El Shaddai

The Name Of The Lord Week 5 EL SHADDAI : THE ALMIGHTY GOD 

Ps. Yosia Yusuf

 

Kejadian 35:9-15

Tidak banyak dari kita yang suka kalah tetapi suka menang Tetapi kita harus memahami bahwa ada satu pertarungan yang jika kita menang, kita kalah. Tetapi jika kita kalah, kita menang. Dan pertarungan ini bukanlah pilihan. Setiap umat Kristus harus melewati pertarungan ini. Ini adalah pertarungan terpenting dalam hidup kita. Ini lebih penting daripada pertarungan untuk mendapatkan belahan jiwa kita. Ini lebih penting daripada pertarungan untuk mencapai impian kita. Ini adalah pertarungan yang menentukan kehidupan. Dan dalam pertarungan terpenting dalam hidup kita, kita tidak boleh menang. Kita harus belajar untuk kalah. Karena kekalahan dalam pertarungan ini adalah kemenangan.

Saya yakin kita sangat suka dengan perkataan Allah Mahakuasa. Karena itu berarti bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Allah sanggup melakukan hal-hal yang mustahil. Adalah bagian dari deskripsi pekerjaan Allah untuk membuat hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Jadi hari ini mungkin kita sedang dihadapi dengan ketidakmungkinan dalam pekerjaan kita. Mungkin kita menghadapi ketidakmungkinan dalam kesehatan, dalam hubungan suami istri, dalam rumah tangga, dalam sekolah. Tetapi ketahuilah bahwa kita memiliki El Shaddai. Dan Allah sanggup mengubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Yang Allah butuhkan hanyalah dengan berfirman, dan segala sesuatu yang keluar dari mulut-Nya pasti akan terjadi. Allah Mahakuasa. Kita menyukai ini. Tetapi ada sisi lain dari Allah Yang Mahakuasa yang kita tidak sukai. Karena jika Allah Mahakuasa, ini berarti bahwa kita tidak mahakuasa. Dan kita mengerti ini secara teori. Kita tahu bahwa kita tidak mahakuasa. Tetapi seringkali kita hidup seolah-olah kita mahakuasa. Dan salah satu pelajaran tersusah dalam mengikuti Allah adalah untuk menyadari bahwa kita tidak mahakuasa. Tetapi disini ironinya. Justru sewaktu kita menyadari bahwa kita tidak mahakuasa, disitulah kita akan mengalami bahwa Allah Mahakuasa.

Untuk menjelaskan ini maka kita akan melihat dua klimaks dari kehidupan Yakub yang berkesambungan. Kisah Yakub adalah salah satu kisah yang paling menarik di seluruh Alkitab. Yakub adalah salah satu dari segelintir “pahlawan” dalam Alkitab yang hidupnya berantakan dari awal hingga akhir. Kita hampir tidak pernah melihat Yakub melakukan sesuatu dengan benar. Dia berbuat kesalahan demi kesalahan tetapi kasih karunia Allah terus mengejar Yakub dan mengubahnya menjadi manusia yang baru. Kisah Yakub adalah gambaran Injil. Mari kita lihat kehidupan Yakub. Khotbah ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Nama yang lama; Nama yang baru; Berkat misi.

NAMA YANG LAMA

Untuk kita bisa mengerti bobot apa yang terjadi, kita perlu mengetahui sejarah Yakub terlebih dahulu. Yakub adalah putra Ishak dan Rebeka. Jadi dia adalah cucu Abraham. Dan kita tahu bahwa Allah berjanji kepada Abraham bahwa dari keturunannya, seluruh keluarga di bumi akan diberkati. Dari keturunan Abraham, akan datang Mesias yang akan menyelamatkan dunia. Dengan kata lain, dalam setiap generasi akan ada yang satu anak yang menerima berkat khusus dan membawa benih Mesianik. Dan kita tahu bahwa Abraham memiliki dua putra, Ismail, dan Ishak. Tetapi anak perjanjiannya bukanlah Ismail melainkan Ishak. Tidak sukar bagi kita untuk menerimanya karena Ishak adalah anak dari istri sah Abraham. Tetapi disini letak masalahnya. Ishak dan Rebeka melahirkan anak laki-laki kembar, Esau dan Yakub. Siapa yang akan menerima berkat khusus?

