Pembacaan : Roma 8: 13-1
Inti dari Roma 8 bagian pertama adalah Roh Kudus mengaplikasikan dua kebenaran yaitu harga dan kehinaan kita ke dalam hati kita sehingga kita mempunyai citra diri yang sebenarnya. Kita ditebus dan dibentuk oleh karya salib Kristus sehingga citra diri kita ini sehat. Jadi kalau orang percaya diri biasanya sombong kenapa karena dia berpikir bahwa dia itu hebat. Tetapi sesungguhnya kita itu tidak hebat karena kita berdosa dan bobrok. Tetapi karena kasih karunia Tuhan maka orang yang sombong menjadi sadar bahwa dia bukan siapa-siapa. Namun orang yang rendah diri juga sadar bahwa mungkin merasa gagal atau tidak berharga, tetapi kita ini berharga dihadapan Tuhan. Itulah sebabnya kita tidak boleh rendah diri karena yang rendah diri diangkat dan memiliki citra diri yang dibentuk oleh karya salib Kristus.
Di bagian kedua dari Roma 8 kita akan melihat bagaimana Roh Kudus bukan hanya mengaplikasikan untuk supaya kita punya citra diri yang sehat tetapi Roh Kudus menunjukkan nilai dan status kita kita ini bagian dari keluarga Allah. Kita diberi keyakinan melalui Roh Kudus bahwa kita diadopsi untuk menjadi anak-anak Allah. Kita bukan budak, bukan hanya umat bukan atau hamba tetapi kita adalah anak-anak Allah. Kalau kita perhatikan tema ini tidak pernah muncul di kitab Roma tiba-tiba di Roma 8 ayat 14 - 17 tiba-tiba muncul bahwa kita adalah anak-anak Allah. Ini penting karena seringkali kita sudah tahu kalau kita adalah anak anak Allah tetapi kita hanya tahu secara teologis tetapi belum mendarat ke hati.
Kalau kita sadar bahwa kita punya identitas anak maka kita akan menjadi orang yang berani tetapi tidak sombong karena kita sadar bahwa kita berharga ini karena kasih karunia Tuhan sehingga kita berani tetapi tetap rendah hati. Kita dapat menjadi orang yang kuat dan tegas tetapi tidak tinggi hati. Kalau kita sadar bahwa ini semua karena kasih karunia maka ketegasan dan kekuatan kita itu akan membuat kita tetap hangat dan penuh kasih. Kita percaya diri percaya diri bukan didasarkan karena performa kita tetapi karena performa Kristus sehingga kita tidak akan mementingkan diri sendiri. Ini sangat berbeda dengan apa yang dunia katakan tentang percaya diri. Ada tiga poin, yang pertama kita tidak menerima roh yang membuat kita menjadi takut. Yang kedua kita menerima roh yang menjadikan kita Anak Allah dan yang ketiga implikasi identitas anak di dalam hidup kita.
1. KITA TIDAK MENERIMA ROH YANG MEMBUAT KITA MENJADI TAKUT.
Rom 8:15a
15 Sebab Kamu Tidak Menerima Roh Perbudakan Yang Membuat Kamu Menjadi Takut Lagi,
Artinya sebelum Roh Kudus masuk maka kita ini di bawah roh perbudakan yang membuat kita selalu takut. Semua paham filosofi filsafat yang ada di dalam dunia, sistem kepercayaan dan sistem pandangan agama yang ada di dunia itu selalu mengarah pada liberalisme atau legalisme. Legalisme itu artinya hidup dalam peraturan dan konservatisme. Jadi orang yang bermoral itu legalis harus melakukan ini dan itu untuk menunjukkan bahwa dia baik. Dan biasanya produk dari sini itu yaitu anak-anak yang terkekang dan selalu terkungkung dengan peraturan dan mereka ingin bebas. Biasanya orang-orang yang sudah lama di legalisme itu dia pergi ke sistem satunya yaitu liberalisme. Liberalisme itu artinya aku mau bebas, aku tidak mau lagi dikekang oleh peraturan dan mau menikmati hidup. Tetapi orang yang menikmati hidup pun akhirnya juga selalu diberi motivasi ketakutan. Jadi dua-duanya motivasinya adalah ketakutan.
