The Danger Of Hypocrisy

 The Gospel Week 5 " The Danger Of Hypocrisy " 

Rev. Michael Chrisdion, MBA

 

Pembacaan : Roma 2: 17 – 29

           1. KEMUNAFIKAN AGAMAWI ADALAH PENYEMBAHAN BERHALA 

Roma 2:17
17Tetapi, jika kamu menyebut dirimu ORANG YAHUDI dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah, 

Paulus bicara mengenai siapa orang Yahudi ini yaitu mengenai mereka yang bangga dan sombong dengan keagamaan dan keturunan mereka. Pada waktu kita membaca bagian ini maka kita mungkin mudah sekali menganggap bagian ini tidak relevan dengan kita karena ini tidak berbicara mengenai kita sebagai orang Kristen tetapi mengenai orang Yahudi. Namun dalam suratnya di Roma ini maka Paulus sering membandingkan antara orang Yunani dengan orang Yahudi. Orang Yunani menggambarkan golongan orang yang tidak memiliki hukum Taurat dimana maksudnya adalah tidak beragama. Sedangkan orang Yahudi adalah gambaran orang yang beragama dan taat beribadah.

  • Bersandar Kepada Hukum Taurat.

Roma 2:17
17Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi  dan BERSANDAR KEPADA HUKUM TAURAT, bermegah dalam Allah, 

Agama itu prinsipnya hampir mirip dengan dunia sehingga banyak dari kita mudah tercemari dengan sistim dunia. Sebagai contoh kalau kalau seorang pegawai maka harus kerja dahulu baru dapat upahnya atau sekolah dahulu baru dapat ijazah. Jadi ada sistim upah sehingga kalau kita melakukan kegiatan selalu berpikir apa keuntungannya bagi kita. Demikian juga sekalipun kita sudah Kristen yang sekalipun sudah sadar bahwa kita ini diselamatkan karena kasih karunia oleh iman. Tetapi seringkali lupa bahwa semua yang kita lakukan yaitu ketika kita melakukan kegiatan agama maka kita bukan kembali pada Injil tetapi pada sistim dunia. Setiap kali kita melakukan kegiatan agama yang bertujuan untuk mendapatkan sesuatu dari Tuhan atau supaya Tuhan melakukan sesuatu bagi kita maka itu artinya kita sudah bersandar pada Hukum Taurat. Tidak ada yang salah dengan Hukum Taurat tetapi ketika kita bersandar menggunakan Hukum Taurat sebagai jalan keselamatan maka itu akan membawa kita kepada kebinasaan. 

  • Bermegah

Roma 2:17
17Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi  dan bersandar kepada Hukum Taurat,BERMEGAH dalam Allah, 

Orang Yahudi bukan saja bersandar pada Hukum Taurat tetapi juga bermegah yaitu merasa lebih tinggi atau lebih hebat dari yang lain. Mungkin kita berpikir bahwa itu adalah untuk orang Yahudi namun sebenarnya peringatan itu juga ditujukan untuk kita orang Kristen. Bagi kita orang Kristen yang mungkin rajin ke gereja, bahkan ada dari kita yang sejak lahir sudah menjadi orang Kristen mulai dari nenek moyang  dan dibesarkan dengan tradisi Kristen serta hampir dari anggota keluarga kita  aktif melayani dan menjadi hamba Tuhan. Namun ketika kita bangga dan bermegah dengan semua itu maka itu sama juga dengan penyembahan berhala.

Berikut adalah Roma 2: 17 – 20 versi modern dimana kata-kata “orang Yahudi “ diganti dengan “orang Kristen”, kata-kata “kamu “ diganti dengan “kita “ dan kata-kata “hukum Taurat “ diganti dengan “ Firman Tuhan dan doktrin dan apologetika “

Roma 2:17-20
KITA menyebut diri KITA ORANG KRISTEN yang telah dilahirkan kembali karena KITA yakin KITA benar di hadapan Tuhan karena KITA menandatangani kartu komitmen, atau maju altar call, angkat tangan atau menirukan doa pendeta, dan KITA menangis hari itu. KITA dijamah Tuhan karena merasakan Tuhan, jadi KITA pasti telah bertobat malam itu. Dan, sejak itu KITA sudah menghafal lusinan ayat FIRMAN TUHAN, dan KITA tahu jawaban yang benar untuk banyak pertanyaan DOKTRIN & APOLOGETIKA. Dan KITA memimpin orang lain untuk membuat komitmen kepada Kristus dalam Kelompok kecil yang KITA pimpin. Dan KITA punya keiniginan untuk mendalami Alkitab — itulah sebabnya KITA membaca Roma Saat ini!

Tim Keller berkata 

“ penyembahan berhala adalah mengubah sesuatu yang baik menjadi hal yang terutama yang kita sandarkan kepercayaan kita dan kita bermegah atasnya untuk mendapatkan harga diri, penerimaan, kenyamanan dan kontrol dalam hidup kita. 

