Pandangan Injil Terhadap Pekerjaan

Hikmat Amsal Melalui Lensa Injil Week 8  "Pandangan Injil Atas Pekerjaan" 

Ps. Michael Chrisdion

 

Pembacaan : Amsal 8:1-4, 10:4-5; 12:10-11; 15:19; 22:29; 27:18

Ada dua pandangan yang ekstrem terkait pandangan mengenai pekerjaan. Ada yang berpandangan untuk bekerja sekeras mungkin. Namun ada juga yang berpandangan bahwa segala sesuatu sia-sia, jadi tidak perlu bekerja keras. Ada yang memberhalakan pekerjaan, namun ada yang tidak peduli sama sekali dengan pekerjaan. Bekerja adalah salah satu komponen utama dari harkat dan martabat manusia. Namun manusia sering mendikotomikan pandangan mengenai pekerjan menjadi secular vs spiritual, duniawi vs rohani dan Businessman vs. Rohaniawan. Dan pandangan seperti ini adalah tidak Alkitabiah. Bagaimana kita memandang pekerjaan dari sudut pandang Injil?

          1. RANCANGAN TUHAN ATAS PEKERJAAN

Amsal 10:4
4Tangan yang LAMBAN membuat miskin, tetapi tangan orang RAJIN menjadikan kaya.

Di ayat ini kita menemukan ada kata “ lamban “ dan “ rajin “. Dan kata “lamban (lazy/slack)“ dalam bahasa Ibrani adalah bahasa yang dipakai untuk mendeskripsikan busur dan anak panah, yang tali busurnya kendor, sehingga saat anak panah ditembakkan akan luput dari sasaran. Jadi maksudnya kerajinan adalah melakukan aktifitas pekerjaan yang strategis dan tepat sasaran  dan tepat guna. Bukan hanya rajin melakukan atau hanya bekerja keras tetapi kalau bekerja maka bekerja secara tepat, baik caranya maupun motivasinya. 

Amsal 10:4-5
4Tangan yang lamban (Lazy/Slack) membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.5 Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu.

(5 He who gathers in summer is A WISE SON; He who sleeps in harvest is A SON who causes SHAME.)

Kata “ Son “ berbicara tentang komunitas. Jadi kerajinan kita dalam bekerja itu bukan hanya dalam konteks kerja keras atau hanya rajin melakukan tugas. Tetapi bekerja tepat sasaran, dan secara strategis karena ternyata pekerjaan kita itu memberikan pengaruh dan menghasilkan penghidupan bagi keluarga.. Pekerjaan kita berdampak bagi keluarga, orangtua, anak-.anak dan dan pasangan kita. Demikian juga kelalaian kita dalam bekerja dan kemalasan kita dalam bekerja serta ketidak tepatan kita dalam bekerja bukan hanya mempengaruhi diri kita sendiri tetapi mempengaruhi orang-orang di sekeliling kita yaitu keluarga dan komunitas kita. Jadi konsep bekerja sesuai Alkitab adalah kita bukan hanya harus bekerja dengan rajin dan tepat, tapi didasari dengan motivasi yang benar.

Menyatakan Identitas Allah

Konsep ini konsisten dengan desain Tuhan dimana dalam Kejadian 1 dan 2 menunjukkan bahwa Tuhan bekerja untuk menciptakan dan memelihara ciptaan-Nya.

Kejadian 1:28
28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ”Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”

  • Kejadian 1:26-27 – Sewaktu manusia mengusahakan bumi, kita sedang menghidupi gambar dan rupa Allah.
  • Kejadian 1:28: Beranak cucu, penuhi bumi, taklukkan, berkuasalah (Mandat Budaya)
  • Kejadian 2:15 – Mengusahakan dan memelihara 

Jadi manusia  diciptakan menurut gambar Allah: Maka bekerja adalah bagian dari rancangan Allah yang sempurna bagi kehidupan manusia untuk kemuliaan Allah. Bekerja itu menyatakan identitasnya yang serupa dengan gambar Allah. 

Ada Harkat Dan Martabat Manusia

Yohanes 5:17
17Tetapi Ia berkata kepada mereka: ”Bapa-Ku bekerja  sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.”

Dari ayat ini kita tahu bahwa bekerja  bukan hanya rancangan Tuhan tetapi bekerja adalah salah satu komponen utama dari harkat dan martabat manusia. Sebab itu Tuhan Yesus sangat menghargai orang-orang yang bekerja. Paulus juga mengatakan bahwa kalau tidak bekerja mka itu lebih parah daripada orang-orang yang tidak percaya Tuhan dan kalau tidak bekerja jangan makan. 

