Natur & Makna Kematian Yesus Disalib

THE ROAD TO THE CROSS WEEK 8 (Jumat Agung)  "Natur dan Makna Kematian Yesus di Salib" 

Ps. Michael Chrisdion


Pembacaan       :   1 Petrus 2:23-25, 3:18

Melalui Jumat Agung ini, secara komprehensif kita akan mengupas mengenai makna kematian Yesus Kristus. Bukan hanya makna secara teologis maupun filosofis saja namun juga bagaimana dampak praktisnya secara spesifik bagi kita yang percaya kepada-Nya. Secara khusus kita akan menyoroti Natur kematian Yesus Kristus yang bersifat judisial, final dan sukarela. Lalu apa hasilnya? Bagaimana implikasi serta dampaknya bagi hidup kita sekarang

          1. NATUR KEMATIAN YESUS KRISTUS DI SALIB

          1a. Kematian Yesus Kristus Bersifat Judisial. 

1 Pet 3:18a
18Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah;

Dalam ayat ini kata benar (righteous) = dikaios artinya  benar secara hukum (legal/judisial). Dan kata tidak benar (unrighteous)adikos artinya bersalah secara hukum (legal/judisial). Mengapa ini penting? Karena dalam satu momen sentral di dalam sejarah (jumat agung) tuhan memperlakukan seseorang yang benar menjadi orang bersalah (tidak benar). Ada ayat yang mirip dengan ayat ini yang juga ditulis oleh Paulus di 2 Korintus 5:21…

2 Kor 5:21
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Yesus tidak pernah berdosa namun secara judisial (legal), Dia dianggap tidak benar & bersalah sebagai orang berdosa di salib, supaya orang berdosa, dapat dibenarkan saat percaya kepada-Nya.

Tanpa ini tidak ada seorangpun yang dapat menjadi benar dengan upayanya sendiri. Berapa kali orang akan mengatakan, “aku ingin selamat, tetapi saya harus membersihkan diri terlebih dahulu,” atau “aku ingin dekat sama tuhan, tetapi motivasi hatiku belum benar,” atau “saya ingin kenal Tuhan, tapi aku harus menata hidupku terlebih dahulu”? Artinya kita sedang berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan upaya kita sendiri. Bisakah kita menjadikan diri kita sendiri menjadi benar? Tidak mungkin. Di sinilah keunggulan doktrin Injil yang dinamakan doktrin imputasi. Kristus mengambil alih kesalahan dosa kita, dan sebagai akibatnya kebenaran milik-Nya dikenakan kepada kita, sehingga kita dibebaskan dari hukuman. Pertukaran ini terjadi melalui pengimputasian. Kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita, demikian juga kesalahan kita yang seharusnya dihukum, ditransfer kepada Kristus. Contoh: Seseorang yang menggantikan hutang temannya dengan harta pribadinya, sehingga temannya terbebas dari tanggung jawab tersebut. Jadi kematian Yesus di salib ini sebagai jalan untuk membuat kita yang berdosa menjadi benar di dalam Dia baik secara legal atau judisial. Paulus di Roma menjelaskan.... 

Roma 4:4-5
4Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. 5Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia Yang Membenarkan Orang Durhaka, Imannya Diperhitungkan Menjadi Kebenaran.

          1b. Kematian Yesus Kristus Bersifat Final.

Kematian Yesus bukan sekedar contoh yang bagus. Kematian Yesus bukan hanya memberikan pengaruh moral yang besar pada kita. Kematian Yesus Bersifat Final 

 

1 Pet 3:18
18Sebab juga Kristus Telah Mati Sekali Untuk Segala Dosa Kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,

Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita  ( Once for all). Banyak salah paham, lupa akan karya Kristus yang final ”once and for all”. Gal 1:6.

Galatia 1:6
6 Aku Heran, bahwa Kamu Begitu Lekas Berbalik Dari Pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain 7yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.

Paulus mengatakan bahwa ketika kita berbalik dari Injil, kita tidak hanya berbalik dari pada seperangkat pengajaran, kita berbalik dari pada Dia, seseorang. Ketika kita beralih ke Injil yang berbeda, kita meninggalkan Allah. Berpaling dari Injil kasih karunia berarti menolak Allah kasih karunia. Ini bukan masalah kecil. Ada perbedaan antara Injil yang benar dan Injil yang palsu. Injil yang benar adalah: “Iman = Keselamatan + Ketaatan.” 

