Why Do We need Harmony & Justice?

 Hikmat Amsal Melalui Lensa Injil Week 16   "Mengapa Kita Butuh Keharmonisan dan Keadilan" 

Ps. Michael Chrisdion

 

Pembacaan : Amsal 3:17-20, 27-32; 11:10-11; 14:31; 19:17; 29:7

Amsal 29:7 

Orang benar mengetahui hak orang lemah, tetapi orang fasik tidak mengertinya.

Kata 'mengetahui' ini terlalu lemah dalam bahasa kita untuk menjelaskan apa yang sebenarnya dikatakan di sini. Kata Ibrani di sini adalah memakai kata 'YADA', yang merupakan kata yang paling intim dan dalam di bahasa Ibrani dalam konteks hubungan. Suami dan Istri mengenal dan mengetahui satu dengan yang lain secara intim itu artinya 'YADA' dan mereka menghasilkan anak! Itulah kata yang dipakai di sini. Mengapa kitab Amsal menggunakan kata itu dalam topik hak orang lemah, atau mengenai keadilan sosial, keharmonisan dalam masyarakat? Karena artinya kita tidak bijaksana jika kita tidak menjalani kehidupan yang sangat berkomitmen secara mendalam dan penuh dengan suatu "passion" terhadap keadilan dan keharmonisan. 

          1. MENGAPA KITA MEMBUTUHKAN KEADILAN

Amsal 3:17-18 
17Jalannya adalah jalan penuh Bahagia (Shalom = Damai) , segala jalannya sejahtera (Blessed = Diberkati) semata-mata. 18Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia (BLESSED = Diberkati).

Kata “Jalannya” di sini adalah jalannya hikmat yaitu penuh bahagia (shalom=damai) dan diberkati . Dan kata diberkati dan damai adalah kata-kata yang kuat, terutama dalam Kitab Suci Ibrani, tetapi kata-kata diberkati dalam bahasa inggris hanya berarti feel good dan damai berarti hanya merasakan ketenangan, Tetapi shalom (damai)  dan diberkati (blessed) adalah konsep yang jauh lebih kaya dan lebih dalam dari apa yang di deskripsikan oleh Bahas Inggris dan Bahasa Indonesia. Dan Shalom itu kemudian diwujudkan dalam penciptaan.

Amsal 3:19-20
19Dengan hikmat Tuhan telah meletakkan dasar bumi,dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, 20dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun.

Hikmat Tuhan adalah bagaimana Tuhan menciptakan dunia dimana dunia diciptakan bukan secara acak tetapi memiliki tatanan dan ada desainnya. Mazmur 102 mengatakan Tuhan membuat langit dan bumi itu seperti menenun kain yaitu untuk menjelaskan konsep tentang apa itu harmonis. Jika kita mengambil seikat benang dan hanya meletakkannya di atas meja maka benang-benang itu tidak akan menjadi selembar kain, malah benang-benang itu seakan kurang banyak gunanya jika sendirian dan tidak teratur. Sebab itu benang-benang itu harus dirajut dan ditenun dan dibuat seperti jalinan tenun atau rajutan halus sehingga benang-benang itu menjadi suatu kesatuan yang tergantung satu dengan yang lain yaitu atas bawah dan silang-silang seperti jala laba-laba yang sangat rapat dan kuat, sehingga akhirnya menjadi menjadi sehelai kain atau tenunan. 

Inilah yang Alkitab katakan tentang penciptaan yaitu Tuhan tidak hanya menciptakan dunia dengan melemparkan jutaan dan miliaran entitas kecil ke dalamnya, tetapi Tuhan menciptakan dunia dan menempatkan jutaan dan miliaran entitas itu ke dalamnya untuk saling ketergantungan yang indah, terjalin secara harmonis, dan terjalin bersama. Rajutan dan anyaman itu serta saling ketergantungan itulah yang Alkitab sebut sebagai Shalom. Jadi gambaran Shalom di penciptaan adalah Tuhan merajut, menenun dan menganyam seluruh ciptaan-Nya sehingga memiliki koneksi saling ketergantungan yang tertata dengan rapi, indah dan terjalin dengan suatu keharmonisan.

Shalom secara fisik. Misalnya, ketika tubuh kita masih muda maka semua berfungsi dengan baik dan kita merasa baik dan sehat dan kita memiliki energi. Karena setiap bagian tubuh kita seperti rajutan secara harmonis yang bekerja sama dengan sempurna. Dimana setiap anggota tubuh bekerja sama dengan suatu irama keharmonisan, dalam kesatuan dan semuanya bekerja dengan baik tanpa disrupsi. Sedangkan semua penyakit, semua cedera, atau proses penuaan itu sendiri, dan kematian adalah hancurnya bagian-bagian tubuh kita yang seharusnya bekerja sama secara harmonis seperti suatu rajutan dan tenunan. Waktu rajutan itu lepas yaitu ketika kita  mati maka secara harfiah keharmonisan fungsi tubuh akhirnya berhenti dan tidak berfungsi. Ketika kita sakit atau ketika terluka atau ketika kita menua, terbebani dan ketika kita akan mati maka yang terjadi adalah kita kehilangan shalom secara secara fisik.

