Jalan Memiliki Hati Hamba

 ROAD TO THE CROSS WEEK 6 "Jalan Memiliki Hati Hamba" 

Ps. Dave Hatoguan

Pembacaan       :   Markus 10:35-45

Banyak orang berpikir bahwa untuk menjadi "orang besar" itu harus menduduki suatu jabatan atau posisi tertentu dalam suatu tempat atau dalam organisasi tertentu, sehingga banyak orang berlomba mencari posisi yang strategis untuk mendapat kekuasaan yang dapat menghasilkan suatu kebijakan tertentu. Pepatah dunia yang seringkali kita dengar yaitu posisi menentukan prestasi, atau yang paling sering kita dengar dan kadang menjadi bahan bercandaan, adalah 3 kunci sukses adalah berdoa, berusaha, dan yang paling penting adalah orang dalam. Secara sadar maupun tidak sadar kita beranggapan kalau kita dekat dengan seseorang yang berkuasa dan memiliki pengaruh, maka posisi kita aman, maka segala kepentingan kita akan berjalan mulus, segala conflict of interest atau konflik kepentingan dapat diselesaikan dengan mulus ketika kita memiliki relasi yang spesial dengan orang yang berkuasa dan berpengaruh.


Dalam mata kuliah pengantar Ilmu Politik, definisi paling sederhana tentang Politik itu dua kata yaitu Power dan Authority. Jadi tidak heran jika banyak orang berlomba untuk dekat dengan seseorang yang berkuasa, atau bahkan ingin mencapai kekuasaan untuk membuat atau mengatur kebijakan dalam perusahaan atau institusi tertentu. Ketika orang-orang ingin berkuasa, apakah mereka akan berkuasa atau justru mereka dikuasai atau diperhamba oleh sesuatu? Kita akan belajar dari narasi kitab Injil.

          1. PENGHAMBAAN YANG MENJERAT. Ay 35, 37

Markus 10:35 

Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!”

Markus 10:37 

Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.”
 

Konteks  dalam ayat ini yaitu Yakobus dan Yohanes datang kepada Yesus dengan permintaan untuk duduk di tempat kehormatan di sebelah kanan dan kiri-Nya dalam kerajaan Allah. Sebenarnya permintaan ini menunjukkan ketidakpahaman mereka tentang sifat sejati kerajaan allah dan justru ini mengungkapkan ambisi duniawi mereka. Mereka ingin mendapatkan posisi yang terhormat, mereka cukup tidak tahu diri, dan tidak peka dengan apa yang akan dihadapi Yesus, mereka hanya ingin mendapatkan apa yang mereka mau, selama ini ambisi mereka salah dalam mengiring Yesus, mereka mengikut Yesus seolah ikut melayani orang lain, tapi secara tidak langsung mereka melayani diri mereka sendiri. John Calvin mengatakan “ Kisah ini merupakan cermin yang terang dari kesia-siaan manusia, karena cerita ini menunjukkan bahwa semangat yang benar dan kudus sering disertai oleh ambisi, atau sifat jahat yang lain dari daging, sehingga mereka yang mengikuti Kristus mempunyai tujuan yang lain dari yang seharusnya.”

Ironisnya sebagai orang percaya kita masa kini juga tak luput dari kecenderungan ambisi yang salah arah. Kesalahpahaman kita sebagai orang kristen dalam menjadi murid Kristus justru membuat kita terjerat pada perhambaan yang salah. Bahkan kita menjadi murid Kristus seringkali berpikir, apa yang dapat aku peroleh? Seringkali perspektif kita sebagai orang kristen masih duniawi atau hanya sebatas kepuasan dalam kehidupan yang fana sehingga membuat kita diperhamba oleh berbagai macam perhambaan, dan kita akan belajar 3 point perhambaan.

          1a. DIPERHAMBA OLEH DIRI SENDIRI

2 Timotius 3:2-4

Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,3 tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,4 suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.

Markus 10:41 

Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.

Dalam ayat ini 10 murid Yesus menjadi marah, mereka melihat Yohanes dan Yakobus berani mendekati Yesus dan meminta demikian, mereka sebenarnya juga menginginkan hal yang sama, tapi dalam kisah ini 10 murid merasa lebih baik, mereka berlomba untuk mewujudkan kepentingan mereka sendiri.