  • Injil palsu (Urutan Agama) : Percaya (kepada Yesus Kristus, karya salib-Nya, kasih karunia
    oleh iman) -> Taat  (taat dahulu sebaik mungkin, berbuat baik, ibadah, sakramen, ritual, dll) –> Selamat. (dibenarkan, diselamatkan).

Menurut Injil palsu, percaya karena kasih karunia oleh iman tetapi itu tidak cukup. Yang menjadi masalah mereka adalah  mengapa mereka mengubah gospel order.dan akhirnya merusak injil yang murni.

Efesus 2:8-9
8Sebab Karena Kasih Karunia kamu diselamatkan Oleh Iman
itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

  • Injil Asli (Urutan Injil): Percaya (kepada Yesus Kristus, karya salib-Nya, kasih karunia
    oleh iman)-> Selamat. (dibenarkan, diselamatkan). -> Taat (Dimampukan Untuk Taat, Berbuat Baik, Ibadah, Sakramen, Aktivitas Rohani sebagai sarana ucapan syukur, kalibrasi hati.

Itu berarti bahwa ketika kita percaya Injil, hasilnya adalah kita menerima keselamatan dan Keselamatan Itulah Yang menghasilkan ketaatan dalam hidup kita. Karena itu, ketaatan penting! Tetapi kita perlu menempatkan ketaatan di tempat yang tepat. Ketaatan adalah buah dari iman kepada Injil dan bukan suatu syarat keselamatan. Jika kita dapat menggunakan kata-kata Timothy Keller, kita diterima terlebih dahulu dan baru kemudian kita taat. Tetapi guru-guru palsu membalik urutan ini. 

Ibrani 7:27b (BIMK)
Yesus mempersembahkan kurban Hanya Sekali Saja Untuk Selama-Lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban.

Yoh 19:30b
berkatalah Ia: ”Sudah Selesai.”  
Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Artinya  ada sesuatu yang kita tidak mampu lakukan yang sudah diselesaikan oleh Kristus. Masalah dosa sudah diselesaikan. Hukuman atas dosa sudah diselesaikan. Kecenderungan hati kita yang mencintai dosa, penyimpangan kita dan kerusakan kita maka solusinya sudah dituntaskan.

Mempercayai Bahwa Karya Salib Kristus Itu Final Memiliki Implikasi Besar Dalam Semua Aspek Hidup Kita. ( Teologis – Psikologis – Moral – Spiritual). 

Saat tuduhan itu datang dalam hati nurani kita maka cara dunia berperkara dengan tuduhan dalam hati Nurani yaitu mereka berusaha mematikan hati Nurani dan berusaha melupakan tuduhan itu.

Cara agama dalam berperkara dengan tuduhan dalam hati adalah melihat kebaikan mereka namun tuduhan selalu menang. Sedangkan cara Injil berperkara dengan tuduhan” ....ya memang aku berbuat salah...ya memang aku gagal.... namun.... apa yang Kristus lakukan sudah selesai. Aku tahu aku diampuni dan diterima itulah sebabnya aku tidak mau tinggal dalam kesalahanku. Aku mulai lagi dengan kekuatan Kristus, aku bisa mengampuni karena Kristus sudah mengampuni. Aku bisa menjalani karena Kristus sudah menjalaninya sehingga aku bisa mengasihi.” Jika Karya Salib Kristus “Sudah Selesai” artinya tidak ada lagi yang perlu kita lakukan untuk menambahkan penerimaan serta keberhargaan diri kita di hadapan-Nya.

Perenungan

  • Mengapa hati kita sering kecewa dan putus asa? Banyak dari kerinduan kita yang terdalam untuk bahagia, sukses, dihargai, dicintai  sebenarnya adalah upaya untuk mencoba melakukan apa yang hanya dapat dilakukan oleh Kristus bagi kita.
  • Mengapa hati kita sering tidak tenang? Karena kita sering berusaha menyelesaikan dengan upaya kita sendiri apa yang kristus sebenarnya sudah selesaikan. 

Kita belum benar kalo kita ini belum aman secara finansial artinya keuangan dan kekayaan .adalah kebenaran kita. Kita belum benar sebelum menikah dengan orang yang tepat artinya pernikahan dengan orang idamanmu adalah kebenaranmu. Kita belum benar ini kaau belum punya maka keluarga idaman itulah kebenarn kita. Kita berusaha menyelesaikan apa yang Kristus sebenarnya sudah selesaikan.

