Exodus Week 13 " Tulah Mesir Part 2 " Rev. Michael Chrisdion, MBA - Good Friday 2020
Pembacaan : Keluaran 8 : 20 – 12: 32
Minggu yang lalu kita sudah membahas tiga tulah Mesir yaitu air menjadi darah, katak dan nyamuk. Dalam pasal ini diceritakan bagaimana tulah yang ketiga itu belum selesai namun Tuhan sudah menimpakan tulah yang ke empat yaitu munculnya jutaan lalat pikat yang memenuhi seluruh negeri Mesir. Tulah ini dimaksudkan Tuhan untuk mempermalukan Uatchit yaitu dewa lalat yang memberikan kesuburan dan kelimpahan. Tuhan memakai dewa Mesir sendiri untuk menyiksa mereka dan menyatakan bahwa mereka tidak dapat bergantung pada dewa-dewa mereka untuk menyelamatkan mereka sendiri. Dan tulah itu kemudian berhenti setelah Firaun meminta kepada Musa untuk berdoa kepada Tuhan dengan jaminan akan membiarkan bangsa Israel keluar dari Mesir. Namun setelah Tuhan menghentikan tulah itu ternyata Firaun tetap mengeraskan hati dan melanggar janjinya. Maka selanjutnya munculah keluarlah tulah ke lima yaitu penyakit sampar yang menyerang segala ternak Mesir (Keluaran 9: 1 – 7). Tetapi anehnya sekalipun segala ternak orang Mesir mati namun ada perlindungan terhadap semua ternak milik orang Israel (Ayat 6). Tulah sampar ini dipakai Tuhan untuk mempermalukan dewa Hathor dan Apis yaitu dewa ternak yang membawa kekayaan ternak kepada Mesir. Namun yang terjadi adalah Firaun tetap mengeraskan hatinya sehingga Tuhan mengirimkan tulah yang ke enam yaitu barah (Keluaran 9: 8 – 12). Tulah ini dimaksudkan Tuhan untuk mempermalukan dewa Sekhmet, Sunu dan Isis yaitu dewa-dewa kesehatan, Tetapi Firaun tetap mengeraskan hati sehingga Tuhan mengirimkan tulah ke tujuh yaitu hujan es yang disertai dengan api yang menghancurkan tanah Mesir. Namun di tanah Gosyen ditempat orang Israel ada perlindungan Tuhan sehingga tidak mengalami tulah tersebut (Keluaran 9:13 – 35). Tulah ini merupakan hukuman yang terlalu dahsyat dan belum pernah terjadi sebelumnya untuk mempermalukan dewa langit yaitu Nut dan Osiris. Kali ini Firaun sepertinya menyesal dan mau bertobat namun ternyata hanya ingin memanipulasi Tuhan dan tetap mengeraskan hatinya (Ayat 27 – 28, 34). Disini kita belajar bahwa orang yang menyesal karena takut konsekuensi dosanya itu belum tentu benar-benar bertobat. Itulah sebabnya Tuhan mengirimkan lagi tulah yang ke delapan yaitu belalang yang memakan seluruh tumbuhan di ladang Mesir sehingga terjadi gagal panen (Kel. 10: 1-20). Sekali lagi Firauan sepertinya mau bertobat tetapi ternyata dia tetap mengeraskan hatinya sehingga Tuhan mengimrim tulah yang kesembilan yaitu gelap gulita selama tiga hari (Keluaran 10:21- 29). Tulah ini dimaksudkan untuk mempermalukan dewa tertinggi orang Mesir yaitu dewa matahari (re) dimana Firauan dipandang sebagai titisan dari dewa matahari. Dengan membuat matahari tidak dapat bersinar selama tiga hari maka Tuhan ingin mengklaim kemenangan bahwa Dia lebih berkuasa atas dewa Mesir serta mempermalukan Firaun dan semua dewa Mesir.