Demi AMBISI ”terlihat baik” seringkali kita berjuang untuk mendapat dan menjaga “POSISI” bahkan sampai rela mengorbankan RELASI. Sehingga pola pikir kita seperti orang yang tidak mengenal Injil.

“Ambition in this life for greatness in this life will end up stealing your life.” (Ambisi untuk mencapai kejayaan dalam hidup bisa membuat kita kehilangan makna hidup) - Marshall Segal.

Ambisi yang salah arah akan merugikan diri kita sendiri dan orang lain, ilustrasi menembakan anak panah.

Pada tahun 2021, seorang insinyur berambisi untuk menembakkan anak panah lebih jauh daripada rekor dalam sejarah, yang tercatat sejauh 618 meter. Sambil berbaring di atas dataran garam, ia menarik tali busur dari busur kaki yang dirancangnya secara khusus dan bersiap-siap meluncurkan proyektilnya, dengan harapan dapat mencetak rekor baru sejauh lebih dari 1.500 meter. Ia menghela napas dalam-dalam lalu menembakkan anak panah itu. Namun, bukannya melesat hingga ribuan meter, anak panah itu malah mendarat di kakinya dan melukainya cukup parah. 

Ketika kita diperhamba oleh diri sendiri, secara tidak sadar itu akan merugikan diri kita sendiri bahkan orang lain. Sebenarnya ini berkaitan bahwa sebenarnya kita diperhamba oleh berhala.

           1b. DIPERHAMBA OLEH BERHALA
BERHALA                               -           KETAKUTAN YANG MUNCUL
Kuasa (Power)                         Takut direndahkan orang lain, Takut mengalami kegagalan
Penerimaan (Approval)          Takut mengalami penolakan, Takut tidak dihargai
Kenyamanan (Comfort)          Takut untuk dituntut, Takut dengan perubahan
Kontrol (Control)                    Takut dengan ketidakpastian, Mudah mengalami gelisah berlebih

Perhambaan yang salah akan menjerumuskan dalam penyembahan berhala, sehingga kita memandang Tuhan sebagai alat untuk memuaskan penyembahan berhala dalam hati kita. Dan ini terlihat jelas dalam ungkapan Yakobus dan Yohanes.

Markus 10:35 

Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!”

Mereka memohon pada Tuhan Yesus untuk mengabulkan apa yang menjadi kepuasan mereka. Oleh karena itu ada ungkapan yang menarik dari Martin Lloyd Jones yang mengatakan "Bahaya dan musuh terbesar yang dihadapi kita bukanlah masalah perbuatan atau tindakan, melainkan penyembahan berhala. Mungkin terdengar aneh bagi beberapa orang. Beberapa berpikir bahwa yang perlu diingatkan adalah agar kita tidak melakukan hal-hal tertentu. Namun, perbuatan dan tindakan kita selalu merupakan hasil dari sikap dan pikiran kita."

“The greatest danger and enemy that confronts us is not a matter of deeds or of actions, but of idolatry. That may sound very strange to some. Some think that above all we need to be warned not to do certain things. But our deeds and actions are always the outcome of our attitudes and thoughts.”

           1c. DIPERHAMBA OLEH HUKUM

Melalui kebenaran Injil yang telah kita dengar bahwa kita telah dibebaskan dari tuntutan Taurat, tetapi sering tidak kita sadari kita masih melakukan tindakan-tindakan yang sangat legalis, baik itu kepada diri kita sendiri maupun kita menuntut itu kepada orang lain. Dalam Roma 6, dan dikatakan di bagian lain, salib memerdekakan kita dari hukum taurat sehingga sekarang kita berada di bawah kasih karunia. Maksudnya itu apa? 

Markus 10:42 

Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

Kita mungkin tidak melakukan kekerasan fisik kepada orang lain, tetapi bisa jadi memiliki ambisi untuk mendapatkan kepentingan kita pribadi.Orang yang diperhamba oleh hukum, dia akan menuntut orang lain untuk baik dan bermoral, padahal dia sendiri belum tentu mampu melakukannya. Seringkali kita melakukan disiplin rohani bukan karena kita mengasihi Allah, tetapi hanya memenuhi tuntutan hukum, bahkan kita mungkin memenuhi tuntutan hukum supaya kita bisa menegur orang lain, dan meminta mereka untuk melakukan hukum.. Dan akhirnya ketika kita diperhamba oleh hukum.. Kita bisa berpotensi seperti..