Secara budaya, anak yang keluar terlebih dahulu akan mewarisi berkat khusus. Dan Esau keluar lebih dahulu. Tetapi kemudian sesuatu yang aneh terjadi. Seolah-olah, Yakub tahu pentingnya menjadi anak sulung, Yakub keluar sambil memegang tumit Esau. Bahkan di dalam rahim ibunya, Yakub sudah bergulat dengan Esau. Nama Yakub berarti “pemegang tumit” atau pegulat. Arti lain dari namanya adalah “penipu.” Saya tidak tahu mengapa ada orang yang memberi nama bayi mereka seperti itu. “Oh, bayimu lucu sekali. Siapa namanya?” “Namanya Penipu.” Tetapi dua makna ini menyimpulkan kehidupan Yakub. Yakub menghabiskan sebagian besar hidupnya bergulat dan menipu orang. Jadi, ketika saatnya tiba bagi Ishak untuk memberikan berkat kepada Esau, Yakub berpura-pura menjadi Esau. Yakub mendatangi Ishak dan berkata, “Papa… ehemmm… Papa, aku membawakan makanan yang kamu minta.” Ishak bertanya, “Siapa kamu?” Dan Yakub menjawab, “Aku Esau, anak sulungmu.” Dengan demikian, Yakub mencuri identitas dan berkat Esau. Dan ketika Esau mengetahuinya, Esau marah dan dia ingin membunuh Yakub. Kemudian Yakub lari ke rumah pamannya, Laban, untuk bersembunyi dari Esau.

Maju cepat beberapa tahun, Yakub menjadi orang yang kaya. Banyak hal yang terjadi pada Yakub. Dia jatuh cinta, setuju untuk bekerja selama 7 tahun untuk mendapatkan belahan jiwanya, mengadakan pesta pernikahan, hanya untuk bangun keesokan paginya, “Aduh kaget. Kamu siapa? Oh, kamu istriku. Sayang, kamu koq mirip sekali sama cicimu kalau ga pake make-up? Eh, lo, huh?” Paman Laban menipu Yakub untuk menikahi kakak perempuan wanita yang dicintainya. Kemudian Yakub setuju untuk bekerja selama 7 tahun lagi untuk mendapatkan kekasih jiwanya. Jadi Yakub memiliki dua istri, dan dua istri ini adik kakak. Kemudian kedua istri ini bersaing siapa yang dapat memberikan Yakub anak laki-laki paling banyak. Namun kemudian Laban menipu Yakub dan mengubah gajinya sebanyak 6 kali, tetapi Yakub juga menipu Laban. Jadi, ada dua penipu hkital yang saling menipu satu sama lain. Ini cerita yang lebih menarik daripada drama Korea.

Dan setelah 20 tahun berlalu sejak Yakub meninggalkan rumah, Allah menampakkan diri kepada Yakub dalam mimpi dan berkata kepada Yakub untuk kembali ke tanah kelahirannya. Yakub taat. Namun, ada satu masalah. Terakhir kali Yakub meninggalkan rumah, Esau ingin membunuh Yakub. Dan Yakub mendengar dari utusannya bahwa Esau akan datang untuk menemui dia dan Esau membawa 400 orang bersama dia. Bukan 4. Bukan 40. Melainkan 400. Ini adalah ukuran pasukan kecil. Jadi Esau datang menemui Yakub dengan 400 orang pasukan. Jika kita Yakub, apa yang ada di pikiran kita? Hanya ada satu kesimpulan. “Esau datang untuk membunuhku.” Setuju? Kemudian Yakub menjadi sangat takut dan tertekan. Dia putus asa. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, Yakub berdoa kepada Allah meminta perlindungan. Dan malam sebelum dia bertemu dengan Esau, Yakub tinggal di sisi sungai sendirian. Dan pastinya, ini adalah malam tergelap dan terpanjang dalam hidup Yakub. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Yakub berpikir, “Apakah Esau akan membunuhku? Tuhan, di mana kamu? Kamu memerintahkan aku untuk kembali ke rumah orangtuaku dan sekarang Esau sedang dalam perjalanan untuk membunuh aku. Apa yang harus aku lakukan? Tolong aku.” Dan kemudian sesuatu yang tidak terduga terjadi.

Kejadian 32:24-27 – Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. Lalu kata orang itu: "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing." Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku."

 

Seorang pria muncul dan bergulat dengan Yakub sepanjang malam. Dan ternyata pria ini tidak lain adalah Allah yang mengambil wujud manusia. Tetapi mengapa Allah melakukannya? Mengapa Allah datang di malam itu? Apakah Allah sedang bosan di surga dan tidak ada kerjaan? Inilah alasannya. Allah sedang mengejar Yakub. Sebelum pertemuan ini, Yakub tahu banyak tentang Allah. Yakub mendengar cerita tentang Allah dari kakeknya Abraham dan ayahnya Ishak. Yakub menyebut Allah sebagai Allah Abraham dan Ishak. Dan tidak hanya itu, Yakub juga mengetahui janji Allah untuk hidupnya. Allah mengungkapkan janji-Nya kepada Yakub melalui mimpi. Saya akan mengambil satu langkah lebih jauh. Yakub tidak hanya tahu tentang Allah, dia tidak hanya tahu janji Allah, Yakub juga mengalami berkat Allah. Allah memberikan dia keluarga dan kekayaan. Tetapi ada satu hal yang tidak dimiliki Yakub. Yakub tidak memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Yakub mengalami berkat-berkat Allah, tetapi dia tidak pernah mengalami Allah. Inilah kekhawatiran saya. Ada banyak umat Kristus di gereja yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Sangatlah mungkin untuk semangat dengan apa yang Allah lakukan di gereja dan tidak mengalami Allah secara pribadi. Tetapi lihat apa yang terjadi.