Kalau kita menaruh kepercayaan kita dan berpijak, bersandar serta bermegah atas aktifitas rohani kita maka kita sudah menyembah berhala. Tidak ada yang salah dengan bermegah atas karya Kristus tetapi bermegah atas apa yang kita lakukan kepada Tuhan sebagai cara untuk mendapatlan perkenanan Tuhan akan membawa kita kepada kesombongan.

Tidak ada yang salah dengan hafal ayat Firman Tuhan, bejalar doktrin dan apologetika namun saat kita bermegah akan pengetahuan kita dan menganggap kita mendapatkan perkenanan Tuhan lebih daripada saudara-saudara kita yang lainnya maka kita sudah masuk dalam penyembahan berhala yaitu menyembah pengetahuan kita. 

Waktu kita memuridkan maka apa motivasi kita memuridkan? Apakah ketika kita melihat orang yang kita muridkan sekarang menjadi hebat dan kita merasa berjasa, siapa yang dimuliakan? Waktu kita pelayanan maka apa motivasi pelayanan kita ?  Kita mungkin menjadi menjadi koordinator ibadah dan merasa kalau tidak ada kita maka ibadah menjadi kacau,  siapa yang berjasa dan siapa  yang dimuliakan? Waktu kita bemegah atas hal-hal tersebut maka sebenarnya kita sudah jatuh dalam penyembahan berhala. 

Roma 2:21-22
21Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: ”Jangan mencuri,” mengapa engkau sendiri mencuri? 22Engkau yang berkata: ”Jangan berzinah,” mengapa engkau sendiri berzinah?

Waktu kita mendengarkan kotbah maka yang kita pikirkan bahwa kotbah itu perlu untuk diri kita sendiri lebih dahulu atau berpikir bahwa kotbah itu seharusnya ditujukan untuk orang lain. 

Seorang teolog reformed bernama Martyn Lyod Jones berkata “

“Saat Anda membaca Alkitab setiap hari, apakah Anda menerapkan kebenaran pada diri Anda sendiri? Apa motif Anda saat membaca Alkitab? Apakah hanya untuk mengetahuinya sehingga Anda dapat menunjukkan kepada orang lain seberapa banyak Anda tahu, dan berdebat dengan mereka, atau apakah Anda menerapkan kebenaran itu pada diri Anda sendiri? ... Saat Anda membaca ... apakah anda katakan pada diri Anda sendiri, ‘Ini saya! Apa yang dikatakannya tentang saya? ’Biarkan Kitab Suci menyelidiki Anda, jika tidak maka itu bisa sangat berbahaya. Ada perasaan di mana semakin banyak Anda mengetahui [Alkitab], semakin berbahaya bagi Anda, jika Anda tidak menerapkannya pada diri Anda sendiri. ”

Matius 23:3b-5a
mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 4Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. 5 Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;

Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dikenal akan kemunafikannya. mereka memiliki banyak pengetahuan mengenai hukum Taurat, namun mereka tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka sendiri. Mereka egois, gila hormat, menginginkan kedudukan yang tinggi, suka dipuji orang lain, dan sifat-sifat munafik lainnya. Dan Yesus mengatakan, bahwa siapa yang meninggikan dirinya maka ia akan direndahkan dan siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan.

          2. KEMUNAFIKAN AGAMAWI ADALAH MENGHUJAT TUHAN. 

  • Kemunafikan Agamawi Membuat Nama Tuhan Di Hujat Karena Hidup Kita Menjadi Batu Sandungan.

Roma 2:23-24
23Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? 24 Seperti ada tertulis: ”Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain.”

Banyak orang yang kecewa dengan kekristenan karena melihat perbuatan-perbuatan orang Kristen bahkan para hamba Tuhan yang menjadi batu sandungan. Memang tidak semua seperti itu namun kemunafikan agamawi dapat membuat orang menghujat Tuhan. Orang yang seharusnya membutuhkan Tuhan menjadi menolak Tuhan disebabkan oleh kelakuan kita yang seringkali merendahkan, menghakimi dan merasa lebih tinggi dari yang lain. Berapa banyak orang yang sudah tidak mau lagi datang ke gereja untuk mendengar Injil karena kelakuan orang-orang Injili. 

Yesus berkata :

Matius 7:3-5
3Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? 4Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. 5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

  • Kemunafikan Agamawi Justru Membuktikan Tuhan Dan Kuasanya Tidak Ada Di Dalam Keagamawian Kita. 

Roma 2:25-27
25Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya. 26Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat? 27Jika demikian, maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan hukum Taurat, akan menghakimi kamu yang mempunyai hukum tertulis dan sunat, tetapi yang melanggar hukum Taurat.

Tidak ada gunanya alkitab di samping tempat tidur kita kalau isinya tidak ada di dalam hati kita. Tidak ada gunanya memakai kalung salib yang besar di leher kita  kalau karya salib Kristus tidak merubah hati kita dan Yesus tidak ada di dalam hati kita. Bagaimana solusinya ?