Pandangan ini sangat kontras dengn filosofi orang Yunani. Bagi orang Yunani, pekerjaan adalah kutukan dan tidak ada yang lain. Pekerjaan dilihat sebagai necessary evil dimana pekerjaan yang rendah dan gaji yang rendah juga dilihat merendahkan martabat manusia. Akibatnya adalah orang-orang mengambil pekerjaan bergaji lebih tinggi tetapi pekerjaan itu tidak cocok untuk mereka. Mereka tidak menikmati pekerjaan dan lebih memilih untuk menganggur daripada melakukan pekerjaan yang “di bawah” mereka. 

Kejadian 1:26-27b
26Berfirmanlah Allah: ”Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, SUPAYA mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” 27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya

Disini kita melihat bahwa harkat dan martabat manusia itu diaplikasikan melalui manusia yang bekerja dan menguasai bumi. Tuhan menyatakan diriNya dengan memberikan kepada manusia tugas pengelolaan terhadap ciptaan. Jadi semua pekerjaan itu berharga di mata Tuhan baik itu pekerjaan kasar (peternak, petani, tukang sayur dll) atau pekerjaan di kantor.  

Amsal 27:18
18Siapa memelihara pohon ara akan memakan buahnya, dan siapa menjaga tuannya akan dihormati.

Bagian terakhir itu adalah paradoks yang disengaja untuk menjaga artinya yaitu sekalipun orang itu adalah seorang pelayan atau bahkan mungkin seorang budak. di mata dunia dan statusnya sangat rendah, namun Alkitab mengatakan kalau kamu pelayan dan budak sekalipun kalau kita melakukannya dengan baik dan dengan cara yang tepat serta motiasi yang tepat maka kamu dihormati Tuhan. Dan kata hormat di sini merupakan kata yang berarti status tinggi. Jadi  di mata Tuhan bahwa pekerjaan yang paling kasar sekalipun, bahkan pekerjaan yang dianggap orang tidak glamor maka memiliki martabat yang tinggi serta ada kehormatannya.

Martin Luther berkata “ Semua pekerjaan manusia adalah bagian dari pemeliharaan Allah atas dunia’. Dia juga berkata bagaimaan seorang tukang sepatu memuliakan Tuhan? Bukan dengan menjahit  tanda salib di setiap sepatu yang dia buat, tetapi dengan membuat setiap sepatu yang dia buat menjadi sepatu terbaik yang dia pernah buat. 

Ada Mandat Budaya

Keadian 1:28
28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ”BERANAKCUCULAH dan bertambah banyak; PENUHILAH BUMI dan TAKLUKKANLAH itu, BERKUASALAH ATAS ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”

Penuhilah bumi dan taklukkanlah itu adalah mandat budaya.Penuhilah bumi dan bertambah jumlahnya adalah berbicara tentang keluarga yang adalah cara Allah untuk menyatakan diriNya. Manusia diberikan tugas yang harus dipenuhi dengan multiplikasi. dengan kesengajaan. Menyiratkan peradaban, bukan hanya ber-prokreasi seperti tanaman dan binantang.  Berkuasa di sini .memerintah" bumi sebagai gambar Allah tidak menyiratkan eksploitasi...atau  kekerasan, tetapi pengelolaan dan penatalayanan.. Prokreasi secara biologis kita meneruskan pekerjaan penciptaan Tuhan yaitu – menaklukkan.... membudidayakan, menggunakan., menambahkan nilai  dengan mengerjakan bahan alam (subdue)

Amsal 12:10-11, 24
10Orang benar MEMPERHATIKAN HIDUP HEWANNYA, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam. 11Siapa MENGERJAKAN TANAHNYA, AKAN KENYANG DENGAN MAKANAN, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi... 24TANGAN ORANG RAJIN MEMEGANG KEKUASAAN, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.

Amsal 22:29
29Pernahkah engkau melihat ORANG YANG CAKAP DALAM PEKERJAANNYA? DI HADAPAN RAJA-RAJA IA AKAN BERDIRI, bukan di hadapan orang-orang yang hina.
Amsal 27:18
18Siapa MEMELIHARA POHON ARA AKAN MEMAKAN BUAHNYA, dan siapa menjaga tuannya akan dihormati.