Injil itu ada di spektrum yang sangat berbeda dari sistem dunia yang selalu legalisme atau liberalisme. Injil bukan di tengah-tengah kalau di tengah-tengah karena nanti bisa setengah liberal dan setengah legalis. Legalisme itu berusaha melakukan hukum karena takut dihukum. Jadi dia berusaha untuk menjadi orang baik dan mengikuti hukum karena nanti kalau tidak mengikuti hukum takut dihukum namun juga diperbudak dosa dengan ilusi keagamawian. Contoh; kita mau beribadah tetapi motivasinya karena takut kalau tidak ibadah nanti dihukum Tuhan atau berkat tidak turun. Jadi kita ibadah bukan karena cinta Tuhan tetapi karena takut dihukum Tuhan atau takut tidak dapat berkat. Kita tetap diperbudak dosa tapi ilusinya adalah kita beragama, menjadi orang baik dan bermoral. Jadi kalau kita taat itu bukan karena kita takut konsekuensi tidak taat atau takut dihukum tetapi karena kita tahu bahwa kita sudah ditebus. Nilai kita sudah dibayar lunas, Itulah sebabnya kita taat karena ucapan syukur
Dan satunya, karena mungkin kita sudah lama di dalam sistem ini kita pergi ke liberalisme. Liberalisme itu takut dengan hukum yang akhirnya menjadi anti hukum dan maunya menikmati hidup. Tetapi karena dia ingin bebas dan takut hukum akhirnya juga diperbudak dosa juga dengan ilusi kebebasan. Kelihatannya bebas namun akhirnya tetap diperbudak dan kecanduan. Contoh orang main judi akhirnya terbelenggu judi. Orang yang mau materialisme atau hedonisme akhirnya dibelenggu konsumerisme dan akhirnya dibelenggu hutang . Orang yang suka pesta dan minum-minum akhirnya jadi alkoholik . Jadi yang tadinya ingin kebebasan akhirnya jadi kecanduan dan kecanduan apapun akhirnya motivasinya tetap aja diperbudak dosa dan motivasinya adalah takut. Jadi kedua paham yaitu legalisme dan liberalisme memberikan motivasi melalui ketakutan yang satu takut dikekang dan yang satunya takut dihukum, tapi dua-duanya tetap diperbudak oleh dosa. Setiap filosofi atau agama lain bahkan orang-orang yang tidak beragama pun kalau kita tanya mengapa percaya moral maka jawabnya adalah kalau tidak bermoral maka masyarakat akan kacau, tidak berfungsi dan rusak. Jadi dengan kata lain setiap orang setiap agama dan filosofi mempunyai motivasi yang dimotivasi mentaati peraturan karena ketakutan. Namun Injil itu berbeda. Di Yehezkiel 36 ayat 26 ini dikatakan”
26 Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. 27 Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.
Kalau kita perhatikan maka yang legalisme berusaha mengontrol perbuatan orang dari luar dengan peratura. Sedangkan yang liberalisme berusaha untuk membuat orang happy dari perbuatan-perbuatan yang ada di luar. Tetapi Injil mengubah manusia dari dalam dimana rohnya dan hatinya diubah dan diberi Roh Kudus. Jadi melalui karya salib Kristus maka Roh Kudus memberi kita hati yang baru dan menuliskan hukum Allah di dalam hati kita, sehingga kalau kita melakukan sesuatu yang baik maka kita melakukannya dengan sukacita karena kasih Allah. Jadi di dalam Kristus maka Roh Kudus melahirbarukan kita dan memampukan kita untuk tidak dimotivasi oleh ketakutan namun dengan sukacita dan ucapan syukur karena kasih Tuhan kepada kita.
2. KITA MENERIMA ROH YANG MENJADIKAN KITA ANAK ALLAH.
Roma 8:15
15 Sebab kamu Tidak Menerima Roh Perbudakan Yang Membuat Kamu Menjadi Takut Lagi, tetapi Kamu Telah Menerima Roh Yang Menjadikan Kamu Anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ”ya Abba, ya Bapa!”
