The Book Of Galatians Week 14 “The Tension between Law and Grace”
Ps. Michael Chrisdion
PEMBACAAN : Galatia 3:19-25
Ada suatu ketegangan di dalam iman Kekristenan yang tidak bisa dijawab oleh cabang filosofi maupaun agama manapun yaitu ketegangan antara Hukum (The Law) yang lurus dan kaku sehingga tidak bisa dibengkokkan dengan Anugerah (Grace) yang adalah menerima sesuatu yang tidak selayaknya diterima jika kita sudah melanggar Hukum (The Law). Banyak agama maupun gereja berusaha hanya menekankan salah satu, karena keduanya di dalam dirinya sendiri tidak mungkin bisa didamaikan karena pada hakekatnya akan selalu berlawanan. Namun Injil memberikan suatu solusi yang sangat Indah sehingga kedua hal ini tidak lagi berkontradiksi melainkan sangat koheren dan tidak terpisahkan.
Jadi pertanyaannya adalah “ Bertentangankah Hukum Taurat dengan Kasih Karunia? (Ay 21)
1. SIGNIFIKANSI DARI PERTANYAAN ITU
Gal 3:19a, 23
19Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran ... 23 Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.
Paulus menjelaskan tujuan dari hukum Taurat yaitu hukum diberikan untuk mengungkapkan keberdosaan kita dan kebutuhan kita akan seorang Juruselamat. Hukum menunjukkan ketidakberdayaan bahwa kita tidak mampu untuk menyelamatkan diri kita sendiri, Hukum mengarahkan kita kepada Dia yang dapat menyelamatkan kita yaitu Yesus Kristus.
Gal 3:24-25
24Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. 25Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.
Hukum itu seperti wali atau pembimbing yang membawa kita kepada Kristus. Tetapi sekarang setelah Kristus datang, kita tidak lagi di bawah pengawasan Hukum. Kita bebas dari hukumannya, dan kita dapat percaya pada karya paripurna Kristus di kayu salib untuk keselamatan kita.
“Apakah HUKUM bertentangan dengan KASIH KARUNIA?”
Gal 3:21a
21Kalau demikian, bertentangankah Hukum Taurat (Law) dengan
Janji-Janji Allah (Grace) ? Sekali-kali tidak.
Jadi pertanyaan ini sangat signifikan karena tidak ada sistem agama maupun sistem filosofi yang mampu menggabungkan dan mengharmoniskan kedua hal ini (hukum dan kasih karunia) yang sangat bertentangan.
Tim Keller dalam bukunya “Reason For God “ mengatakan "Injil menekankan pada penyatuan dua hal yang tidak pernah dicoba disatukan oleh agama lain. Injil menekankan pada penyatuan hal-hal yang oleh kategori pemikiran manusia (Filosofi) itu tidak mungkin dapat disatukan. Mereka mengatakan itu tidak dapat dilakukan; itu secara inheren sangat bertentangan.”
Hukum VS Kasih Karunia
Hukum menuntut keadilan sedangkan anugerah atau kasih karunia adalah menerima pemberian yang tidak layak kita terima. Belas kasihan adalah tidak menerima penghukuman yang seharus nya kita jalani. Hukum menegakkan kebenaran sedangkan anugerah mencurahkan kasih.
Namun ada penyimpangan yang konstan untuk selalu menuju ke salah satu eksterm ini yaitu:
Agama menekankan perbuatan/melakukan perintah, kebenaran tanpa anugerah, kehilangan anugerah Allah yang cuma-cuma dan melupakan kasih Allah. Sedangkan antinomianisme menekankan anugerah dan Kasih Allah, anugerah tanpa kebenaran, kehilangan keberhargaan kasih Karunia Allah dan melupakan kekudusan Allah.
Jadi “Apakah HUKUM bertentangan dengan KASIH KARUNIA?”
2. JAWABAN / SOLUSI DARI PERTANYAAN ITU
Gal 3:21a
21Kalau demikian, bertentangankah Hukum Taurat (Law) dengan
Janji-Janji Allah (Grace) ? Sekali-kali tidak.
Rasul Paulus seakan-akan berkata melalui suratnya bahwa, Jangan pernah memerangkan, memisahkan, menekankan satu dari yang lain - antara hukum dan Kasih Karunia. Dan ini konsisten dari apa yang disampaikan Tuhan kepada Musa di Perjanjian Lama. Dalam ayat Keluaran 33:18, Musa berkata kepada Allah, "tunjukkanlah kepadaku kemuliaan-Mu." Permintaan ini muncul setelah Allah berjanji untuk menyertai orang Israel, memberi kemenangan, memberkati mereka dan mengirim malaikat. Tetapi Musa tidak mau semua itu jika Tuhan tidak hadir, maka Musa meminta kehadiran Allah sebab kalau Tuhan tidak membimbing maka percuma.
Kemudian Musa meminta ”Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku.” 19 Tetapi firman-Nya: ”Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama Tuhan di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.” Sebagai tanggapan atas permintaan Musa, Allah mengatakan kepadanya bahwa Dia akan membuat kemuliaan-Nya melewati di depannya dan mengumumkan nama-Nya. Bagaimana Dia melakukannya?
Kej 34:4-7
4Lalu Musa memahat dua loh batu sama dengan yang mula-mula; bangunlah ia pagi-pagi dan naiklah ia ke atas gunung Sinai, seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya, dan membawa kedua loh batu itu di tangannya. 5Turunlah Tuhan dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan nama Tuhan.6 Berjalanlah Tuhan lewat dari depannya dan berseru:
"Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, 7yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa;
tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.”