Mengapa Tuhan menurunkan tulah secara bertubi-tubi kepada Mesir? Apakah Tuhan adalah Tuhan yang kejam dan bengis dan menghukum orang yang menolak menyembah Dia. Sebenarnya yang perlu kita pertanyakan adalah sebaliknya yaitu sampai seberapa keras dan tegarnya hati manusia sampai Tuhan perlu membuktikan kuasaNya dengan mendatangkan ke sepuluh tulah yang dahsyat namun Firaun masih tetap menolak Dia. Apa yang ingin Tuhan sampaikan melalui tulah-tulah ini?
1. DIALAH TUHAN DAN TIDAK ADA TUHAN YANG LAIN
Kalau kita perhatikan ke sembilan tulah itu maka memiliki siklus pola yang sama yaitu tulah pertama, empat dan tujuh maka Tuhan menyuruh Musa menjumpai Firaun di pagi hari di sungai Nil. Tulah kedua, lima dan delapan maka Tuhan menyuruh Musa untuk menjumpai Firaun di istana. Sedangkan tulah ketiga, enam dan Sembilan maka datang tanpa ada peringatan sama sekali seakan-akan Tuhan ingin memberikan kejutan pada Firaun dan Mesir. Tuhan melakukan hal ini untuk menunjukkan bahwa Dialah Tuhan dan tidak ada Tuhan yang lain. Tuhan ingin menunjukkan bahwa Dia adalah Allah Elshadai yaitu Allah yang Maha Kuasa yang mampu menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada dan dari yang tidak mungkin menjadi mungkin.
2. DIALAH TUHAN ATAS ALAM SEMESTA
Dari sepuluh tulah itu maka ada empat tulah yang berhubungan dengan binatang dan lima tulah lain berhubungan dengan alam yang artinya Tuhan Sang Pencipta itu lebih tinggi dari alam semesta dan berdaulat atas segala sesuatu. Tulah-tulah itu datang bukan karena kedahsyatan alam yang rancu namun itu datang dibawah kontrolnya Tuhan. Melalui hal ini kita bisa memahami bahwa Allah yang berdaulat itu yang mengontrol kehidupan kita sehingga dalam situasi sulit yang sedang kita hadapi saat ini maka kita tidak takut dan kuatir karena Tuhanlah yang berdaulat dan memegang kendali atas hidup kita. Dan kita percaya bahwa Tuhan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan serta ada maksud dan rencana yang baik bahkan dalam situasi yang terburuk sekalipun. Melalui wabah yang terjadi maka itu memaksa manusia untuk memikirkan kehidupan dan kematian yang mungkin selama ini tidak pernah mereka pedulikan. Dibalik semua pergumulan dunia yang penuh dengan penderitaan maka ada panggilan Tuhan untuk melakukan pertobatan yang sejati dan bukan sekedar manipulasi.
R.C Sproul mengatakan “ dosa adalah pemberontakan terhadap tatanan kesempurnaan Allah, dosa adalah pengkhianatan terhadap Tuhan yang murni dan berdaulat.”
Seperti Firaun maka seringkali kita hanya menyesal tetapi tidak bertobat secara benar. Tuhan memanggil kita untuk bertobat bukan dengan pertobatan yang palsu tetapi dengan pertobatan yang sejati. Ada quote lagi dari
R.C. Sproul yang mengatakan “Kita ini ingin diselamatkan dari penderitaan kita dan bukan dari dosa kita karena kita ini suka dengan dosa meskipun dosa itu hanya memberikan kenikmatan yang semu yang padahal ujung-ujungnya adalah membelenggu dan membawa banyak duka tetapi natur kita suka dosa. Kita ingin terus hidup dalam dosa tanpa ada penderitaan dan konsekuensi atas dosa itu seperti perumpamaan anak yang hilang yang hanya minta warisan tanpa peduli akan bapanya dan ingin menghabiskan warisan itu dengan pesta pora. Dosa itu selalu berakibat duka , kesengsaraan dan penderitaan. Tidak ada penderitaan tanpa korban dan semua ciptaan itu tunduk pada kutuk dosa dan kemerosotan yang menuju kepada kebinasaan karena pemberontakan manusia kepada Tuhan.“
Sebab itu ada panggilan untuk kita bertobat sebab kita ini adalah orang berdosa dan membutuhkan Tuhan.