              1c. Kematian Yesus Kristus Bersifat Sukarela.

Kematian Yesus bukan sekedar contoh yang bagus. Kematian Yesus bukan hanya memberikan pengaruh moral yang besar pada kita. Kematian Yesus bersifat forensik, dan inilah yang kami maksud.

1 Pet 2:23
23Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.

Dialah Tuhan yang rela mati untuk menjadi pengganti umat-Nya dan yang mendorong kesukarelaan-Nya adalah Kasih-Nya. 

Dia berdiri di sana, dan Dia diadili. Dia tidak hanya menerima ancaman mereka namun Dia juga menerima pukulan mereka dan menanggung penderitaan di kayu salib. Dia bisa saja membebaskan diri tetapi dia tidak melakukannya. Dia-lah Tuhan yang rela mati untuk menjadi pengganti umat-Nya. Ada orang yang memilih mati karena bunuh diri. Ada orang yang memilih mati demi menyelamatkan nyawa orang lain. Kami memiliki kisah kepahlawanan yang luar biasa.” Apa bedanya dengan Yesus?

Ada orang, yang sudah memilih saat kematiannya, ya, atau mereka sudah memilih cara kematiannya, ya, tapi mereka tidak memilih kematiannya karena bagaimanapun juga mereka akhirnya harus mati. Lazarus setelah bangkit dan semua cerita orang yang bangkit dari kematian maka akhirnya harus mati lagi.

Berbeda dengan Yesus dimana  Yesus kekal. Dia adalah satu-satunyanya sosok yang tidak harus mati. Upah dosa adalah maut. Kita yang berdosa semestinya menerima maut. Jadi kebalikan ayat itu adalah upah tidak berdosa adalah hidup yang kekal. Namun Yesus yang tidak berdosa memilih dengan sukarela untuk menjalani maut. Yesus berkata.... 

Yoh 10:17-18
17Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. 18 Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali.

Yesus tidak pernah menjadi korban maut. Dia bukan korban kematian. Dia dengan sukarela menyerahkan diri-Nya menjalani kematian maut, menderita dan terpisah dari Bapa-Nya. Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang menahan Yesus di salib? Apakah paku di tangan dan di kakinya? Apakah mahkota duri? Apakah legion romawi yang mengerikan?

Dia adalah pencipta alam semesta. Apa yang menghalangi Yesus untuk membebaskan diri-Nya? Menunjukkan kekuatan-Nya dan kuasa-Nya? Rantai? Tentara? Padahal angin ribut diam saat diperintah oleh Dia. Orang mati bangkit dan orang kusta sembuh. Dialah pencipta alam semesta. Kapan saja dia bisa bebas. Kapan saja dia bisa minta malaikat untuk menghabiskan semua prajurit.

Tetapi apa yang membuat Yesus tetap mau dengan sukarela menjalani salib, merasakan rasa sakit yang mengerikan dan menderita di dalam kehinaan yang luar biasa di salib? Apa yang mendorong kesukarelaan ini? Yang mendorong kesukarelaan  Yesus Kristus adalah kasih-Nya.

Efesus 2: 4-5

2:4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya  yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, 2:5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan  

          2. DAMPAK KEMATIAN YESUS KRISTUS DI SALIB. 

          2a. Kematian Yesus Kristus Di Salib Membawa Kita Kepada Tuhan

1 Pet 3:18a
18Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar,  Supaya Ia Membawa Kita Kepada Allah;

Kita jatuh bangun dalam hidup kita. Dulu mungkin kita berpikir untuk supayaTuhan senang dengan kita dan kita dapat terus dicintai Tuhan maka kita harus memiliki kehidupan rohani yang baik dan terus hidup dalam ketaatan. Tetapi sayangnya kita sering gagal melakukannya. Apa yang membuat Tuhan terus berkenan dan terus mencintai kita meskipun kita tidak setia dan gagal yaitu Salib Kristus. Waktu kita memandang salib maka di situ hati kita hancur. Karena semua dosa kita maka Kristus harus ada di sana. Namun pada saat yang sama  hati kita juga meleleh karena kasih Allah yang besar..Kristus rela ada disana untuk membawa kita kepada diri-Nya sendiri.

Salib Kristus Adalah Bukti Kasih Tuhan Yang Besar, Kuat, Sempurna Bagi Kita Umat-Nya. 