Pada malam tergelap dalam hidupnya, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Apa yang Yakub inginkan adalah agar Allah melindungi dia dari Esau. Ini doa Yakub. Tetapi Allah memberikan Yakub jawaban yang aneh. Jawaban Allah atas doa Yakub untuk perlindungan adalah pertarungan. Allah menyerang Yakub. Dan perhatikan dengan seksama. Bukan Yakub yang ingin bergulat dengan Allah, tetapi Allahlah yang ingin bergulat dengan Yakub. Pada saat terlemah dan paling rapuh, Allah menyerang Yakub. Mengapa? Karena yang Yakub inginkan adalah perlindungan dari Esau tetapi yang Allah inginkan adalah Yakub. 

Jadi ini yang perlu kita pahami. Ada saatnya Allah akan menyerang kita. Ada kalanya dia akan menjawab doa kita dengan jawaban yang aneh: pertarungan. Dan Allah tidak bertarung dengan kita untuk membunuh kita. Dia bertarung dengan kita untuk memberkati kita. Yakub berpikir apa yang dia butuhkan adalah perlindungan Allah dari Esau, tetapi Allah tahu yang dibutuhkan Yakub pada akhirnya adalah Allah. Dan Allah sengaja bergulat dengan Yakub. Allah mengejar Yakub. Dan saya percaya Allah yang sama sedang mengejar banyak dari kita hari ini.

Jadi, Yakub dan Allah bergulat sepanjang malam.. Ini bukan pertarungan yang main-main. Ini adalah pertarungan antara hidup dan mati. Dan inilah yang menarik. Yakub menghabiskan hidupnya bergulat untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia bergulat dengan Esau. Dia bergulat dengan Laban. Dia bergulat dengan istrinya. Dan pada akhirnya Yakub selalu menang. Gulat adalah perumpamaan hidup Yakub. Dan sekarang, Allah datang dan bergulat dengan Yakub.

Namun, kali ini berbeda. Yakub tidak bisa menang. Tidak peduli seberapa keras dia berusaha, dia tidak bisa mengalahkan musuhnya. Tetapi yang membuat saya heran bukanlah karena Yakub tidak bisa menang, tetapi karena Allah terus bergulat dengan Yakub sepanjang malam. Mengapa Allah melakukannya? Apakah Yakub terlalu kuat untuk Allah? Tentu saja tidak. Kita tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tetapi mengapa Allah harus bergulat dengan Yakub sepanjang malam? Mengapa Allah tidak menghancurkan Yakub dari awal? Perhatikan ini. Kita tidak akan pernah tahu siapa Allah sampai kita melawan Allah dengan seluruh kekuatan kita dan menjadi sangat frustrasi karena ketidakmampuan kita untuk mengalahkan Allah.

Kita mungkin bisa mendengar khotbah ribuan kali bahwa Allah adalah yang kita butuhkan, dan itu sama sekali tidak membantu kita. Mengapa? Karena kita semua adalah orang yang lahir di dalam dosa. Kita dilahirkan dengan keinginan untuk mengejar keinginan diri kita sendiri. Dosa menguasai hati kita dan membuat kita berpikir bahwa kita mahakuasa. Sangat sukar bagi kita untuk mempercayai Allah dan itulah sebabnya kita bergulat dengan Allah. Karena itu, masalah utama kita dalam hidup adalah satu: Allah. Saya akan buktikan kepada kita. Coba ingat salah satu penyesalan terbesar dalam hidup kita. Bukankah penyesalan itu datang karena kita menolak untuk mempercayai Allah? Kita tahu apa yang Allah katakan tetapi kita terus bergulat dengan Allah sepanjang malam dan kita memutuskan untuk melakukan apa yang kita inginkan. Kita menang. Tetapi kemudian kita menyesal. Kita lihat apa yang terjadi? Kita berpikir Esau adalah masalah utama kita. Tidak, Esau bukanlah masalah utama kita. Masalah utama kita adalah Allah. Dosa dalam hidup kita membuat kita menolak untuk mempercayai Allah Yang Mahakuasa dan kita bergulat melawan Allah. Tetapi sebaliknya juga benar. 