Pekerjaan tidak hanya memelihara ciptaan TUhan, tetapi juga membudidayakan/ membangun ciptaan Tuhan. Dengan pekerjaan kita maka ada nilai tambah, ada pengelolaan, ada pembudidayaan.. dari sesuatu yang kacau menjadi indah. Tujuan dari pekerjaan adalah untuk menciptakan budaya yang menghormati Tuhan dan memungkinkan masyarakatnya untuk terus berkembang.” Jadi pekerjaan adalah desain awal Tuhan, ada dignity dan cara Tuhan menyatakan diriNya, sebagai mandat budaya dengan membentuk budaya dan  peradaban yang memuliakan Tuhan. 

           2.  APA YANG SALAH DENGAN PEKERJAAN

Amsal 8:1-4
1 Bukankah hikmat berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suaranya? 2Di atas tempat-tempat yang tinggi di tepi jalan, di persimpangan jalan-jalan, di sanalah ia berdiri, 3di samping pintu-pintu gerbang, di depan kota, pada jalan masuk, ia berseru dengan nyaring: 4”hai para pria, kepadamulah aku berseru, kepada anak-anak manusia kutujukan suaraku.

Kata-kata di ayat ini yaitu “ tempat tinggi, persimpangan jalan, pintu gerbang dan jalan masuk “ itu berbicara tentang apa yang dicari dan dihargai oleh dunia,  apa yang dianggap penting oleh budaya dan apa yang dikejar oleh manusia. Sebab itu selalu ada peperangan antara hikmat Tuhan vs. hikmat dunia, value Tuhan vs. value dunia serta narasi firman vs. narasi “culture”. Dan Kitab Amsal banyak mengkontraskan antara si Rajin vs. si Malas, si Jujur vs. Pembohong dan Orang Benar vs.  Orang Fasik

Amsal 15:19a
19Jalan si pemalas seperti pagar duri, (pagar duri = fruitless, sia-sia/meaningless)

Disini pemalas itu artinya bukan tidak bekerja namun bekerja yang salah sasaran sehingga hasilnya adalah duri yaitu sia-sia sehingga mengalami lelah, burn out dan sia-sia. Dan kalau kita perhatikan defisini salah sasaran  yang lain adalah dari kata “hamartia” (dosa) yang artinya luput sasaran. Dan problemnya sudah dimulai di taman Eden yaitu waktu manusia lebih percaya kepada dusta si ular daripada kebaikan Tuhan.. Waktu manusia lebih ingin memakai hikmatnya sendiri daripada mengikuti hikmat Tuhan dan waktu manusia makan buah itu dan ketahuan melanggar perintah Tuhan sehingga ada konsekuensi dari pelanggaran itu.

Kejadian 3: 17 - 19

17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: ”Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: 18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; 19dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.”

Karena dosa maka pekerjaan kita jadi tidak memuaskan serta tidak bermakna dan sia-sia. Sekalipun banyak harta namun merasa hidup tidak bermakna dan sia-sia karena manusia kehilangan kemuliaan Tuhan. Manusia orientasinya menjadi rusak dimana bukan lagi menyembah Allah seperti tujuan awalnya tetapi menyembah yang lain bahkan menyembah dirinya sendiri. Itu sebabnya manusia berusaha mencari penghargaan dari pekerjaannya tetapi itu tetap sia.sia. 

Kejadian 11: 4

4Juga kata mereka: ”Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.”

Kejadian 11 ini juga tentang pekerjaan yaitu mereka membangun sesuatu. Mereka membangun gedung pencakar langit yang tinggi tetapi yang menjadi motivasi pekerjaan mereka adalah untuk mencari nama bagi diri mereka sendiri. Seperti itulah manusia yaitu melakukan pekerjaan misal menjadi the best programmer, best arsitek, best artist atau best youtuber dengan membuat kreasi yang memukau banyak orang dengan maksud supaya

supaya menjadi sukses, dihargai orang dan punya sesuatu yang dibanggakan. Manusia bekerja untuk mencari kemuliaan diri sendiri dan pekerjaan menjadi berhala untuk memuaskan diri sendiri.  Dan hasil dari menara Babel adalah kekacauan dan penuh dengan masalah. Demikian juga pekerjaan kita, kesuksesan dan pencapaian kita menjadi jati diri kita dan menjadi tanda harga diri kita. 

APA SOLUSINYA?

Banyak orang berusaha mencari solusinya dengan self love, self help atau self healing. Namun self love, self help atau self healing itu tidak bisa menolong kita, sebab yang menjadi masalah adalah diri kita sendiri (self). Seringkali solusi yang kita cari itu dari dalam namun itu tidak bisa menolong kita. 