- Horatious Bonar (19th Century Scottish Preacher) mengatakan "Keadilan dan kasih (karunia) harus diselaraskan, dan keduanya tidak pernah saling bertentangan kecuali dalam hati manusia yang jatuh. Satu tidak bisa mengalah kepada yang lain. Keduanya harus bertahan, bekerja bersama, dan bergabung agar dapat menopang tiang-tiang alam semesta.”
Hukum (Kebenaran) dan Kasih (Karunia) Tuhan adalah wujud dan manifestasi dari
kemuliaan dan kebesaran Tuhan yang tidak tidak bisa dipisahkan dan dikompromikan (Matius 5:17). Paulus menuliskan bahwa hukum dan kasih karunia dapat disatukan dan diselaraskan hanya di dalam Injil saja
Yoh 1:14
Firman Itu Telah Menjadi Manusia, Dan Diam Di Antara Kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu Kemuliaan Yang Diberikan Kepada-Nya Sebagai Anak Tunggal Bapa, Penuh Kasih Karunia Dan Kebenaran.Yoh 1:17
sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
3. BAGAIMANA ITU TERAPLIKASI DI DALAM HIDUP KITA?
1 Petrus 3:18
Kristus telah Mati Sekali Untuk Segala Dosa Kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh
Hanya di kayu salib, kasih dan keadilan Allah sepenuhnya cemerlang bersatu dan bersinar bersama-sama. Yesus dihukum untuk memuaskan keadilan Allah karena hukuman itu membayar hutang dosa kita , Namun pada saat yang sama, Yesus rela dihukum untuk menyatakan kasih Allah, karena hukuman itu menjamin keselamatan kita.
Roma 3:26
untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa IA BENAR dan juga MEMBENARKAN ORANG YANG PERCAYA KEPADA YESUS.
“That God might be both just and justifier of those who believe.”
AW Tozer mengatakan “ Satu-satunya dosa yang dimiliki Yesus adalah milik kita. Dan satu-satunya kebenaran yang pernah bisa kita miliki adalah kebenaran-Nya.”
Kita bukan legalis dan bukan antinomian, tetapi berpusat pada Injil (Gospel Centered). Berpusat pada Injil artinya memandang kepada Kristus yang penuh kasih dan kebenaran. Senantiasa bertobat dari dosa dan menerima kebenaran Allah di dalam Kristus melalui Injil. Serta bersandar (rest) pada karya Kristus yang sempurna dan dimampukan taat dengan senantiasa merenungkan keberhargaan kasih karunia Kristus melalui karya salib dan penebusan Kristus yang sangat mahal harganya.
- Horatious Bonar- dalam bukunya “"The Everlasting Righteousness; or How Shall Man Be Just with God?" -1874 mengatakan “ Keduanya Kasih Dan Hukum Di Kayu Salib Telah Menang. Satu tidak memberikan jalan pada yang lain. Masing-masing mempertahankan posisinya... Tidak pernah ada kasih seperti kasih Allah ini, begitu besar, begitu tinggi, begitu intens, penuh pengorbanan diri. Namun tidak pernah ada hukum yang begitu murni, begitu luas, begitu mulia, dan begitu tak terelakkan. Tidak ada kompromi. Hukum dan kasih sama-sama memiliki ruang lingkup penuh... Yang Satu dalam segala keseriusannya; yang lain dalam segala kelembutannya. Kasih tidak pernah lebih benar-benar kasih, dan hukum tidak pernah lebih benar-benar hukum daripada pada saat Kristus mati di Salib.”
Perbuatan tanpa iman itu adalah legalis yaitu menaruh iman kepada perbuatan, kehilangan keindahan anugerah dan tidak sadar akan keberdosaan. Sedangkan iman tanpa perbuatan adalah antinomian/ liberal yaitu kehilangan mahalnya keberhargaan anugerah dan tidak sadar akan kekudusan Tuhan.
Sering kali kita lupa untuk mengingat dan mengakui kecukupan Yesus dan mulai mengandalkan: pengalaman masa lalu kita untuk mendapatkan penerimaan dan validasi untuk membuat kita merasa lebih baik atau menggunakan kekuatan dan kebijaksanaan kita sendiri atau orang lain atau bahkan menciptakan penyangkalan! Bertahan, berpura-pura, membesar-besarkan, bersembunyi, mengecilkan dan bahkan menyalahkan!!. Saat kita melakukan ini, GAP semakin besar, yang hanya bisa diisi dengan Yesus! Lupa bahwa sumber kita adalah Salib!
Apa buahnya jika kita tidak mengisi kesenjangan dengan Injil dan kecukupan Yesus? Yaitu ketidakamanan, takut orang mengetahui kepalsuan kita, lebih mudah berbicara tentang Tuhan daripada berbicara kepada Tuhan, kesombongan, kemarahan dan frustrasi, serta mencari kehidupan di tempat lain selain salib Yesus
Pertanyaan Reflektif :
Saat kita sadar akan betapa kudusnya Tuhan dan betapa tingginya standar Tuhan? Siapa yang kita pandang?
Saat kita sadar betapa berdosanya kita dan betapa lemahnya kita serta betapa tidak berdayanya kita? Kepada siapa kita bersandar? Bertobatlah dari memandang pada apapun selain Salib Kristus!
Gospel Responses :
Ingatkan diri akan Injil bahwa di atas salib maka hukuman dilaksanakan dan anugerah-Nya dinyatakan. Tuntutan keadilan dipenuhi dan belas kasihan diberikan. Kebenaran-Nya ditegakkan dan kasih-Nya dicurahkan.
IMPLIKASI INJIL. Karena Injil …