Sekali lagi, kita bergulat dengan Allah sepanjang malam. Tetapi kali ini kita tidak menang. Kita kalah. Kita memutuskan untuk mempercayai Allah. Dan Allah mengubah hati kita melaluinya. Apakah saya benar? Seringkali, Allah harus bergulat dengan kita untuk mengubah kita. Namun pada saat kita bergulat, kita mungkin tidak mengerti mengapa. Mengapa sepertinya Allah menjadi musuh kita? Tetapi mari saya beritahu. Adalah kasih karunia dan kebaikan Allah yang menempatkan diri-Nya sebagai musuh kita untuk bergulat dengan kita dan mengubah kita.

Satu-satunya cara kita bisa mengalami betapa manis dan indahnya kasih karunia Allah adalah ketika kita bergulat dengan Dia sepanjang malam. Saat kita melawan Dia dengan seluruh kekuatan kita, tetapi kita tidak bisa menang. Ketika kita frustrasi, kecewa dan lelah, ketika kita mencoba semua yang kita bisa tetapi tidak ada yang berhasil, baru kita akan menyadari siapa yang sebenarnya sedang bergulat dengan kita. Kita tidak dapat mempelajari ini melalui khotbah. Ini adalah pelajaran yang datang melalui frustrasi dan kelemahan. Dan Allah dalam kasih karunia-Nya dengan sengaja menjadikan diri-Nya musuh kita dan bergulat dengan kita sepanjang malam untuk menunjukkan hal ini. Dan bagi banyak dari kita, pribadi Allah belum menjadi nyata karena kita belum cukup frustrasi. Kita belum bergulat dengan Dia sepanjang malam dan kalah. Tetapi Allah dalam kasih karunia-Nya akan datang dan menyerang kita. Saat itulah dan hanya pada saat itulah kita akan mengetahui bahwa Allah Mahakuasa.

Setelah bergulat sepanjang malam, Allah melihat bahwa Yakub tidak mau menyerah. Jadi, Allah menggunakan sebagian kecil dari kekuatannya yang sebenarnya. Alkitab menulis bahwa pria ini memukul sendi Yakub. Dalam bahasa Ibrani, kata “memukul” ​​sebenarnya adalah menyentuh. Jadi, Allah tidak menggunakan jurus rahasia untuk mengalahkan Yakub. Tidak. Allah hanya menyentuh Yakub, “Ting”, dan pinggul Yakub terkilir. Artinya, Allah membatasi diri-Nya sepanjang malam. Dia ingin Yakub mengalami frustrasi bergulat dengan Dia sepanjang malam. Dan ketika tiba saatnya untuk pergi, Allah menyentuh Yakub, dan pertarungan berakhir dalam hitungan detik. Akhirnya, Yakub sadar. Pada saat Allah melepaskan sendi pinggulnya, Yakub menyadari bahwa dia tidak bergulat dengan manusia; dia bergulat dengan Allah. Apakah kita melihat apa yang terjadi? Allah harus menghancurkan kekuatan Yakub agar Yakub berhenti bergulat dan mulai memeluk Allah. Inilah pelajaran bagi kita. Kita harus memeluk sentuhan Allah. Dan dengan sentuhan, yang saya maksud bukanlah sensasi emosional dengan bernyanyi, “Dia jamah…” Dengan sentuhan Allah, yang saya maksud adalah saat Allah menggunakan sebagian kecil dari kekuatan-Nya untuk melumpuhkan kita.. Allah tidak bermain adil. Allah tidak membutuhkan izin kita untuk menghancurkan hidup kita dan mengubah kita melaluinya. Dia adalah Allah.

Jadi, Yakub sangat kesakitan karena sentuhan Allah. Dia tidak berdaya di hadapan Allah. Tetapi di sinilah yang menakjubkan. Allah berkata, “Waktu bermain sudah berakhir. Aku harus pergi.” Dan Yakub menjawab, “Aku tidak akan membiarkan kamu pergi sebelum kamu memberkati aku.” Dengan kata lain, inilah yang dikatakan Yakub. “Aku sangat kesakitan. Aku tidak berdaya di hadapanmu. Kamu sudah mengalahkan aku. Tetapi aku tidak akan membiarkanmu pergi. Sekarang aku tahu siapa kamu. Aku tahu dengan siapa aku bergulat. Dan aku tidak bisa kembali seperti dulu. Aku tidak punya apa-apa lagi yang bisa aku kitalkan. Keluargaku, kekayaanku, semuanya tidak ada artinya. Sekarang aku tahu yang aku butuhkan adalah kamu. Dan aku tidak akan membiarkan kamu pergi sampai kamu memberkatiku.” Wow. Perhatikan. Sentuhan Allahlah yang mengubah ketergantungan diri Yakub kepada dirinya menjadi iman kepada Allah. Hanya ketika Yakub tidak berdaya, dia belajar untuk berpegang teguh kepada Allah Yang Mahakuasa. Karena itu, jangan membenci sentuhan Allah. Jangan mengecilkan rasa sakit dan penderitaan. Karena dalam rasa sakit dan penderitaanlah kita belajar untuk berpegang teguh kepada Allah.