Amsal 15:19a
19Jalan si pemalas seperti pagar duri,
(The way of the sluggard is BLOCKED WITH THORNS)

Kalau pekerjaan kita tidak dalam konteks Tuhan dan tidak ditebus oleh Tuhan maka itu seperti pagar duri (blocked with thorns) yaitu ada yang menutupi.

Kejadian 3: 17 – 18 a

maka terkutuklah tanah KARENA ENGKAU; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: 18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, 

          3. BAGAIMANA INJIL MEMULIHKAN

Galatia 3: 10 – 12

10 Karena semua orang, yang hidup dari PEKERJAAN hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ”Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.” 11 Dan bahwa TIDAK ADA ORANG YANG DIBENARKAN DI HADAPAN ALLAH KARENA MELAKUKAN hukum Taurat adalah jelas, karena: ”Orang yang benar akan hidup oleh iman.” 12 Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya. 

Galatia 3: 13

13 KRISTUS TELAH MENEBUS KITA DARI KUTUK hukum Taurat DENGAN JALAN MENJADI KUTUK KARENA KITA, sebab ada tertulis: ”Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” 

Kita mencari nama dan mencari kemuliaan sendiri. Namun Tuhan yang punya nama di atas segala nama dan yang punya kemuliaan. Kita mencari status tetapi Tuhan yang memiliki status tertinggi itu menjadi hina dan menjadi kutuk supaya kita yang seharusnya terkutuk karena dosa dapat dibebaskan dan diselamatkan.

Kristus Yang Mulia Menjadi Kutuk Menggantikan Kita Yang Terkutuk, 
Sehingga Kita Tidak Lagi Hidup Di Bawah Kesia-Siaan Kutuk Dosa, Tetapi Dapat Hidup Bermakna Mulia Bagi Tuhan.

1 Petrus 1:18.

Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Itulah sebabnya Yesus harus mengenakan mahkota duri untuk menanggung untuk menggantikan kesia-siaan pekerjaan yang menghasilkan semak duri. Setelah kejatuhan, kerja menjadi sesuatu yang sia-sia dan sulit karena  di bawah kutuk. Karena Injil maka kerja menjadi penuh makna meski tetap sulit. Penuh makna karena sekarang kebangkitan tubuh Kristus memberitahu kita bahwa dunia materi ini akan menjadi bagian dari langit dan bumi yang baru. 

Matius 11 : 28

28Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan(REST) kepadamu. 29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. 30Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

IMPLIKASINYA

KARENA Injil, Pekerjaan kita menjadi alat yang ditebusUntuk Memuliakan Tuhan

Implikasinya adalah di dunia sekarang, orang Kristen bekerja sebagai perpanjangan tangan Allah untuk memelihara dan menopang seluruh ciptaan. Saat kita beraktivitas, kita mengekspresikan segala karunia dan sumber daya yang Allah anugerahkan pada kita (insinyur sipil membangun jembatan, auditor memeriksa pembukuan perusahaan, dan seterusnya). Jika kita ingin hidup efektif menggenapi panggilan Allah, kita perlu memikirkan jenis pekerjaan yang memaksimalkan penggunaan kapabilitas dan talenta yang diberikan oleh Allah. Segala sesuatu dititipkan Tuhan, dipercayakan Tuhan untuk memuliakan Tuhan.

Efesus 4:28

“Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan” 

Sikap kita terhadap pekerjaan pun mengalami tranformasi radikal, yaitu dari mengambil milik orang lain (mencuri) menjadi memberi milik kita kepada orang lain. Kita tidak perlu tunggu kaya-raya untuk dapat membantu mencukupkan kebutuhan finansial dan material dari sesama kita. Kalau kita memiliki pekerjaan, itu berarti kita wajib membantu mereka yang papa, yang marginal, yang disisihkan masyarakat. 

Karena Injil, Kerja Bukan Menjadi Cara Untuk Menimbun Berkat Tetapi Menjadi Sarana Untuk Menyalurkan Berkat Bagi Sesama & Berpartisipasi Di Dalam Misi Tuhan

Karena Injil ..

  • Berambisi dalam bekerja tetapi tetap bisa relaks (rest) di dalam bekerja
  • Bangga terhadap pekerjaannya tetapi rendah hati karena sadar siapa sumber berkatnya
  • Mengusahakan yang terbaik dalam pekerjaannya tetapi tidak memberhalakan pekerjaannnya
  • Peduli terhadap kinerjanya tetapi tidak narsis dalam hasil kerjanya