Mengapa anak laki-laki (Sons) dan tidak menggunakan gender yang netral (Child) yaitu karena pada waktu itu status perempuan dianggap tidak berarti dibandingkan laki-laki. Paulus ingin mengatakan setiap orang Kristen ( budak,orang merdeka, laki-laki, Perempuan, adalah “SONS” anak laki-laki yang berhak memperoleh warisan).
Yoh 1:12
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya KUASA supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
ADOPSI adalah proses di mana seseorang yg bukan bagian dari keluarga tertentu secara resmi dibawa ke dalamnya dan dijadikan anggota keluarga yang sah secara penuh, dengan hak . Ada beberapa hal yang Alkitab katakan pada waktu kita menerima otoritas itu maka hak apa saja yang kita terima sebagai seseorang yang diangkat anak. Ada perubahan status yaitu dulu kita budak dosa dan menjadi musuh Allah tetapi sekarang kita diadopsi menjadi anak yang dikasihi Allah.
JI. Packer dalam bukunya Knowing God berkata;
“Jika Anda ingin menilai seberapa baik seseorang memahami Kekristenan, perhatikan apakah dia mengerti apa artinya menjadi anak Tuhan dan apa artinya memiliki Tuhan sebagai Bapanya. Jika ini bukan pemikiran yang mendorong dan mengontrol penyembahannya, ibadahnya dan doanya dan seluruh pandangannya tentang kehidupan, artinya orang itu tidak memahami esensi Kekristenan dengan baik.”
Karena kalau cara pandang kita terhadap Tuhan itu salah maka penyembahan atau ibadah kita seluruh pandangan kita terhadap Tuhan juga fondasinya salah dan lensanya kabur. Sebagai contoh; kalau kita melihat Tuhan itu seperti kita lihat Santa Claus atau sintercl Santa Claus, misalnya kita lagi datang ke pesta natalnya anak-anak maka kita melihat kalau anak yang baik akan mendapatkan yang baik, sedangkan anak yang nakal akan mendapatkan hukuman. Itu seperti agama pada umumnya padahal sebenarnya semua dari kita tidak ada yang baik.
Kalau kita melihat Tuhan seperti bos maka kita melakukan apa yang menyenangkan bos. Kalau kita melakukan apa yang menyenangkan bos kita dapat insentif. Tetapi kalau kita melanggar peraturannya si bos maka kita mendapatkan SP1 dan kita mendapatkan sanksi maka kita akan menyembah Tuhan seperti seorang pegawai yang cari upah. Saat Yesus berbicara pada murid-muridnya tentang berdoa dan murid-murid-Nya bertanya bagaimana cara berdoa mestinya Yesus bisa berkata “ Pencipta langit dan bumi, hakim yang adil dan berkuasa , Tuhan yang perkasa “. Tetapi waktu Yesus mengajar murid-muridnya berdoa maka Dia memulainya dengan “ Bapa kami yang di surga.” Tuhan ingin kita memiliki hubungan seperti anak dan bapa.
“Our Understanding Of Christianity Can Not Be Better Than Our Grasp Of Adoption” - JI. Packer (knowing god)
Cara kita melihat Tuhan dan berelasi dengan Tuhan serta pandangan kita akan kekristenan tergantung dari pemahaman kita akan doktrin alkitab mengenai adopsi. Jadi kalau kita tidak mengerti doktrin of adoption maka pemahaman kita akan kekristenan akan melenceng. Karena dari sudut pandang Tuhan maka pilihan-Nya untuk mengadopsi kita seorang yang berdosa itu tidak tergantung kepada anak yang akan diadopsi, tetapi tergantung dari sang pengadopsi.
Rom 8:15b
tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh Itu Kita Berseru: ”Ya Abba, Ya Bapa!”
