnosa yang jujur itu bagi hidupnya.
Demikian juga dalam aspek spiritual, inilah yang sering terjadi. Setiap kita memiliki jiwa pemberontakan seperti itu. Kita tidak mau terima dengan jujur, dengan tulus, dengan hati terbuka pada waktu gambaran identitas diri kita itu dibuka apa adanya.
Background Kitab Roma
Paulus menulis surat ini kepada gereja di Roma sekitar tahun 56-57 sehingga disebut Kitab Roma. Waktu itu Paulus ada di Korintus ketika menulis Kitab Roma. Dan pada waktu itu Gereja di Roma mengalami ledakan dengan banyak sekali jiwa-jiwa. Awalnya adalah orang-orang Yahudi di Roma yang menjadi Kristen dan mereka tetap melakukan tradisi Yahudi dan Hukum Taurat Tetapi kemudian semakin banyak orang Yunani dan orang Romawi yang juga mendengar Injil dan diselamatkan sehingga ada suatu ketegangan antara orang Kristen Yahudi dan orang Kristen yang non-Yahudi. Yang Yahudi menekankan Hukum Taurat sedangkan yang non Yahudi menekankan Kristus nya. Yang Yahudi sangat Conservatif tapi Legalistik sedangkan yang non-Yahudi sangat kekinian tetapi bisa disebut duniawi sehingga ada suatu pertentangan
Dalam Roma pasal 1-2 Paulus meng-cover dua dimensi daripada kehidupan manusia yaitu :
a). Diagnosa bagi mereka yang berada di luat Hukum Taurat. Roma 1 : 18 – 32
Yang pertama Paulus menjelaskan esensi dosa itu menyentuh hidup dari mereka yang ada di luar hukum Taurat, mereka yang tidak bersentuhan dengan ajaran Yudaisme, mereka yang tidak bersentuhan hidupnya dengan hukum Allah yang diberikan melalui Musa. Itu adalah kelompok orang yang disebut oleh orang Yahudi sebagai orang-orang yang kafir [gentiles].
Paulus memberikan diagnosa terhadap kondisi keberdosaan orang-orang ini, dalam Roma 1:32
Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.
Meskipun mereka tidak punya hukum Taurat, mereka tahu, mereka mengerti apa yang benar apa yang salah, mereka mengerti setiap perbuatan salah mereka satu hari kelak pasti akan ada konsekuensinya, bahwa mereka patut dihukum mati. Mereka tahu hal itu. Bagi orang Yahudi ini adalah kelompok orang-orang yang memang akan dibinasakan oleh Tuhan. Jadi waktu mereka mendengar Paulus menulis ini dan dibacakan maka mereka sangat senang dan sangat menyetujui dengan perkataan Paulus yang ditujukan untuk orang Yunani dan Romawi yang menurut mereka layak untuk menerima hukuman.
b). Diagnosa bagi mereka yang agamawi memiliki hukum Taurat. (Roma 2 : 1 – 16)
Ini adalah kelompok orang Yahudi yang berkata bahwa mereka adalah orang yang percaya kepada Tuhan, yang merasa hidupnya benar karena melakukan hal-hal yang agamawi dan karena itu sangat yakin mereka diselamatkan oleh Tuhan karena keagamawiannya. Namun dalam bagian ini Paulus bicara mengenai sifat dosa yang tidak kelihatan dan itu bisa kelihatan daripada spirit kemunafikan yang sangat judgmental dari hidup orang-orang Yahudi yang menganggap level rohaninya lebih tinggi daripada orang non Yahudi. Maka di sini pesan Rasul Paulus bahwa semua orang termasuk yang agamawi butuh kabar baik Injil
Yang menarik adalah ketika membahas ayat 18-32 maka Paulus menghabiskan 14 ayat untuk menghardik orang-orang yang berdosa immoral, dan bejat kelakuannya dan mereka semua butuh Injil dan pengampunan dosa. Dan untuk orang-orang agamawi maka ayat yang digunakan Paulus untuk menegur orang-orang yang agamawi adalah dari pasal 2 ayat 1 sampai pasal 3:31 dimana Rasul Paulus menulis 60 ayat yaitu 4 kali lebih banyak untuk menyakinkan orang-orang yang agamawi bahwa mereka pun juga butuh injil, butuh pengampunan dosa dan butuh bertobat lagi.