3. DIALAH TUHAN YANG ADIL DAN BERBELAS KASIHAN (Keluaran 12: 29 – 42)
Kalau kita perhatikan sembilan tulah yang sebelumnya maka itu berhubungan dengan tanah Mesir namun Tuhan memberikan perlindungan terhadap tanah Israel dari tulah-tulah tersebut. Namun untuk tulah yang kesepuluh ini adalah tulah yang sangat tragis yang tidak dapat dihindari oleh semua orang yaitu kematian terhadap anak sulung baik binatang atau manusia.
Ayat 30 “ … dan kedengaranlah seruan yang hebat di Mesir, sebab tidak ada rumah yang tidak ada kematian.
Terdengar suara kematian dimana-mana kecuali di rumah yang ada tanda olesan darah domba yang tidak bercela di ambang pintunya. Di Mesir malam itu tidak ada rumah yang tidak mengeluarkan suara tangisan yang memilukan. Tidak ada rumah yang tidak ada kematian didalamnya. Ini menggambarkan fakta yang mengerikan bahwa tidak seorangpun di dunia ini yang luput dari kematian. Hari itu di Mesir ada kematian yang datang secara sekaligus sehingga terjadi kedukaan yang begitu dahsyat tanpa ada yang dapat menghibur. Disinilah keadilan Allah dinyatakan secara adil yaitu setiap dosa harus di hukum. Allah itu tidak pandang bulu dan tidak menilai seperti penilaian manusia yang subyektif. Semua orang dan tidak pandang bulu baik dari kalangan bawah sampai istanapun yaitu anak sulung Firaun juga mengalami kematian. Demikian juga dalam kehidupan kita maka tidak peduli siapapun kita juga akan menghadapi kematian namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah hati kita sudah siap menghadapi kematian. Apabila kita tidak bertobat maka Firman Tuhan mengatakan bahwa “ upah dosa adalah maut “ (Roma 6:23).
Namun Tuhan bukan hanya Tuhan yang adil tetapi Dia adalah Tuhan yang berbelaskasihan melindungi umatNya.
Keluaran 12:7,13,23
12:7 Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya.
12:13 Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir.
12:23 Dan TUHAN akan menjalani Mesir untuk menulahinya; apabila Ia melihat darah pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu itu, maka TUHAN akan melewati pintu itu dan tidak membiarkan pemusnah masuk ke dalam rumahmu untuk menulahi.
Mengapa Malaikat maut itu melewati (Passover) pintu rumah yang ada tanda darah yaitu karena ada korban pengganti bagi setiap anak sulung pada keluarga di rumah itu. Inilah Paskah yang pertama dimana rencana penebusan terjadi dengan cara yang spesifik yaitu ada darah anak domba yang harus dicurahkan untuk menjadi media penebusan dan harus dioleskan di ambang pintu. Dan ketika Malaikat maut itu melihat rumah yang ada tanda darah yang menggantikan anak sulung itu maka Tuhan tidak menjatuhkan tulah atas mereka.