“ Abba Bapa “ itu adalah pandangan yang sangat akrab dekat antara Papa dengan anak dan dikatakan berseru “ krazo “ bahasa Yunaninya berseru, berteriak, menangis seperti anak kecil yang manggil papanya Abba maka papanya langsung datang. Jadi artinya kita memiliki akses kepada Tuhan sebagai Bapa ada tiga hal yaitu yang pertama kedekatan kita dengan Tuhan karena dia bukan hanya Tuhan yang jauh tetapi dia adalah Bapa yang mengasihi umat-Nya. Banyak dari kita mengetahui status kita sebagai anak di dalam Kristus secara teologis dan kognitif namun susah dalam mengalami status keanakan kita secara empiris. Banyak orang tahu secara teologis tetapi susah untuk mengalami. Banyak orang meskipun dia tahu dia anak tapi hidupnya seperti anak yatim dan hidupnya seperti budak. Dia selalu harus membuktikan diri, selalu harus menunjukkan kelayakannya dan menunjukkan bahwa aku ini orang berharga. Selalu hidup di dalam performanya, selalu hidup dalam ketidakamanan dan dalam ketakutan.
Galatia 4:5
Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ”ya Abba, ya Bapa!”
Di Galatia 4 ayat 5 ini ayatnya mirip sekali sama Roma 8 ayat 15 dimana kata berseru “ krazo” artinya berseru, berteriak atau menangis dengan suatu tujuan khusus untuk memanggil. Jadi urutannya Roh Kudus masuk dalam hidup kita dan kita dimampukan untuk berseru Bapa dengan asumsi bahwa yang dipanggil pasti respon. Krazo ada suatu keyakinan confidence kita punya akses bahwa Tuhan itu kalau kita berdoa kepada-Nya maka Dia pasti dengar karena Dia adalah Bapa kita. Klau kita lihat foto dari White House Al office kantornya presiden Amerika maka orang kalau mau ketemu JFK harus pakai protokol untuk buat appointment beberapa bulan sebelumnya. Namun yang punya akses main-main di meja kolongnya dan dipangku oleh Sang Presiden itu siapa yaitu anaknya. Demikian juga Tuhan adalah Pencipta langit dan bumi Perkasa menciptakan segala sesuatu dan Dia berdaulat. Tetapi siapa yang punya akses ke pada Dia dan yang sangat dekat dengan dengan Dia yaitu kita karena kita punya Roh Kudus sehingga kita menjadi anak Allah
Jadi yang pertama kedekatan, yang kedua ada keyakinan bahwa dia mendengar kita dan yang ketiga ketergantungan. Coba kita lihat bagaimana Yesus sangat tergantung sama bapa-Nya. Sehari malam itu sebelum dia disalib di Markus 4 ayat 32 sampai 33 diceritakan Yesus sedang ada di taman Getsemani bersama dengan tiga muridnya.
Markus 14:32-33
32Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku berdoa." 33 Dan Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes serta-Nya. Ia sangat takut dan gentar,
Dia lagi takut dan sangat berbeban berat karena Yesus tahu sebentar lagi Dia harus menanggung dosa manusia dia harus disalib. Kemudian lihat Ia berkata kepada mereka
Markus 14:34
lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah."
Karena Dia tahu sebentar lagi Dia akan mengalami penderitaan yang luar biasa. Dan lihat apa yang dilakukan di dalam doa, Dia berdoa katanya ayat 36 katanya
Markus 14:36
Kata-Nya: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki."
Pada waktu Yesus merasa takut waktu Yesus merasa sedih mau mati rasanya berbeban berat Yesus datang kepada Bapak ada suatu ketergantungan. Yang menjadi pertanyaan adalah ketika kita berhadapan dengan pencobaa, penderitaan dan kesulitanmaka seruan apa yang keluar dari mulut kita? Siapa yang kita panggil dan kepada siapa kita bergantung? Apakah kita bersungut-sungut? Apakah kita menyalahkan Tuhan? Apakah kita complain, marah atau protes? Apakah kita berdoa dalam kemarahan atau complain maka kita bisa datang kepada Bapa karena Dialah tempat yang teraman untuk kita. Coba lihat Ayub yang marah, nangis dan protes tetapi kepada siapa yaitu kepada Tuhan dia datang. Dan waktu dia berdoa justru di situ hatinya diselaraskan dan diubah. Yesus memiliki ketergantungan kepada sang Bapa dan di dalam Kristus kita memiliki status anak. Seperti Yesus datang kepada Bapa maka kita juga bisa datang kepada Bapa. Pertanyaannya kepada siapa kita bergantung?