NAMA YANG BARU

Kejadian 32:27-29 – Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah namamu?" Sahutnya: "Yakub." Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang." Bertanyalah Yakub: "Katakanlah juga namamu." Tetapi sahutnya: "Mengapa engkau menanyakan namaku?" Lalu diberkatinyalah Yakub di situ.

Setelah Allah melihat respon Yakub, Allah berkata, “Siapakah namamu?” Harap dicatat bahwa Allah tahu nama Yakub. Allah mengenal Yakub lebih dari Yakub mengenal dirinya sendiri. Jadi, ketika Allah menanyakan nama Yakub, Allah tidak mencari informasi baru. Allah ingin Yakub mengakui siapa Yakub sebenarnya. Dan Yakub menjawab, “Namaku Yakub.” Ingat, bertahun-tahun yang lalu, Ishak bertanya kepada Yakub, “Siapa kamu?” Dan Yakub menjawab, “Aku Esau, anak sulungmu.” Tetapi sekarang di hadapan Allah, Yakub tidak bisa lagi berpura-pura. Yakub tidak bisa lagi bersembunyi. Dia sudah tidak berdaya untuk melakukannya. Jadi, dia mengaku, “Aku Yakub. Aku telah bergulat sepanjang hidupku untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Tetapi aku tidak mampu lagi. Aku Yakub, seorang penipu.” Dan ketika Yakub mengakui siapa dirinya, Allah tersenyum dan berkata, “Mulai sekarang, nama kamu bukan lagi Yakub. Kamu bukan lagi penipu. Aku akan memberimu nama yang baru. Mulai hari ini kamu adalah Israel.” Dan Allah memberkati Yakub. Yakub akhirnya menerima berkat yang telah dia cari sepanjang hidupnya.

Tetapi di sini yang menarik. Allah memberikan Yakub identitas yang baru. Sejak saat itu, Yakub akan dikenal sebagai Israel. Namun yang menarik bukanlah nama baru itu sendiri, melainkan alasan atas nama baru tersebut. Allah memberikan Yakub nama baru karena Yakub telah bergumul dengan Allah dan menang. Bukan menang. Yakub kalah telak melawan Allah. Tetapi Allah berkata, “Yakub, kamu telah bergulat sepanjang hidupmu. Kamu telah menipu orang-orang untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. Tetapi sekarang kamu tidak berdaya di hadapanku. Aku telah melumpuhkanmu. Tetapi Aku akan memberimu hadiah. Aku akan memanggil kamu orang yang telah bertarung dengan Allah dan menang.” Apa?

Ini adalah pelajaran terpenting dalam cerita Yakub. Yakub memenangkan pertarungan dengan cara kalah dalam pertarungan. Ada pertarungan yang hanya bisa kita menangkan dengan kekalahan. Dan Yakub melakukannya. Yakub kalah dalam pertarungan, tetapi Allah menyatakan dia sebagai pemenang. Karena dengan kalah dalam pertarungan terpenting dalam hidupnya, Yakub memperoleh sesuatu yang tidak ia miliki sebelumnya. Yakub menerima berkat Allah yang sesungguhnya. Dan berkat Allah tidak datang dalam paket kesehatan dan kekayaan. Yakub kehilangan sebagian besar kekayaannya kepada Esau. Dan sejak hari itu, Yakub pincang. Perjumpaan Yakub dengan Allah meninggalkan bekas yang permanen dalam kehidupan Yakub. Dia pincang selamanya karenanya. Tetapi Yakub adalah pemenang. Bagaimana mungkin? Karena dengan kalah dalam pertarungan, Yakub menerima berkat terbesar yang bisa diterima manusia. Berkat yang pada akhirnya dibutuhkan Yakub bukanlah perlindungan dari Esau, bukanlah kasih Rahel, ataupun pengakuan Ishak. Yang akhirnya dibutuhkan Yakub adalah pribadi Allah itu sendiri. Dan ini adalah kemenangan.