Berorientasi pada Kekuasaan dan Otoritas
Menggunakan Kekuasaan untuk Keuntungan Pribadi
Tidak mempedulikan Kesejahteraan Orang Lain
Tidak mempedulikan Ketidakadilan dan Kesenjangan Sosial

Kalau kita diperhamba sesuatu hal yang bukan tuhan, bagaimana mungkin kita memiliki hati hamba yang sesungguhnya ?

Roma 7:24-25 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? 25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

           2. KRISTUS DATANG UNTUK MENEBUS KITA DARI PERHAMBAAN

Markus 10:45 

Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Dahulu kita hamba dosa, kini menjadi hamba Allah dan menjadi milik-Nya. Sadarkah kita bahwa Kristus rela menjadi manusia dan mengambil rupa seorang hamba supaya kita menjadi hamba kebenaran dan dimampukan untuk melayani Allah dan sesama. Yesus rela turun ke dunia menjadi manusia untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya bagi kita umat pilihan-Nya, supaya kita dimampukan untuk tidak hidup bagi diri sendiri, melainkan hidup untuk melayani Allah dan sesama. 

Timothy Keller mengatakan “ Jika salib adalah tebusan, itu akan mengubah hubunganmu secara total. Kamu tidak lagi terikat pada tuan-tuan yang buruk. Engkau dibebaskan dan masuk ke dalam posisi yang sepenuhnya baru.”

( if the cross is the ransom, it brings you into a whole new relationship. You’re no longer relating to the bad masters anymore. You’re taken away. It’s an entirely different position )

Salib Kristus memberikan tujuan yang baru dalam hidup kita, sehingga kita dimampukan untuk memiliki Hati Hamba

          3. BAGAIMANA MENGHIDUPI HATI HAMBA DALAM PERJALANAN IMAN KITA? 

Markus 10:43b Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu (diakonos)

Markus 10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba (doulos) untuk semuanya.

Kita disebut sebagai anak-anak Allah tetapi juga sebagai hamba - ini bukanlah suatu hal yang Kontradiksi tetapi Paradox. Kita dipanggil dan diangkat untuk menjadi anak-Nya. Dan status kita dihadapan Allah yaitu kita adalah anak-anak-Nya. Tetapi disaat yang sama kita juga disebut sebagai  hamba Allah, jelas sekali rasul Paulus menuliskan dalam suratnya kepada orang Galatia.

Galatia 1:10 jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba kristus. 

Jadi ini bukan hal yang bertentangan tetapi paradox. Disinilah kita harus membedakan antara hati hamba dan mental hamba. Status  kita dihadapan Tuhan adalah anak tetapi dihadapan sesame maka kita menjadi hamba Tuhan (hati hamba)

Status anak tetapi mental hamba. Mental hamba itu bekerja atau melakukan sesuatu untuk mendapat upah, itu mental transaksional. Status anak tetapi hati hamba. Hati hamba adalah kesadaran bahwa kita hidup di dalam kasih karunia dan memahami bahwa semuanya adalah pemberian Allah. Jadi kita melakukan sesuatu untuk Tuhan maupun sesama itu bukan karena upah atau hitung-hitungan, karena Tuhan sudah memberikan semuanya bagi kita.. Karena kita juga adalah yang anak yang menjadi ahli waris, kalau bahasa bisnisnya kita adalah pemegang saham, jadi bukan pegawai.. Maka kalau kita melakukan sesuatu bagi Allah dan sesama itu bukan, saya dapat apa? Tetapi apa yang bisa saya lakukan? 

Salah satu jalan untuk memiliki hati hamba dan menghidupi Injil yaitu melalui melayani sesama dan aktif dalam komunitas Injil. Ini merupakan sarana anugerah untuk mengikis kecenderungan kepada perhambaan yang salah arah

Iman Kristen mengajarkan prinsip menjadi besar bukan menjadi orang berkuasa melainkan dengan melayani. Sam Allberry mengatakan “ Kita tidak perlu terlihat hebat untuk membuat Yesus terlihat hebat. Kita perlu terlihat hancur, supaya seluruh kecukupan Yesus semakin nampak! “
Untuk memiliki hati hamba seringkali identik dengan perjuangan, namun kita perlu ingat apa yang kita alami tidak sebanding dengan apa Kristus alami di kayu salib. Kabar baiknya yaitu kita tidak pernah berjuang sendiri, karena Kristus telah menjalaninya terlebih dahulu bagi kita. Kita yang ada dalam Kristus akan senantiasa didampingi serta dimampukan oleh-Nya. Yesus yang adalah Tuhan, rela mengambil rupa hamba yang taat kepada Allah Bapa, supaya kita yang telah diangkat menjadi anak-Nya dimampukan untuk memiliki hati hamba yang taat