Martin Lloyd Jones berkata “ Allah tidak lagi menjadi Allah yang jauh bagi kita, Dia bukan Allah yang kita percayai hanya secara intelektual teologis dan doktrinal saja.Itu semua mungkin terjadi pada orang yang bukan anak. Penyembahan dan doa kita ini spontan ini adalah spontanitas seorang anak yang melihat kepada bapanya dan bukan hanya spontan, tetapi kepercayaan. Seorang anak kecil yang mempercayai tidak menganalisa dia tahu bahwa Abba adalah Bapanya, orang dewasa mungkin memandang dari jauh dan bersikap sangat formal seakan berhadapan dengan orang penting, tapi anak kecil datang sambil berlari ke arah Papanya langsung memeluk kaki ayahnya. Dia memiliki hak yang tidak dimiliki orang lain insting itu ada di dalam setiap anak sehingga dia berseru ” Abba Bapa”.
Apakah kita menjalani kehidupan kekristenan dalam pemahaman bahwa Tuhan itu Bapa kita? Seringkali kita hidup seperti anak yatim padahal punya Bapa yang lebih dari segala Bapa. Mungkin kita tidak memiliki ayah yang baik atau ayah yang suka mengabuse dan meninggalkan kita perhatikan Mazmur 68 ayat 6 -7 “ Tuhan adalah bapak bagi anak yatim dan pelindung bagi para janda itulah Allah kita di kediaman-Nya yang kudus “. Mungkin kita tidak punya hubungan yang baik dengan bapa di dunia namun kita punya bapa di surga di mana kita bisa datang kepada-Nya karena kita bukan lagi musuhnya tetapi sekarang kita diangkat diadopsi menjadi anak-anak-Nya.
3. IMPLIKASI IDENTITAS ANAK DALAM HIDUP KITA.
Roma 8:17
17Dan jika kita adalah anak, maka Kita Juga Adalah Ahli Waris, maksudnya Orang-Orang Yang Berhak Menerima Janji-Janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Saat berbicara tentang menjadi ahli waris maka banyak orang Kristen yang berpikir itu adalah kekayaan atau hal-hal yang sifatnya materi. Apakah itu bisa termasuk termasuk pemeliharaan dan pertolongan Tuhan? Memang Tuhan itu bisa menolong dan memelihara kita dalam hal-hal yang materi dan pertolongan-pertolongan setiap hari, tetapi bukan itu yang dimaksud warisan kekal di sini. Maksud warisan kekal yang kita miliki sebagai anak ahli waris Kerajaan Allah ada banyak tetapi ada satu ayat yang menunjukkan cukup lengkap 1 Petrus 1 ayat 3 sampai 4 ini dalam eh versi MT
1 Petrus 1:3-4 (MILT)
3Diberkatilah Allah dan Bapa Tuhan kita YESUS Kristus, Dia, yang sesuai dengan rahmat-Nya yang besar, telah melahirkan kita kembali ke dalam PENGHARAPAN YANG HIDUP melalui kebangkitan YESUS Kristus dari antara orang mati, 4ke dalam warisan yang tak dapat binasa dan tidak tercela dan tak dapat pudar, yang tersedia bagi kamu DI SURGA;
Jadi ini warisannya itu warisan kekal yaitu keselamatan kekal di dalam Kristus. Kita dulu musuhnya Allah mestinya dihukum tetapi sekarang kita bisa hidup damai bersama dengan Tuhan bahkan diganti statusnya bukan lagi musuh, bukan cuman hamba tetapi anak-anak Allah. Jadi warisan kekal kita ini kita punya Tuhan, Tuhan ada di pihak kita Tuhan dan merangkul kita. Tuhan menjadi Bapa kita, Tuhan mendengarkan kita dan kita bisa dekat dengan Tuhan. Kita bisa punya keyakinan bahwa Tuhan mendengarkan kita. Kita bisa bergantung pada Dia. Itulah warisan yang lebih besar. Yesus adalah harta Abadi kita. Ini adalah warisan kekal kita. Apakah ada pemeliharaan secara jasmani? Ada, tetapi kalau itu pun misalnya gagal bukan Tuhan yang gagal tetapi memang dunia sedang menuju kepada kebinasaan tetapi Tuhan tetap ada di pihak kita. Pertanyaan kita adalah apakah Tuhan itu cukup bagi kita atau kita hanya mau Tuhan untuk hal-hal yang lain? Kkalau jodoh yang kita dambakan itu tidak datang-datang, apakah Tuhan cukup bagi kita? Kalau terobosan yang kita tunggu-tunggu, terobosan keuangan yang kita doakan tidak terjadi, apakah Tuhan cukup buat kita? Kalau doa yang kita naikkan dan permohonan yang kita puasakan dan pergumulkan itu tidak dikabulkan, apakah Tuhan cukup buat kita? Kalau Tuhan itu cukup maka kita bisa damai dan rest dalam keadaan apapun. Kalau tuhan itu cukup maka kita tidak perlu membuktikan diri kepada semua orang bahwa kita itu berharga karena kita sudah berharga karena apa yang Tuhan lakukan. Kita menjadi orang yang sangat aman dan berani tapi rendah hati. Tegas dan kuat namun hangat dan penuh kasih. Percaya diri namun tidak mementingkan diri sendiri.