Kasih Allah begitu besar sehingga tidak ada yang mampu membendungnya. Begitu kuat sehingga tidak ada yang mampu mematahkannya. Begitu sempurna dan murni sehingga tidak ada yang mampu merusak dan mencemarinya. Ketika kita berkata, “aku  tidak layak. Tuhan pasti tidak mau menerima aku....kalau dia melihatt semua dosa dan kejahatanku”.  Yesus melihat dan berkata, “lihat kepada salib....Aku menanggung semua dosa dan kejahatanmu “ . Hukuman murka Allah atas semua dosa dan kejahatan kita ditanggung oleh Yesus. Yesus mengasihi kita. Yesus memberikan diri-Nya untuk kita. Tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus.

Tangannya selalu terbuka untuk kita.  Kasihnya tidak tergoyahkan. Dia sudah menjalani semuanya untuk kita. 

-Martin Luther dalam Commentary on the epistle to the Galatians mengatakan "Ketika saya melihat diri saya sendiri, saya tidak melihat bagaimana saya bisa diselamatkan. Ketika saya melihat kepada Salib Kristus, saya tidak melihat bagaimana saya bisa terhilang."

("When I look at myself, I don't see how I can be saved. When I look at the Cross of Christ, I don't see how I can be lost.")

          2b. Yesus Kristus Mati Di Salib Supaya Kita Mati Terhadap Dosa Dan Hidup Untuk Kebenaran. 

John Piper mengatakan “ Anugerah bukan hanya hukuman yang diringankan saat berdosa. Anugerah adalah suatu pemberian dan kuasa Tuhan yang memampukan untuk melawan dosa. Kasih Karunia adalah kekuatan, bukan hanya pengampunan.”

1 Pet 2:24
24Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, Supaya Kita, Yang Telah Mati Terhadap Dosa, Hidup Untuk Kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.                                                                                           

Dosa di sini adalah “sins’ yaitu perbuatan - perbuatan dosa yang spesifik.Seakan-akan rasul Petrus ingin berkata “ Tidak tahukah kamu bahwa Kristus mati di kayu salib, Kristus menjalani penderitaan kekal dan terpotong dari Allah Bapa. Yesus dimahkotai duri, bertahan dan menderita supaya apa? Supaya kita yang mati terhadap dosa dapat hidup untuk kebenaran. Yesus mati disalib supaya kita tidak hidup di dalam dosa dan menjadi kudus.

Jika kita menyadari apa yang telah Yesus lakukan untuk kita. Ini  yang Yesus katakan kepada kita dari salib ketika kita berpikir untuk melakukan  dosa atau hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya.  Apakah semua pukulan yang Kristus alami,  semua cambukan yang Kristus tanggung itu tidak cukup sehingga kita dengan santainya berbuat dosa.Apakah paku ditangan-Nya tidak cukup sehingga kita mau kembali berdosa. Seakan-akan kita memaku ulang tangan Yesus?Yesus menjalani semua itu untuk kita bukan supaya kita terus hidup di dalam dosa, namun supaya kita mati terhadap dosa dan hidup untuk kebenaran. Akankah kita dengan sengaja berupaya untuk mengabaikan dan meremehkan semua penderitaan yang Kristus lakukan untuk kita? 

Doktrin salib memiliki keindahan dan kuasa yang paradoksal. Salib merangkul & menenangkan kita saat kita (gagal) jatuh dalam dosa, namun Salib juga menegur serta mengingatkan kita untuk tidak hidup di dalam dosa lagi dan hidup untuk kebenaran. 

Timothy Keller mengatakan “ Semakin Anda melihat kekurangan dan dosa Anda sendiri, semakin besar Kasih Karunia Tuhan yang tampak bagi Anda, begitu menggemparkan, dan menakjubkan. Namun di sisi lain, semakin Anda sadar akan Kasih Karunia danpenerimaan Allah di dalam Kristus, semakin besar pula kemampuan Anda untuk membuang pembelaan diri Anda serta mengakui dimensi dan karakter sebenarnya dari dosa Anda.”

Saat kita berdosa, melihat kekurangan dan dosa  kita. Saat kita memandang salib dan melihat begitu besar dan indah anugerah Tuhan. Namun saat kita sadar akan kasih karunia Allah dan penerimaan Allah di dalam Kristus maka kita akan semakin jijik akan dosa. Kita tidak membela diri akan dosa dan tidak lagi menikmati dosa.