Shalom secara jiwa/Batin.Kita memiliki intelektualitas (cara pikir dan alasan), hati nurani (pertimbangan salah dan benar) memiliki emosi (yang mempengaruhi mood atau perasaan-perasaan kita). Ketika pikiran, nurani dan emosi bekerja sama dengan baik dan sinkron yaitu waktu kita menginginkan sesuatu yang benar maka hati nurani kita mengkonfirmasikan keinginan itu. Dan  emosi kita juga mengikuti apa yang alasan dan nurani sudah setujui.

maka kita mengalami yang namanya shalom di dalam batin kita yaitu karena segala sesuatu dalam batin kita harmonis, sinkron. Dan semuanya bekerja sama dengan baik. Tetapi saat kita menginginkan sesuatu yang ditentang hati Nurani, maka emosi kita juga mengalami keresahan sehingga apa yang terjadi saat semuanya tidak nyambung yaitu kita kehilangan shalom. 

Shalom secara social. Mungkin kita pernah  menjadi bagian dari komunitas di mana semua orang peduli dengan orang lain. Di mana jika kita memiliki kebutuhan apa pun, semua orang ada untuk kita. Jika kita membutuhkan bantuan dengan sesuatu, semua orang ada untuk kita. Jika kita harus pergi ke rumah sakit maka semua orang ada di sana untuk kita.  Dan jika kita memiliki kebutuhan finansial maka semua orang ada untuk kita maka secara sosial kita mengalami shalom. Namun saat di komunitas dimana orang-orangnya egois yaitu hidup untuk diri mereka sendiri maka yang terjadi adalah saling memanfaatkan, manipulasi  dan disrupsi. Komunitasnya akan kehilangan shalom sosial sehingga akan ada pertengkaran, pertikaian dan gossip. Dan ketika komunitasnya semakin besar maka akan ada kemiskinan, ada kesenjangan sosial yang akhirnya timbulah imperialism, kolonialisme dan eksploitasi sehingga terjadi keresahan secara ekonomi, rasial dan ada perang serta kejahatan maka di situlah shalom secara sosial hilang. 

Shalom adalah tujuan Tuhan saat menciptakan dunia, dan itu adalah konsep yang kuat dan sangat kaya. Danuntuk itulah Tuhan menciptakan ciptaan-Nya dengan hikmat dan kebijaksanaan yang mulia. Seorang Teolog dari Calvin University bernama Cornelius “Neal” Plantinga  berkata” Tenunan Allah, manusia, dan semua ciptaan dalam keharmonisan, Kepenuhan, dan Keindahan adalah apa yang oleh para nabi Ibrani disebut shalom. Kita sering menyebutnya damai sejahtera, tetapi itu berarti lebih dari sekadar damai di pikiran atau gencatan senjata antara musuh. Dalam Alkitab shalom berarti suatu perkembangan yang berjalan dengan harmonis, dengan keutuhan & keadilan—suatu keadaan yang kaya di mana kebutuhan alami terpenuhi dan karunia alami digunakan dengan bermanfaat [semua di bawah naungan kasih Allah.]  Shalom, dengan kata lain, adalah ‘keadaan yang dirancangkan sempurna oleh Tuhan’. 

Kebijaksanaan manusia adalah mengenal kebijaksanaan Allah dan ketertiban ilahi ini di dunia. Kebijaksanaan manusia adalah mengenal tatanan serta keharmonisan yang Tuhan tetapkan di dalam kehidupan dan bertindak sesuai pola itu. Sebagai contoh yaitu waktu kita berbohong maka kita sedang merusak rajutannya Tuhan yaitu kita merusak shalom secara Sosial. Waktu kita menolong orang yang miskin maka kita sedang membangun rajutan Tuhan yaitu kita mendukung keharmonisan yang Tuhan rancangkan. Sebaliknya waktu kita egois dan hanya mencari keuntungan diri sendiri dan merugikan orang lain, maka kita merusak rajutan dan tenunan sosial serta juga mersuak shalom batin kita sendiri. Itulah sebabnya hukum yang adil itu menyenangkan Tuhan. Thomas Aquinas seorang filsuf kuno Katolik berkata, ““Hukum yang adil adalah hukum buatan manusia yang sesuai dengan Hukum Alam Moral-Nya Tuhan yang kekal, hukum yang tidak adil adalah hukum manusia yang tidak berakar dan tidak selaras dengan Hukum Alam Moral Tuhan yang Kekal”

Apa Hubungannya Dengan Keadilan?