Dan inilah Injil. Berlawanan dengan kepercayaan populer, Allah tidak pernah menjanjikan kita kekayaan dunia ini. Allah tidak pernah menjanjikan kesehatan dan keluarga yang bahagia. Berkat terbesar dari Injil bukanlah pengampunan, adopsi, ataupun warisan. Berkat terbesar dari Injil adalah pribadi Allah sendiri. Dan berkat Allah seringkali datang melalui serangan Allah. Karena kita tidak akan pernah tahu bahwa Allah Mahakuasa sampai kita bergulat dengan Dia dan kalah. Ini yang harus kita mengerti. Satu-satunya cara untuk memenangkan pertarungan kita dengan Allah adalah dengan berserah kepada Allah. Tidak ada jalan lain. Inilah kekristenan. Banyak orang sering mengolok-olok kekristenan dengan mengatakan bahwa kekristenan adalah agama untuk orang yang lemah. Dan saya sangat setuju. Kekristenan bukanlah untuk mereka yang kuat tetapi untuk mereka yang lemah. Tetapi dalam ekonomi Allah, kelemahan adalah kekuatan. Saat kita lemah disitulah kita kuat karena dalam kelemahanlah kuasa Allah menjadi sempurna. Allah tidak menginginkan umat Kristus yang kuat. Dia menginginkan umat Kristus yang lemah yang tahu bahwa Allah mereka Mahakuasa. Kita tidak bermegah karena kita kuat. Kita tahu bahwa kita lemah. Kita tahu bahwa kita adalah orang yang berdosa. Kita tidak layak. Kita tidak berdaya. Kita hancur. Tetapi kita memiliki Allah Yang Mahakuasa bersama dengan kita. Dan Dia menjadikan kita milik-Nya. Dia membuat kita kuat. Dia membuat kita benar. Dia menara kita yang teguh. Dia harapan kita. Dia impian kita. Dia sukacita kita. Dia. Dia. Dia. Kita bermegah dalam kenyataan bahwa kita lemah, tetapi Dia kuat. Dan inilah kemenangan kita. Kita menang sewaktu kita kalah. Inilah Injil.

BERKAT MISI

Kejadian 35:9-15 – Setelah Yakub datang dari Padan-Aram, maka Allah menampakkan diri pula kepadanya dan memberkati dia. Firman Allah kepadanya: "Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu." Maka Allah menamai dia Israel. Lagi firman Allah kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah dan bertambah banyak; satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa-bangsa, akan terjadi dari padamu dan raja-raja akan berasal dari padamu. Dan negeri ini yang telah Kuberikan kepada Abraham dan kepada Ishak, akan Kuberikan kepadamu dan juga kepada keturunanmu." Lalu naiklah Allah meninggalkan Yakub dari tempat Ia berfirman kepadanya. Kemudian Yakub mendirikan tugu di tempat itu, yakni tugu batu; ia mempersembahkan korban curahan dan menuangkan minyak di atasnya. Yakub menamai tempat di mana Allah telah berfirman kepadanya "Betel".

Beberapa tahun setelah Allah mengubah nama Yakub menjadi Israel, Allah menampakan diri lagi kepada Yakub dan memberkati Yakub. Dan Allah mengingatkan Yakub bahwa namanya bukan lagi Yakub melainkan Israel. Identitas Yakub yang lama sudah mati dan Allah Yang Mahakuasa sudah memberikan Yakub identitas yang baru. Dan kemudian Allah memberikan Yakub berkat dan juga perintah: “Beranakcuculah dan bertambah banyak.” Dari keturunan Yakub akan lahir raja-raja, akan ada satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa-bangsa. Dan Allah dengan sengaja memberikan nama-Nya kepada Yakub. Allah berkata, “Akulah Allah Yang Mahakuasa.” Dan sewaktu Allah menyebutkan nama-Nya, Yakub sudah mengerti arti nama tersebut. Yakub sudah bergulat dengan Allah. Dia sudah mengalami bahwa Allah itu Mahakuasa. Dan karena Allah Mahakuasa, Allah sanggup menggenapi semua janji-janji-Nya kepada Yakub.

Apa artinya untuk kita? Apakah ini berarti bahwa kita harus melahirkan banyak anak dan kemudian dari kita akan lahir sebuah bangsa? Tentu tidak. Ini adalah janji Allah untuk Israel. Tetapi Paulus berkata kepada kita di dalam Roma 4 bahwa umat Kristus adalah keturunan Abraham melalui iman. Di Perjanjian Baru, kita tidak lagi dipanggil untuk beranak cucu secara jasmani, tetapi kita dipanggil untuk melahirkan keturunan iman. Dengan kata lain, kita dipanggil untuk bernanakcucu dan bertambah banyak dengan memberitakan Injil dan membawa orang mengenal Yesus. Dan sebagaimana Allah Yang Mahakuasa memberkati dan memerintahkan Yakub, Yesus juga memberkati dan memberikan kita sebuah misi.