Mengapa yang agamawi justru susah bertobat yaitu karena mereka susah untuk melihat dirinya adalah orang berdosa dan susah untuk diyakinkan bahwa mereka butuh Tuhan. Orang yang agamawi adalah orang yang merasa dipandang dan dianggap orang baik. Mereka berpikir mereka sudah berbuat baik dan sudah menunaikan amal dan ibadahnya.
Roma 1:28b-31
Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: 29penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. 30Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, 31tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.
Roma 2:1
1 Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
Dalam ayat-ayat ini Paulus menyamakan mereka yaitu kedua golongan ini dimana yang satunya kelihatan hidupnya berantakan kacau, imoral dan bejat dan ketika orang agamawi menghakimi mereka maka sebenarnya orang agamawi sama persis dengan mereka.
Yang perlu kita pahami dari ayat ini adalah bukan berarti kita tidak bisa mengidentifikasikan dosa dan menyatakan kesalahan sebab Paulus terus menyatakan dosa namun menghakimi adalah menganggap diri sendiri lebih tinggi dari orang lain.
Sebagai contoh yaitu kalau ada orang korupsi maka artinya dia menganggap diri nya berhak dan mencuri uang perusahaan, uang negara atau uang lembaga dimana uang itu sebenarnya bukan miliknya tetapi dia merasa berhak dan menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain. Dan memang orang ini adalah salah dan harus ditegor. Namun kalau kita marah ketika ada orang yang korupsi dan kita memandang dia rendah karena dia korupsi dan menganggap kita lebih tinggi dari dia maka artinya kita sedang menghakimi sebab sebenarnya kita sudah jatuh ke dalam dosa yang sama yang baru saja kita tuduhkan kepada orang tadi dan karena kita juga menganggap diri sendiri lebih tinggi dari orang lain hanya bentuknya berbeda. Demikian juga dalam kehidupan kerohanian kalau kita merasa lebih baik dari orang lain sebenarnya dosa kita juga sama dengan orang-orang yang bejat. Mungkin perbuatan luarnya berbeda tetapi bibit dosa yang ada di dalam hati sama saja. Ini semua masalah hati yang bisa disembunyikan di balik perbuatan baik dan ibadah!
Kita bisa ke gereja atau kita bisa mabok karena narkoba, bahkan pendeta yang sedang berkotbah bisa saja melakukan dosa dalam hati yaitu menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain. Sebab itu tidak heran kalau banyak orang yang kecewa dengan kelakuan orang kristen karena kalau kita hanya orang kristen agamawi maka injil sebenarnya tidak mengubah kita. Kita sebenarnya sama persis dengan orang yang imoral dan bejat hanya perbuatannya yang berbeda. Di hadapan Tuhan maka etika kekristenan itu bukan etika perbuatan tetapi etika hati dan motivasi. Sekalipun ada istilah “Senin sampai Jumat membohongi orang, Sabtu Minggu membohongi Tuhan. “ namun sebetulnya tidak ada orang yang bisa mengelabui dan membohongi Tuhan.
3. Konsekuensi Dosa Mereka Tidak Langsung
Roma 2:4-5
4Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? 5Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.
Kalau orang melakukan pesta pora tiap malam mabuk-mabukan dan memakai narkoba maka pasti akan ada konsekuensi yang terjadi. Tetapi kalau orang melakukan dosa congkak dan dengki di dalam hati maka itu bisa dilakukannya selama bertahun-tahun bahkan menjadi jemaat gereja tertentu bertahun-tahun tanpa dia merasakan konsekuensi langsung dari dosanya sehingga tidak sadar kalau perlu bertobat.
5Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.
Tetapi di ayat 5 ini Paulus berkata bahwa mereka yang menganggap rendah orang-orang yang bejat itu bahwa mereka berpikir sedang menimbun harta di surga. Kalau mereka tidak bertobat maka mereka itu bukannya sedang menimbun harta di surga tetapi menimbun murka atas diri mereka sendiri. Bukan pada sekarang tetapi pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Mungkin saat ini mereka belum merasa konsekuensinya tetapi yang kelihatan adalah kemunafikan dan kesombongan mereka yang dibungkus dalam keagamawian. Mengapa Paulus membutuhkan 60 ayat untuk mengingatkan yang agamawi yaitu karena baik yang berdosa maupun agamawi semua membutuhkan Injil dan karena kegiatan agamawi mereka. Agama membuat kita menjadi sombong akan apa yang kita lakukan, tetapi Injil akan membuat kita bangga terhadap apa yang Kristus sudah selesaikan.