Menegakkan keadilan adalah memulihkan Shalom di mana Shalom (Keharmonisan tatanan ciptaan Tuhan) sudah mulai mengalami kerusakan yaitu karena dosa sehingga terjadi disrupsi dan ketidakharmonisan baik secara fisik, mental atau sosial. Namun bagi kita yang sudah diselamatkan maka Tuhan memuihkan shalom kita. Dan kita yang sudah diselamatkan juga dipanggil untuk melakukan kebaikan, menegakkan keadilan dan memberi pertolongan kepada orang yang mengalami ketidakadilan yaitu untuk memulihkan shalom itu. Sebab itu pentingnya kita yang melayani itu berada dalam komunitas karena didalamnya maka kita ada yang memperhatikan dan sebaliknya kita juga memperhatikan orang lain, kita ditolong dan menolong orang lain dan kita didoakan serta mendoakan orang lain, maka disitulah ada shalom Tuhan serta shalom kita dipulihkan. Dari situ maka akan ada luapan kasih karunia dan ucapan syukur yang diwujudkan dalam pelayanan kita. Sehingga kita melayani bukan untuk mencari penghargaan atau pujian dari orang lain tetapi karena kita sudah dihargai oleh Tuhan. 

Dari sini maka argumentasi tentang keadilan justru menunjukkan bahwa ide Ateisme Nietzsche yang mengatakan bahwa Tuhan itu sudah mati itu justru salah. Karena jika Tuhan tidak ada, maka keadilan tidak perlu ditegakkan karena tidak ada standar kebenaran dan  tidak perlu adanya pertanggungjawaban, segala sesuatu hanyalah proses natural di mana yang kuat menindas dan mengeksploitasi yang lemah. Dorongan manusia untuk menegakkan keadilan menunjukkan keberadaan Tuhan serta standar moral yang lebih tinggi.

           2. APA ITU KEADILAN?

Amsal 3:27-32
27Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya,padahal engkau mampu melakukannya. 28Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: ”Pergilah dan kembalilah,besok akan kuberi,” sedangkan yang diminta ada padamu. 29Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu,sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau. 30Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang, jikalau ia tidak berbuat jahat kepadamu. 31Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan kelaliman, dan janganlah memilih satu pun dari jalannya, 32karena orang yang sesat adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat.

Keadilan terjadi yaitu saat kita menjadi pengelola yang murah hati atas segala sesuatu yang dititipkan Tuhan melalui hidup kita. Sebagai contoh yaitu saat ada yang kekurangan dan kita ada kelebihan maka mereka kita tolong. Kalau ada yang butuh perhatian dan karena kita yang dipercayakan kemampuan untuk memperhatikan maka kita memperhatikan mereka. Saat ada yang butuh bimbingan dan kita yang dipercayakan pengalaman dan kebijaksanaan maka kita meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing mereka. Kalau ada yang sendirian dan putus asa maka kita yang dipercayakan untuk memiliki kapasitas berteman dan kemampuan untuk berharap maka kita bisa berbagi waktu dan perhatian dan menyebarkan pengharapan kepada mereka. Jadi kita tidak hanya sekedar berkata shalom atau mengerti konsep shalom, tetapi kita menghidupi shalom dan memulihkan shalom pada orang lain. 

Keadilan tidak terjadi yaitu  saat kita hanya menimbun segala sesuatu yang dipercayakan Tuhan kepada kita serta focus hanya kepada kebutuhan diri sendiri, akibatnya kita menjadi acuh dan  tidak memiliki kepedulian. Disitulah shalom tenunan Tuhan itu rusak dan berkat atau damai itu hilang karena kita hidup untuk diri kita sendiri. 

 

          3. SIAPA YANG MELAKUKAN KEADILAN?

Amsal 11:10-11
10Bila Orang Benar mujur, beria-rialah kota, dan bila orang fasik binasa, gemuruhlah sorak-sorai. 11Berkat orang jujur memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya.

Orang benar di ayat ini adalah orang-orang yang sukses dan diberkati Tuhan. Mereka berhasil namun orang tidak benci dan dengan keberhasilan mereka dan malah bersukaria. Mengapa bisa seperti itu yaitu karena semakin banyak uang yang mereka hasilkan, maka semakin besar usaha mereka, semakin sukses kehidupan mereka dan semakin banyak kehidupan yang dihasilkan melalui pekerjaan mereka. Banyak orang yang diberkati dan juga mendapatkan penghidupan dan mata pencaharian dari pekerjaan mereka. Mereka sadar uang , berkat, kesuksesan  dan sumber daya yang mereka miliki itu adalah dititipkan Tuhan bukan untuk mereka timbun atau mereka miliki tetapi mereka menjadi pengelola yang baik dan pekerjaan mereka bermanfaat untuk membangun masyarakat serta orang-orang di sekitar mereka. 