Matius 28:18-20 – Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Yesus berkata bahwa kepada dia telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Yesus adalah Allah Yang Mahakuasa. Dan dia memerintahkan kita untuk pergi dan menjadikan segala bangsa murid Yesus. Yesus mempunyai misi dan dia memerintahkan kita untuk ikut berperan dalam misinya. Setiap umat Kristus, tanpa perkecualian, adalah misionaris. Kita dipanggil untuk menjadi misionaris kepada keluarga kita, tempat kerja kita, sekolah kita, lingkungan kita, dimanapun kita berada. Jika suatu hari manusia tinggal di planet Mars, maka kita juga dipanggil untuk menjadi misionaris di Mars. Dan Yesus berjanji bahwa sewaktu kita melakukan misinya, dia akan menyertai kita senantiasa. Kita akan mengalami penyertaan dan pribadi Yesus yang tidak akan kita alami jika kita tidak mengambil peran dalam misi Yesus.

Sekarang, perhatikan saya. Alasan kenapa banyak dari kita mengalami kebosanan sebagai umat Kristus adalah karena kita tidak melakukan misi Yesus. Kita terlalu asik bermain di zona nyaman kita dan kita mengabaikan misi Yesus. Kita terlalu sibuk memikirkan kesenangan hidup dan kesejahteraan keluarga kita sampai kita menutup telinga kita terhadap perintah Yesus untuk berperan dalam misinya. Ada satu illustrasi dari Francis Chan yang begitu mengena di hati saya. Saudara pernah menonton film “Madagascar”? Kalau kita ingat ceritanya, suatu hari zebra sedang berlari di treadmill dan menonton siaran dokumentari tentang hutan rimba. Dan kemudian dia mendapatkan sebuah pencerahan. “Aku diciptakan untuk lebih dari sekedar hidup di kebun binatang. Aku diciptakan untuk berada di hutan rimba.” Jadi kemudian zebra mengadakan meeting bersama dengan singa, hippo dan jerapah. Dan setelah zebra menjelaskan pencerahan yang dia dapatkan, miss hippo bertanya, “Untuk apa kamu mau ke hutan rimba? Kita sudah enak disini. Kita sudah sangat nyaman. Kita tidak perlu cari makanan; mereka menyediakan makanan untuk kita setiap hari. Yang harus kita lakukan hanyalah beraksi untuk anak-anak. Mereka sangat suka dengan kita. Untuk apa kamu mau pergi ke hutan?”

Dan sering kali, inilah gambaran gereja. Kita tahu cara beraksi. Kita tahu cara membuat orang senang. Kita merasa aman dan nyaman di dalam kerangkeng kita. Tetapi kita tidak diciptakan untuk berada di dalam kebun binatang. Kita diciptakan untuk berada di hutan rimba. Singkat cerita, mereka kabur dari kebun binatang dengan bantuan penguin. Dan kita tahu apa yang terjadi di hutan rimba? Di hutan rimbalah, Alex sang singa akhirnya bisa mengaum sebagaimana singa seharusnya mengaum. Di hutan rimbalah mereka menemukan jati diri mereka yang sesungguhnya. Kita tidak diciptakan untuk bermain aman di dalam gereja; kita diciptakan untuk mengaum bagi Kristus di lingkungan kita. Sampai kita pergi, sampai kita mengambil langkah iman, sampai kita melakukan misi Yesus, kita tidak akan mengalami penyertaan Allah Yang Mahakuasa bersama kita. Justru di saat ketidakpastian dan penuh resikolah Allah menunjukan dirinya kepada kita sebagai Allah Yang Mahakuasa. Kita hanya akan mengalami “Aku akan menyertai engkau” ketika kita pergi. Kuasa dan penyertaan Yesus diberikan untuk misi Yesus. Seharusnya tidak ada umat Kristus yang hidupnya bosan.

Namun, ada satu teka-teki besar dalam cerita Yakub. Bagaimana mungkin Allah Yang Mahakuasa menyatakan Yakub sang penipu, Yakub sang pegulat, Yakub sang pecundang, menjadi Yakub sang pemenang? Bagaimana mungkin Allah menyatakan kita orang-orang yang berdosa sebagai orang-orang yang diberkati? Perhatikan apa yang terjadi dalam cerita. Jelas bahwa Allah dapat dengan mudah mengalahkan Yakub. Yang Allah butuhkan untuk melumpuhkan Yakub hanyalah sebuah sentuhan. Namun pada saat yang sama, Alkitab menulis bahwa Allah tidak menang melawan Yakub. Apa yang terjadi? Timothy Keller mengatakannya seperti ini: “Allah membuat diri-Nya lemah.”