2. TUHAN JUGA MENGHAKIMI YANG AGAMAWI
Roma 2:6-11
6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, 7yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, 8tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. 9Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, 10tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. 11 Sebab Allah tidak memandang bulu.
Orang yang agamawi sering lupa bahwa standard yang sama yang Tuhan pakai untuk menghakimi orang bejat itu juga di kenakan kepada orang yang agamawi. Sebagai contoh yaitu mungkin kita adalah seorang yang rajin berdoa, rajin baca kitab suci bahkan hafal ayat-ayat kitab suci tetapi kemudian kita marah lalu membunuh orang. Kemudian setelah tertangkap dan dipenjara untuk di adili. Dan dalam persidangan kita membela diri bahwa sekalipun kita membunuh tetapi kita adalah seorang tokoh agama yang rajin berdoa dan hafal kitab suci sehingga kita minta keringanan atas hukuman. Apakah selanjutnya kita akan diberi keringanan hukuman, tentu saja tidak. Kesempurnaan standar kekudusan dan kebenaran Tuhan sangat murni dan tak terkompromi.
Roma 2:11-13
11 Sebab Allah tidak memandang bulu. 12Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat. 13Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.
Mengapa ini ditulis oleh Paulus yaitu karena Paulus ingin menegaskan kepada orang Yahudi bahwa kalau mereka diberikan Tuhan hukum taurat itu tidak menjamin bahwa mereka semua selamat. Orang yang tidak punya hukum Taurat maka mereka tidak bisa berdalih bahwa Tuhan menaruh hukum di hati mereka. Tetapi bagi mereka yang punya hukum Taurat tetapi tidak melakukannya maka mereka akan dihakimi sesuai hukum itu.
3. SOLUSI INJIL BUKAN AGAMA
Tidak ada perbuatan baik atau ibadah yang menyelamatkan kita, tidak ada doa hafalan yang bisa menyelamatkan kita, idak ada bakti sosial yang bisa menyelamatkan kita dan tidak ada jumlah sumbangan tertentu yang bisa menyelamatkan kita.
Roma 2:14-16
14Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. 15Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. 16Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, SESUAI DENGAN INJIL yang kuberitakan, AKAN MENGHAKIMI segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, OLEH KRISTUS YESUS.
Didalam setiap hati manusia itu ditulis hukumnya Tuhan, tetapi kita tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya yaitu karena kita adalah keturanan Adam dan Hawa yang sudah jatuh dalam dosa.
Sesuai dengan injil apa yang yesus lakukan sebelum Dia datang untuk menghakimi?
Filipi 2:5b-11
Kristus Yesus, 6yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 9Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 11dan segala lidah mengaku: ”Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Sang Hakim kebenaran yaitu Kristus, rela mati bagi kita yang sok benar supaya kebenaran kita yang palsu digantikan oleh kebenaran sejatinya. Hukum Taurat menyingkapkan penyakitnya dan Injil memberikan obatnya. Banyak orang merasa special karena mereka tahu tentang Injil, tahu tentang Tuhan, mendengar kotbah dan menaruh ayat-ayat alkitab di screen saver mereka atau di gantung di tembok rumah mereka serta suka berdebat dimana-mana dan marah terhadap mereka yang doktrinnya salah. Kita bisa kelihatan lebih rohani tetapi ternyata kita sama dengan pezinah, sebab kalau kita menganggap diri kita lebih tinggi dari orang yang belum mengerti Injil sebenarnya dahulu kita juga sama seperti mereka. Tanpa ada Roh Kudus yang bekerja dalam hidup kita maka kita bisa sama dengan mereka. Kalau kita ada seperti sekarang itu semata-mata karena anugerah dan kuasa Roh Kudus sehingga kita tidak boleh merasa lebih tinggi dari mereka. Kita perlu memberitakan Injil dengan kasih. Tuhan yang mengasih kita juga panjang sabar dengan kita sebab itu kita juga perlu panjang sabar terhadap mereka yang saat ini tidak mau menerima Injil.
Galatia 2:16
Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.
APLIKASI
Kalau kita sadar bahwa hidup kita di dalam Kristus adalah karena anugerah kasih karunia Tuhan maka :