Orang Benar = The Righteous ini dalam bahasa Ibraninya “Tsaddiqim/ Sadik-Keem “ yang artinya adalah orang-orang yang menempatkan kepentingan komunitas mereka lebih daripada kepentingan pribadi mereka sendiri, bahkan rela berkorban untuk kepentingan komunitas mereka. Tsaddiqim (Sadik-Keem) memiliki tujuan utama yaitu mengembalikan Shalom, memperbaiki keharmonisan yang rusak (merajut /menenun anyaman yang lepas),  dan menegakkan keadilan. Dan ini seharusnya menjadi panggilan gereja dan orang percaya. 

          4. BAGAIMANA KITA BISA MELAKUKAN KEADILAN?

Perasaan bersalah memberikan tekanan dari luar tanpa mengubah hati kita dari dalam dan yang kita butuhkan adalah perubahan otentik yang terjadi dari dalam keluar. Dan Amsal memberikan petunjuknya melalui Amsal 14:31 dan Amsal 19:17.
 

Amsal 14:31
31Siapa berbuat baik kepada orang miskin, menghormati Allahnya; siapa menindas orang lemah, menghina Penciptanya.

Amsal 19:17
17Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu.

Alkitab dengan sangat konsisten menyatakan dan mengajarkan bahwa Tuhan mengasihi dan memperhatikan orang-orang yang ada dalam keadaan: lemah, miskin dan tertindas. Bahkan Yesus pernah berkata di  Matius 25:37-40

37Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? 38Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 39Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

THE GOSPEL

Dalam ayat tersebut maka siapa yang sebenarnya yang lapar, haus, orang asing, telanjang, sakit, yang hina dan yang ada didalam penjara? Kitalah sebenarnya yang lapar, haus, orang asing, telanjang, sakit, orang yang paling hina ini dan ada di dalam penjara dosa, tetapi Tuhan memberikan kepada kita belas kasih dan anugerah-Nya. Apa yang dilakukan Yesus untuk menegakkan keadilan dan memulihkan shalom?

  • Sang Roti Hidup rela mengalami kelaparan
  • Sang Air Kehidupan rela mengalami kehausan
  • Sang Penyembuh  rela menjadi sakit
  • Sang Pencipta rela menjadi seorang asing
  • Sang Hakim yang adil rela mengalami ketidak adilan
  • Yang Termulia rela menjadi yang terhina
  • Sumber Kehidupan rela menjalani kematian maut

Jim Boice dalam kotbahnya The Illegalities of Christ’s Trial mengatakan bahwa penangkapan Yesus itu ilegal. Pengadilan Yesus itu illegal. Vonis yang dijatuhkan atas Yesus itu illegal, bahkan hukuman yang dijatuhkan atas Yesus itu illegal dan semuanya itu adalah ketidakadilan. Pribadi Allah mengalami ketidakadilan dan penghukuman demi menegakkan keadilan, supaya kita yang layak menerima penghukuman dapat menerima pembenaran. Yesuslah Sang Sadik-Keem yang sempurna. Sebab itu kekristenan itu bukan beragama tetapi Injil. Orang yang beragama akan berbuat baik supaya Tuhan membalas perbuatan baiknya. Tetapi orang yang berInjil akan berbuat baik karena sudah menerima kebaikan anugerah kekal Tuhan yang sebenarnya tidak layak dia terima.

Melalui Kristus, meskipun tubuh kita sakit, secara sosial seakan-akan kita kehilangan shalom maka kita memiliki shalom. Meskipun segala situasi dalam hidup kita seakan-akan kacau atau kalah, namun kalau kita punya Kristus maka kita memiliki shalom yang sejati. Itu sebabnya Yesus namaNya adalah raja damai (The King of Shalom)

IMPLIKASI INJIL

Karena Injil …

  • Tidak memberhalakan berkat tetapi menjadi pengelola berkat.
  • Tidak memikirkan diri sendiri tetapi peduli terhadap kebutuhan komunitasnya.
  • Dapat Bermurah Hati tanpa rasa pamrih
  • Dapat memberi dengan tulus tanpa hitung-hitungan
  • Bukan Menjadi Penimbun berkat untuk diri sendiri tetapi menjadi penyalur berkat bagi orang lain.
  • Suka memberi pertolongan tanpa merasa jadi pahlawan