Mari saya jelaskan. Beberapa tahun yang lalu, saya pergi ke Korea untuk berlibur bersama salah satu teman baik saya dan keluarganya. Teman saya memiliki 2 anak perempuan. Mereka berusia 6 dan 4 tahun pada saat itu. Artinya, dalam perjalanan itu saya tidak hanya pergi untuk liburan tetapi juga untuk menjadi suster. Kedua anak perempuan ini penuh energi. Dan salah satu hal yang kami lakukan dalam perjalanan adalah panco. Jadi, mereka menantang saya panco, dua lawan satu. Berapa banyak dari kita yang tahu bahwa saya dapat dengan mudah menghancurkan lengan mereka dalam panco? Tetapi saya tidak melakukannya. Kenapa? Karena teman saya yang membiayai semua biaya liburan. Oke, itu benar tetapi bukan itu alasan utamanya. Apa yang saya lakukan? Saya membuat diri saya lemah. Mengapa? Karena saya mengasihi mereka. Jika saya mengalahkan mereka dan menghancurkan mereka dari awal, mereka akan membenci saya. Tetapi jika saya membuat diri saya lemah dan membiarkan mereka mencoba mengalahkan saya dengan seluruh kekuatan mereka, saya memenangkan hati mereka. Jadi di sini kita menemukan Allah membuat diri-Nya lemah sehingga Dia tidak mengalahkan Yakub. Allah tidak menang tetapi Allah tidak kalah. Jika Allah mengalahkan Yakub sejak awal, Allah bisa menang tetapi Dia tidak akan mendapatkan apa yang Dia inginkan. Yang Allah inginkan adalah hati Yakub. Jadi Allah membuat diri-Nya lemah dan bergulat dengan Yakub sepanjang malam agar Allah mendapatkan apa yang diinginkan-Nya.

Inilah gambaran Injil. Di kayu salib, Yesus membuat dirinya lemah. Yesus menang melalui kekalahan. Yesus bergumul sepanjang malam untuk mengikuti kehendak Allah dan di kayu salib, dia kalah. Di kayu salib, Yesus menggantikan posisi kita sebagai orang berdosa. Yesus menerima pukulan murka Allah terhadap dosa. Dan Allah tidak menahan kekuatan-Nya. Allah melepaskan seluruh murka-Nya dan memukul Yesus dan Yesus bertahan sampai akhir. Yesus tidak menyerah dan Yesus tidak melepaskan salib melewati semua rasa sakit yang harus ia tanggung. Mengapa? Untuk memberkati kita. Bisakah kita melihatnya? Alasan Allah bisa memberkati Yakub adalah karena ada orang lain yang dikutuk demi Yakub. Alasan Allah dapat memberkati kita yang pantas dikutuk adalah karena Allah telah mengutuk seseorang yang pantas mendapatkan berkat. Inilah yang Yesus lakukan bagi kita.

Yesus, yang adalah Allah, menjadi lemah, dan dia tidak hanya menerima sentuhan Allah tetapi pukulan Allah Yang Mahakuasa. Dan dia melakukannya untuk kita. Yesus kalah tetapi dia tidak kalah. Dia menang melalui kekalahan. Dengan kematiannya di kayu salib, Yesus menghapus hukuman dan kutuk dosa selamanya bagi mereka yang percaya kepadanya. Saya suka cara Timothy Keller mengatakannya. “Yakub bertahan dengan mempertaruhkan nyawanya untuk mendapatkan berkat bagi dirinya, tetapi Yesus bertahan dengan mengorbankan nyawanya untuk mendapatkan berkat bagi kita.” Inilah cara Yesus mengubah hati kita. Jadi sekarang, ketika kita menaruh iman kita di dalam Yesus, kita menerima nama yang baru. Nama kita bukan lagi Bersalah; nama kita adalah Benar. Nama kita bukan lagi Budak dosa; nama kita adalah Bebas dari Dosa. Nama kita bukan lagi Dikutuk di hadapan Allah; Nama kita adalah Kudus di hadapan Allah. Nama kita bukan lagi Pendosa; nama kita adalah Anak-anak Allah. Inilah berkat yang Yesus beli bagi kita di kayu salib. Satu-satunya alasan mengapa kita yang kalah dapat disebut sebagai pemenang adalah karena pemenang sejati telah dikutuk di kayu salib. Apakah kita melihat Yesus bertahan di kayu salib untuk memberikan kita berkat Allah?

Allah sedang mengejar banyak dari kita hari ini. Ada beberapa dari kita yang sedang bergulat melawan Allah. Ada hal-hal yang kita inginkan dan ada hal-hal yang Allah inginkan, dan dua hal ini bertentangan. Kita sedang bergulat dengan Allah dan kita tidak bisa menang. Kita frustrasi dan lelah. Saya berdoa agar hari ini kita belajar untuk kalah. Allah ingin kita untuk menyerah dan mengenal Dia sebagai Allah Yang Mahakuasa. Dan ketika kita melakukannya, dengar suara Allah yang bertanya kepada kita hari ini, “Siapakah namamu?” Dan ketika kita mengakui nama kita di hadapan Allah, ketika kita mengakui ketidakberdayaan kita di hadapan Allah, pada saat itu kita akan mendengar Allah berkata, “Mulai sekarang Aku akan memberimu nama yang baru.”