          GOSPEL CONNECTION

Yesaya 51:22 (AYT)  Beginilah firman Tuhanmu, TUHAN, Allahmu, yang memperjuangkan perkara umat-Nya, “Aku telah mengambil dari tanganmu cawan yang memabukkan itu, cawan murka-Ku; kamu tidak akan meminumnya lagi.

Yehezkiel 23:32-33 (BIMK)  TUHAN Yang Mahatinggi berkata, "Isi cangkir kakakmu harus kautelan. Cangkir itu besar dan dalam. Isinya penuh olok-olok dan ejekan, yang harus kautanggung dari setiap orang. Cangkir kakakmu Samaria, berisi ketakutan dan kehancuran. Setelah kauminum seluruh isinya kau akan mabuk dan menderita. Dan dengan pecahan-pecahan cangkir itu engkau akan merobek-robek dadamu. Aku, TUHAN Yang Mahatinggi telah berbicara.”

Nubuatan dalam Perjanjian Lama itu  itu digenapi dalam Markus 10:39

Markus 10:39 Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.

Dengan kata lain bahwa kita yang ada dalam Kristus, kita bukan minum cawan murka Allah, tetapi justru kita yang ada di dalam Kristus kita dibenarkan, karena Kristuslah yang akan meminum cawan murka Allah itu.  Kalaupun kita meminum cawan penderitaan itu bukan menderita karena menerima murka Allah lagi, tetapi menjadi satu dengan penderitaan Kristus, yaitu menderita sebagai hamba kebenaran, menderita sebagai hamba Injil. Karena murka Allah itu sudah dicurahkan kepada Yesus Kristus. Alkitab mencatat ketika Kristus berdoa di taman Getsemani, bahkan saat keringat Kristus seperti titik darah. Ini berbicara tentang betapa beratnya murka Allah yang Yesus harus tanggung, betapa beratnya penderitaan yang Ia tanggung. 

Kristus meminum cawan murka Allah  supaya kita layak mendapat murka Allah dapat diperdamaikan dengan Allah melalui pengurbanan-Nya. Kristus meminum cawan murka Allah supaya kita yang terpisah dari Allah dapat memiliki relasi dengan Allah melalui Kristus.
Kristus meminum cawan murka Allah  supaya kita tak lagi menderita diperhamba oleh dosa melainkan menjadi hamba kebenaran.

Pertanyaan Reflektif
1. Apakah saat ini kita sedang diperhamba oleh sesuatu menjerat, sehingga kita mengalami kesulitan hidup untuk melayani Allah dan sesama?
2. Hal apa yang seringkali membuat kita tergoda untuk kembali diperhamba terhadap sesuatu (diri sendiri, berhala, hukum) yang bukan Allah?

            Gospel Response

Bertobatlah dari perhambaan kepada sesuatu yang bukan Allah yang justru membuat kita terikat dan kesulitan untuk melayani Allah dan sesame. Ingatlah bahwa Yesus mengambil rupa sebagai hamba yang taat dan tak berdosa, namun rela mati tergantung di kayu salib, supaya kita yang dahulu hamba dosa dapat dimampukan menjadi hamba kebenaran.

KARENA INJIL

  • Kita dapat melayani Allah dan sesama bukan dengan motivasi untuk mendapatkan kepuasan pribadi, melainkan sebagai wujud ucapan syukur dan sarana menghidupi Injil.
  • Kita dapat melayani Allah dan sesama dengan hati hamba, karena Kristus telah melayani kita terlebih dahulu dengan memberikan nyawa-Nya.
  • Kita dapat melayani Allah dan sesama dengan sukacita bukan rasa takut terhadap murka  Allah, karena kita telah diperdamaikan dalam Kristus.
  • Kita dapat melayani Allah dan sesama bukan berdasarkan rasa nyaman, karena Kristus rela mengalami penderitaan untuk melayani kita terlebih dahulu.