Inilah yang disebut penebusan yaitu ada sesuatu yang dipakai untuk menggantikan yang ditebus. Upah dosa adalah maut dan untuk terhindar dari maut maka tidak ada cara lain kecuali dengan penebusan yaitu harus ada kematian yang menggantikan sehingga orang yang sepatutnya menerima kematian itu akan terluput dari kematian itu. Firman Tuhan mengatakan bahwa sejak itu setiap tahun bangsa Israel melalui imam masuk dalam Tabernakel untuk mempersembahkan korban berulang-ulang dengan darah anak domba yang tidak bercacat (Ibrani 10: 1- 4). Namun darah anak domba itu tidak sanggup menghapuskan dosa mereka sehingga mereka harus melakukan berulang-ulang sampai datangnya Anak Domba Allah yaitu Yesus Kristus. Melalui karya salibNya dimana Dia adalah manusia yang sempurna dan imam besar yang sempurna namun rela mati disalib serta mencurahkan darahNya untuk menyerap seluruh murka Allah atas dosa secara tuntas supaya terjadi pertukaran.
2 Korintus 5:21.
“ Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah “
Dia yang mulia menanggung kutuk bagi kita dimana seharusnya kitalah yang kena kutuk dan binasa tetapi Kristuslah yang harus menanggung kebinasaan kita. Charles Spurgeon berkata “ kita bisa berdiri di hadapan Allah seolah-olah kita adalah Kristus dan tidak dihukum karena Kristus yang telah berdiri dihadapan Allah seolah-olah Dia adalah kita dan Dia harus menanggung hukuman itu. Ketika Dia berkata “ sudah selesai’ di kayu salib maka tirai Bait Allah sobek dari atas ke bawah yang menunjukkan bahwa bukan karya manusia atau karena ritual-ritual agama sehingga tidak ada lagi pemisah antara Allah dan manusia. Ada tersedia anugerah kasih karunia bagi orang-orang yang dipanggil percaya kepadaNya. Ada ikatan perjanjian Tuhan yang dibuat atas Abraham, Ishak dan Yakub dimana itu tidak hanya berlaku bagi orang Israel namun kepada semua bangsa yang percaya kepadaNya. Tidak ada dosa yang sebesar apapun yang tidak dapat diampuni oleh darahNya yang begitu berharga sebab yang mati di kayu salib itu bukan manusia biasa tetapi Anak Allah yang turun ke dunia.
Ada fakta yang menarik dalam kisah ini yaitu mengenai tongkat Musa. Sejak awal Tuhan memanggil Musa maka dia disuruh memakai tongkat yang terbuat dari kayu biasa yaitu tongkat yang biasa dipakai oleh para gembala. Tongkat itu yang dipakai berkali-kali sebagai media untuk menyelamatkan bangsa Israel. Tongkat itu adalah lambang penghakiman namun juga sekaligus lambang mujizat keselamatan bagi umat Israel. Tongkat gembala adalah tongkat yang dipakai untuk memukul musuh namun sekaligus dipakai untuk melindungi domba dari musuh (Mazmur 23). Yesaya menuliskan dalam pasal 53:4-7
53:4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
53:6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
53:7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
Yesus dipukul oleh tongkat penghakiman Tuhan dimana seharusnya kitalah yang dipukul oleh tongkat penghakiman itu sebab kita yang sudah jatuh dalam dosa. Tetapi Yesus bertukar tempat dengan kita dan menanggung hukuman dosa kita sekali untuk selamanya. Itulah makna Paskah yang sesungguhnya.
Roma 6:10
“ Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.”
Ibrani 7:27
“ yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.”
Ibrani 9:28
“ demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.”
Mari kita memenuhi panggilan Tuhan untuk bertobat, bukan dengan pertobatan palsu tetapi kita berpaling dari dosa dan berhala-berhala kita. Paul Tripp mengatakan “ Gereja bukan kelas Theologi tetapi tempatnya orang bertobat, mengaku dosa, berdamai dengan Tuhan, minta pengampunan dan rela dikuduskan. Dimana orang-orang yang tidak sempurna menempatkan iman mereka pada Kristus yang sempurna , yang sudah berkorban bagi mereka, berkumpul untuk mengenal bagaimana Kristus mengasihi mereka sehingga mereka akhirnya bisa mengasihi Kristus dan gambar dirinya dipulihkan sehingga tidak salah arah dan hidupnya memuliakan nama Tuhan. “