          3. JAWABAN INJIL DALAM SUNAT ROHANI. 

Roma 2:28-29
28Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. 29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.

Mengapa Rasul Paulus membahas konsep sunat dan dijadikan solusi bagi bahaya akan kemunafikan dan apa makna sunat itu?

Makna Sunat Di Perjanjian Lama.

Kejadian 17:10-11
10 Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; 11 haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu

Lambang perjanjian antara Allah dengan Abraham. Sunat merupakan tanda kepunyaan Tuhan secara fisikal yang telah dimeteraikan Allah dengan memotong sesuatu yang sangat privat yaitu sesuatu yang sangat menyakitkan dan juga terjadi penumpahan darah. Jadi makna sunat di Perjanjian Lama yaitu sebagai tanda visual secara fisik sebagai tanda kalau sampai ikatan perjanjian (covenant) dilanggar akan terputus dari perjanjian itu. 

Sebab itu  apa yang Tuhan katakan kepada Abraham adalah “ sebagai tanda bahwa kamu adalah umatku, Abraham kamu perlu disunat sebagai tanda bagimu dan semua orang yang mengenalmu, jika kamu melanggar perjanjian maka kamu akan dipotong,  putus hubungan,  terpotong dari kekekalan, terpotong dari berkat, terpotong dari kehidupan dan  terpisah dari Tuhan.  Itulah simbol sunat yang sesungguhnya.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah keturunan Abraham dan keturunannya yang disunat itu terus setia? Mereka melanggar berkali-kali dan tidak ada yang bisa sempurna menaati ikatan perjanjian itu. Oleh sebab itulah Rasul Paulus telah mendedikasikan Roma 2 untuk menjelaskan hal ini yaitu  bagaimana Tuhan bisa memiliki umat yang setia? Bagaimana mungkin ada orang yang bisa benar-benar  taat dan tidak melanggar perjanjianNya?

Di sinilah perjanjian lama adalah bayangan dari apa yang akan digenapi di Perjanjian Baru dimana “pemotongan” yang merupakan tanda sunat yang akan terjadi melalui karya Kristus.

Kolose 2:11
Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,

Sunat Kristus adalah sunat yang tidak dilakukan oleh manusia tetapi penanggalan akan tubuh yang berdosa. 

Kolose 2:13-14
Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib

Di atas salib maka Yesus Kristus yang tanpa dosa dan yang semestinya tidak harus dipotong dari hubunganNya dengan Allah Tritunggal dimana Dia adalah pribadi kedua dari Allah Tritunggal. Namun di atas salib maka Dia berkata “…Eloi-Eloi….Lama Sabakhtani (Markus 15:34) dimana Dia terpotong hubungannya dengan Allah yang sebelumnya tidak pernah terpotong sama sekali. Ada darah tercurah dimana ada sesuatu yang privat bagi Allah Tritunggal dimana Dia dipisahkan karena harus menanggung apa yang seharusnya kita tanggung. Kita semua sebenarnya adalah pelanggar-pelanggar perjanjian dan kitalah yang seharusnya dipotong namun Yesus yang menanggungnya supaya itu tidak ditimpakan kepada kita.

Yesaya 53:8 – 

Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.

Sebab itu waktu kita melakukan kegiatan agama maka janganlah bermegah atas keagamaan kita tetapi bermegahlah atas salib Kristus, sebab semestinya kita yang ada di sana tetapi Tuhan yang menggantikan kita. Dan kalau kita bisa beribadah, melayani dan memberi maka motivasinya bukan supaya mendapatkan tetapi karena sudah menerima dari Tuhan. Kita melakukan semua yang terbaik sebab Allah telah melakukan yang terbaik bagi kita. 

Yesus disunat (terpotong) dari BapaNya di surga untuk menanggung kutukan para pelanggar ikatan perjanjian. Dia menderita hukuman yang seharusnya kita terima sebagai pelanggar hukum baik kita yang beragama maupun yang tidak beragama.

APLIKASI

Ketika Roh Kudus bekerja dalam diri kita, Roh Kudus mengaplikasikan sunat Kristus yaitu karya salib Kristus).  Kita menerima perkenanan Allah bukan karena doa, puasa, persembahan, atau pelayanan kita malah kalau kita  bermegah karena itu maka kita sebenarnya layak mendapatkan hukuman, tetapi karena karya Kristus maka kita diselamatkan. Sehingga waktu kita melayani Tuhan bukan untuk supaya menerima apapun dari Tuhan sebab kita sudah menerima karya terbesar dalam hidup kita. Kalau kita melakukan segala sesuatu dengan yang terbaik bukan untuk bermegah namun karena Tuhan sudah memberikan yang terbaik bagi kita. Kalau Tuhan sudah memberikan keselamatan bagi kita maka semestinya kita memiliki rasa hormat atas hidup kita, atas kesempatan dan atas semua yang dititipkan Tuhan dalam hidup kita. Hidup kita bukan kita lagi tetapi Kristus yang tinggal dalam kita.