Kalau kita perhatikan bahwa ahli waris orang-orang yang berhak menerima janji Allah, kapan menerimanya? Kapan kita bisa merasakan bahwa saat kita tidak punya apa-apa lagi maka Tuhan itu akhirnya menjadi satu-satunya yang kita punya?
Roma 8:17
17Dan jika kita adalah anak, maka Kita Juga Adalah Ahli Waris, Maksudnya Orang-Orang Yang Berhak Menerima Janji-Janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, Yaitu Jika Kita Menderita Bersama-Sama Dengan Dia, Supaya Kita Juga Dipermuliakan Bersama-Sama Dengan Dia.
Semua kita pasti saat ini mengalami semacam penderitaan. Mungkin kita dicukupi secara materi tapi ada penderitaan yang lain. Di saat kita menderita dan memahami warisan kekal yang kita miliki di dalam Yesus Kristus bahwa Tuhan ada di pihak kita, Tuhan bersama dengan kita, Tuhan dekat dengan kita dan kita bisa bergantung pada Tuhan, maka pemahaman itu akan memampukan kita terus bertekun di dalam iman pengharapan sehingga kita tidak takut saat kehilangan hal-hal yang baik. Kalau ada hal-hal yang baik maka semua itu fana dan bisa diambil kapan saja. Kita semua akan menghadapi itu tapi kita tidak takut saat hal itu datang karena kita punya Tuhan. Kita adalah anak-anak-Nya dan kita berani menghadapi situasi yang terburuk sekalipun dalam kehidupan yang fana itu.
Sadarkah kita bahwa Roh Kudus meneguhkan identitas kita sebagai anak-anak Allah memberi keyakinan bahwa kita punya warisan kekal di dalam Kristus sehingga kita tidak takut saat kehilangan hal-hal yang baik dan berani menghadapi situasi yang buruk dalam kehidupan yang fana?
Kita bisa kuat bukan karena kita kuat tetapi karena Bapa yang kuat memegang tangan kita, memegang masa depan kita dan memegang hidup kita. Kita itu bisa terus mengalami kehangatan kasih Bapa. Melalui pengalaman dengan Roh Kudus yang membuat kita mengalami kasih Bapa hanya dapat terjadi saat memandang karya penebusan Kristus di kayu salib.
Roh kudus memampukan kita berseru ( bahasa Yunaninya ”Krazo” ) artinya berseru, berteriak, menangis “Abba Bapa”. Kalau Roh Kudus memampukan kita berseru “ Abba Bapa “ karena ada satu momen waktu Yesus berseru, berteriak dan menangis dengan suara yang nyaring “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku” Di Salib, Kristus (Sang Anak) ditolak, dihukum, diabaikan, diisolasi, diremukkan supaya kita yang adalah musuh Allah dapat diterima, dibebaskan, dikasihi, didampingi, dipulihkan sebagai seorang anak (ahli waris). Yesus Kristus kehilangan status anak yang layak diterima-Nya Supaya kita bisa Memperoleh status “anak” yang tidak layak kita Terima.
Pertanyaan Reflektif
Gospel Respons
KARENA INJIL